x

Iklan

Muchlis R Luddin

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Kepemimpinan dalam Menyiapkan World Class University

Dalam sepuluh tahun terakhir diskursus standarisasi layanan perguruan tinggi di Indonesia semakin seksi diperbincangkan.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Oleh: Prof. Dr. Muchlis R. Luddin, MA

Dalam sepuluh tahun terakhir diskursus standarisasi layanan perguruan tinggi di Indonesia semakin seksi diperbincangkan. Semua orang, apakah itu awan, intelektual, bahkan pemimpin, gemar membicarakan apa yang sering disebut sebagai universitas kelas dunia (world-class university). Namun, acapkali perspektif pembicaraan tak sampai memeriksa bagaimana kita bisa membangun universitas kelas dunia tersebut. Banyak orang belum "memahami dengan baik" peta jalan untuk mencapai universitas kelas dunia, sekalipun ia mendiskusikannya secara intens. Dalam kesempatan yang terbatas ini, ada baiknya kita mulai sedikit demi sedikit, memeriksa dengan lebih rinci bagaimana sebuah institusi perguruan tinggi dipersiapkan untuk menjadi world-class university.

Berdasarkan pengalaman pertumbuhan universitas-universitas baik di dunia, setidak-tidaknya, ada dua dimensi besar yang harus kita perhatikan jika kita ingin menyiapkan sebuah institusi perguruan tinggi menjadi berkelas dunia. Pertama, berkait dengan apa yang saya sebutkan sebagai external nature, atau boleh dibilang sebagai faktor eksternal. Dimensi ini menyangkut peran pemerintahan (negara), baik di level nasional maupun di level provinsi. Pertanyaan pokoknya adalah adakah keinginan pemerintahan (negara) untuk memperkuat “the stature of institutions”? Adakah keinginan yang kuat dari pemerintah untuk membangun (sebuah) univeritas yang bekelas dunia?

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kedua, dimensi internal. Dimensi ini berhubungan dengan pertanyaan: apakah yang akan dilakukan oleh sebuah universitas agar ia berubah menjadi sebuah institusi kelas dunia? Di sini perlu diperhatikan bahwa sebuah institusi kelas dunia tak terjadi dengan begitu saja. Ia hanya bisa terjadi melalui suatu proses evolusi penting, tahap demi tahap, dan (berusaha) melakukan transformasi dirinya sendiri kedalam sebuah universitas kelas dunia. Tak ada sebuah universitas kelas dunia yang berkembang dengan begitu saja. Ia tumbuh dan berkembang dengan perencanaan yang sistematis, tekad yang kuat, perumusan kebijakan yang terfokus, disertai dengan pendayagunaan sumberdaya manusia yang bersifat meritokrasi.

Memperhatikan perkembangan diskursus universitas kelas dunia di tanah air, kita seringkali menemukan pandangan, bahwa orang seringkali berharap banyak dengan peran pemerintah untuk melakukan tranformasi sebuah perguruan tinggi menjadi world-class university. Tetapi pandangan ini sesungguhnya tak sepenuhnya valid. Peran pemerintah adalah bukan sesuatu yang bersifat kritikal. Dalam sejarah perjalanan universitas-universitas besar di dunia, pertumbuhan dan perkembangan universitas seringkali menunjukan sebagai hasil dari suatu proses yang bersifat “a result of incremental progress”, bukan semata-mata “by deliberate government intervention.” Pertumbuhan universitas besar di dunia banyak ditentukan oleh “their own volition.” Itu sebabnya, dalam hal ini, masalah otonomi di dalam pendidikan tinggi atau universitas menjadi sangat penting, karena otonomi itu akan menjadi ruang yang lebih terbuka di dalam mendefinisikan misi dan arah yang akan dicapai sebuah universitas.

Salah satu kritikal isu yang harus diperhatikan ketika kita akan membangun sebuah universitas kelas dunia adalah apa yang sering dikenal sebagai “a favorable policy environment and direct (public) initiative support.” Sebuah universitas kelas dunia baru akan tercipta apabila ia didukung oleh kebijakan-kebijakan yang kondusif yang fokus kepada usaha pencapaian standar-standar mutu (layanan dan produk) secara internasional (beyond national standard). Dengan begitu, pembangunan institusi dilakukan bersamaan dengan peluncuran kebijakan-kebijakan yang mendukungnya, seperti peningkatan alokasi anggaran, peningkatan fasilitas pendidikan dan penelitian, serta peningkatan kapasitas (baik kapasitas institusi, maupun kapasitas sumberdaya manusia).

Jika kembali kita perhatikan pertumbuhan institusi universitas kelas dunia, maka yang juga harus diperhatikan adalah kesadaran civitas akademika untuk melakukan investasi yang terfokus untuk mencapai “aspire to be of international standing.” Itu sebabnya, tak ada pilihan yang lebih baik, bahwa perguruan tinggi harus “to develop an integrated system of teaching, research, and technology-oriented institutions.” Usaha ini amat penting dilakukan agar lembaga universitas didukung oleh “a few center of excellence” yang terus menerus fokus dan terarah kepada penciptaan “value-added fields”, sehingga bisa mendorong tumbuhnya "the areas of comparative advantage", yang kemudian secara bertahap akan dapat membangkitkan universitas “eventually evolve into world-class institutions.”

Banyak perguruan tinggi yang mengalami kegagalan dalam menyiapkan dirinya untuk menjadi universitas kelas dunia. Biasanya, perguruan tinggi-perguruan tinggi seperti itu mengalami masalah. Diantara problematik yang dihadapi (misalnya) adalah (1) kebijakan-kebijakan yang kurang fokus terhadap arah yang hendak dituju; (2) lemahnya kesadaran dalam melakukan investasi untuk mencapai sasaran dan target; (3) kurangnya (kemampuan) institusi untuk mengembangkan sistem yang terintegrasi, sehingga keuntungan komparatif tak sepenuhnya dapat dicapai; (4) miskinnya sistem meritokrasi dalam pendayagunaan talenta, sehingga "the center of excellence" tak dapat berkembang dengan baik dan sehat; (5) berkembangnya sikap-sikap inferior yang kurang memberi ruang terhadap perubahan dan disrupsi, sehingga civitas akademika terbelenggu dalam siklus stagnasi.

Untuk mengatasi semua kendala seperti teridentifikasi di atas, yang dibutuhkan kemudian adalah sebuah kepeminpinan universitas yang menguasai “strategic vision”, yang mampu menerjemahkan “diversified system” kedalam sebuah “integrated and supported system”, yang saling terkoneksi satu sama lain, baik dalam bidang (layanan) akademik maupun dalam bidang (layanan) administratif. Dengan langkah seperti itu, tahapan menyiapkan diri perubahan institusi biasa ke dalam institusi berkelas dunia, dapat dimulai.

 

Penulis adalah Guru Besar Sosiologi-Wakil Rektor I Universitas Negeri Jakarta (UNJ)

Ikuti tulisan menarik Muchlis R Luddin lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler