x

Gembira Menuju Indonesia 2045

Iklan

Indonesiana

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Membayangkan 100 Tahun Indonesia ~ Jamaluddin Jompa

Para ilmuwan sudah menerawang lebih jauh dalam menjawab pertanyaan seperti apa Indonesia pada 2045 serta sains apa yang diperlukan untuk mencapainya.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

 

Jamaluddin Jompa

Ketua Akademi Ilmuwan Muda Indonesia

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Membayangkan Indonesia di tahun 2045, pada seabad kemerdekaannya, tentu kita ingin menjadi negara besar yang maju dan dihargai bangsa-bangsa lain. Indonesia memang masuk dalam kelompok negara-negara G-20 dan memiliki potensi besar. Namun, dari sisi pendapatan, kesejahteraan, kedaulatan ekonomi, pendidikan, dan berbagai indeks pembangunan maupun indeks kompetitif global, kita masih tertinggal.

Peringkat Indonesia dalam Global Competitiveness Index 2016-2017 malah turun ke posisi ke-41 dunia, dari tahun sebelumnya di posisi ke-37. Padahal indeks ini menilai berbagai faktor pendorong produktivitas dan kesejahteraan suatu bangsa, termasuk pendidikan dan kesiapan teknologi. Kita perlu secara bijak dan arif mengevaluasi diri tanpa dipengaruhi kepentingan politik dan golongan, melainkan sebagai keluarga besar bangsa Indonesia yang ingin maju.

Kini saatnya kita membuka hati dan pikiran untuk menerima kenyataan bahwa kemajuan bangsa-bangsa lain sangat dipengaruhi kemampuan mereka di bidang sains dan teknologi. Begitu juga untuk mencapai Indonesia yang maju. Sebagai warga negara yang merupakan bagian dari Akademi Ilmuwan Muda Indonesia (ALMI), kami merasa Indonesia tidak boleh salah langkah.

Ekonomi kita akan rapuh tanpa sains dan teknologi. Ekonomi yang hanya mengandalkan kekayaan alam ujung-ujungnya hanya akan terperangkap dalam ekspor bahan mentah yang tidak memiliki nilai tambah. Kemudian kita mengimpor barang olahan dengan harga lebih mahal. Terlalu banyak contoh yang bisa jadi ilustrasi. Salah satunya ketika Indonesia sebagai negara maritim harus malu mengimpor garam yang sebenarnya berlimpah di lautnya. Padahal pembuatan garam hanya memerlukan teknologi sederhana yang tak terlalu canggih. Ini menunjukkan kita terlalu terlambat memanfaatkan teknologi untuk mengembangkan industri yang lebih berdaulat.

Kita perlu mengevaluasi titik lemah kita. Salah satu titik fundamental terletak pada kualitas sumber daya manusia, pada kemajuan serta penguasaan sains dan teknologi. Indonesia sebenarnya memiliki banyak orang pintar dan bijak. Tapi usaha memperbaikinya bukan lagi merupakan domain individu, melainkan harus dilakukan secara institusional. Pemerintah, lembaga non-pemerintah, akademikus, kelompok masyarakat, dan swasta harus menyatukan keinginan dan berusaha mencapai cita-cita memajukan Indonesia secara strategis dan sinergis.

Para ilmuwan sudah mencoba menerawang lebih jauh dalam menjawab pertanyaan seperti apa Indonesia pada 2045 serta sains apa yang diperlukan untuk mencapai cita-cita itu. Hal ini termuat dalam buku SAINS45, himpunan pemikiran lebih dari 200 ilmuwan di bawah naungan Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI). Bisa dikatakan bahwa ini pemikiran yang bebas dari kepentingan partai atau golongan. Kepentingan kami hanya satu: menyatukan kemampuan untuk mencapai Indonesia yang kita inginkan dan sains apa yang berperan untuk memajukan peradaban, bukan hanya mengikuti, mereplikasi teknologi bangsa lain, atau sekadar menjadi pengguna.

Berbagai bidang ilmu pengetahuan yang dapat memajukan Indonesia, dari identitas bangsa dan kesehatan hingga ekonomi dan tata kelola, diulas dalam buku itu. Semuanya mempertimbangkan potensi yang kita miliki agar Indonesia bisa berlari menyusul kemajuan teknologi dan ekonomi raksasa-raksasa global. Kekuatan bangsa tidak hanya diukur dari sumber daya alam yang dimiliki, tapi juga dari kemampuan manusianya dalam menguasai sains dan teknologi yang bisa mengembangkan industri. Hal ini sudah dialami berbagai negara maju, seperti disebutkan dalam buku putih Sains, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Indonesia 2045 (AIPI, 2017).

Indonesia dianugerahi kekayaan megabiodiversitas, potensi energi terbarukan, serta sumber daya manusia yang menanti untuk dimanfaatkan dan dikelola secara berkelanjutan. Kita perlu memikirkan cara untuk mengelolanya melalui sains. Misalnya dalam menjawab pertanyaan tentang energi masa depan, mencukupi keperluan pangan, dan sumber obat-obatan. Jumlah penduduk Indonesia besar. Jika berkualitas tinggi, penduduk yang banyak itu akan bisa dimanfaatkan untuk mengelola berbagai sumber daya untuk pasar yang besar. Dengan modal itu, kita bisa menghasilkan material yang canggih dan dibutuhkan dunia. Kita berharap berbagai potensi ini bisa menjadi bekal untuk mengembangkan sains dan ekonomi yang lebih kompetitif. Tentunya hal ini harus menjadi wacana di masyarakat, juga melalui media, agar putra-putri terbaik kita terdorong untuk mengembangkan sains dan teknologi untuk masa depan.

Perlu pula komitmen pendanaan yang signifikan supaya mereka mau berpacu dalam penguasaan sains dan teknologi. Saat ini pendanaan dan infrastruktur penelitian masih lemah. Ibarat kita hanya punya sepeda, sementara bangsa lain berlomba dengan Ferrari.

Meski kondisi sekarang cukup menggembirakan karena pemerintah sudah menyadari pentingnya inovasi, hal itu masih kerap disamakan dengan teknologi terapan praktis. Akibatnya, inovasi kita belum menjadi kekuatan kompetitif dan sangat mudah tertinggal.

Hal ini sudah mendesak untuk dimulai sekarang dalam menyongsong satu abad kemerdekaan. Mengapa sekarang? Kemajuan sains dan teknologi serta inovasi membutuhkan proses yang cukup panjang. Jika kita terus pasrah dan tidak mulai berinvestasi dari sekarang, generasi mendatang akan menghadapi kenyataan pahit yang sama: kita hanya akan menjadi pengikut dan pengguna teknologi yang dihasilkan bangsa lain. Jika ingin keluar dari kondisi saat ini, tidak ada kata lain kecuali mesti mulai dari sekarang. Para pemimpin perlu memahami persoalan ini dan melakukan upaya strategis untuk kemajuan Indonesia dalam jangka panjang.

Ikuti tulisan menarik Indonesiana lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB

Terkini

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB