x

Iklan

Ichlas prima indriansyah

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Bukti Kemerdekaan

Islam ternyata mengajarkan berbagai kemerdekaan. Kemerdekaan apa sajakah itu?

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Tahukah kita bahwa Islam mengajarkan kemerdekaan, mengajarkan merdeka?

Apa buktinya?

Buktinya, Islam mengajarkan kita untuk berlepas diri dari keyakinan, penyembahan sesembahan-sesembahan yang sudah menjadi adat istiadat nenek moyang. Padahal keyakinan dan adat istiadat nenek moyang itu sudah mengurat darah, sudah menyatu dalam tubuh.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Bahkan di awal-awal munculnya Islam, banyak kisah teladan dari para sahabat Rasulullah yang menghadapi tantangan ketika mereka masuk Islam.

Ada sahabat yang diancam oleh ibunya. Ibunya akan bunuh diri, jika si sahabat tidak kembali ke agama nenek moyang. Namun si sahabat dengan tenang, dengan penuh keyakinan dan dengan penuh sopan santun mengatakan, “Maaf ibu, jika ibu mempunyai nyawa sebanyak seribu dan nyawa ibu keluar satu persatu dari tubuh, maka saya tidak akan meninggalkan agama yang hak ini.”

Ada sahabat yang bernama Khabab bin Art, dia disiksa majikannya. Tubuhnya diseterika besi panas, agar Khabab mau meninggalkan agama Islam. Namun dia tetap pada pendiriannya. Masih banyak kisah lainnya, ada Bilal dan Sumayyah serta suaminya. Juga disiksa agar kembali ke agama nenek moyang. Namun mereka teguh keyakinan pada agama tauhid.

Mengikis habis kepercayaan pada tahayul dan khurafat. Mengikis habis segala kepercayaan yang merendahkan akal dan merubahnya menjadi kepercayaan pada Allah, Pencipta segala sesuatu. Dan, penyembahan kepada Allah yang merupakan Pencipta segala sesuatu adalah penyembahan yang memuliakan dan menempatkan akal pada tempatnya.  

Apa jadinya bila masyarakat lebih percaya pada tahayul, lebih takut  pada cerita-cerita yang tidak tahu asal usulnya. Mau jadi apa negara ini bila masyarakatnya masih mempunyai kepercayaan pada tahayul. Padahal kecerdasan dan ketajaman akal sudah dibuktikan dengan ditemukannya berbagai produk ilmu pengetahuan dan tekhnologi. Ironis memang…

 

Ada lagi bukti yang lain?

Bukti yang lain dari sisi syari’at. Berbagai kebiasaan-kebiasaan buruk, berbagai maksiat yang dilakukan di masa jahiliyah, bisa ditinggalkan setelah memeluk Islam. Minum minuman memabukkan –salah satu contohnya- sudah menjadi habit di masa jahiliyyah, bahkan di masa Islam (sebelum ayat pengharaman khamar turun). Hampir seluruh penduduk Madinah biasa mengonsumsi khamar.

Tapi begitu ayat pengharaman khamar turun, seluruh persediaan khamar ditumpahkan. Sehingga di dalam Asbabun Nuzul (sebab-sebab turunnya ayat) dikisahkan kota Madinah banjir dengan khamar.

Bukankah bisa melepaskan diri dari sebuah habit buruk sama dengan memerdekan diri dari perbuatan buruk?

Sementara itu, di dalam buku Iman dan Kehidupan, karya Dr. Yusuf Al-Qaradhawy dijelaskan tentang kegagalan Amerika Serikat dalam menghilangkan atau paling tidak menurunkan kebiasaan warganya dalam mengonsumsi minuman keras.

Banyak dana yang telah dikeluarkan, berbagai penyuluhan dan sosialisasi tentang bahayanya minuman keras dilakukan pemerintahan Amerika Serikat, namun semua usaha itu gagal.

Pencegahan pengonsumsian khamar dan sejenisnya sejatinya adalah mencegah adanya kerusakan akal. Berapa banyak kesehatan akal bisa diselamatkan karena mempunyai sikap merdeka dari barang-barang yang memabukkan.

Estafet kepemimpinan sebuah negara bisa sepenuhnya dipercayakan kepada generasi muda, pada generasi penerus, jika mereka merdeka dari barang-barang yang memabukkan.

 

Masih ada ga bukti lainnya?

Islam mengajarkan tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah. Andai saja ajaran Rasulullah saw ini dipakai oleh para pengangguran, para generasi muda, tentu mereka tidak akan berpangku tangan. Karena ingin menjadi pihak yang memberi dan bukan pihak yang meminta.

Konsekwensinya, mereka akan bersungguh-sungguh menjadi sosok yang berpendidikan, ahli di bidangnya sehingga pekerjaan bukannya dicari. Tapi pekerjaan yang mencarinya. Bahkan dengan sikap ‘tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah’, mereka akan berlomba-lomba menciptakan lapangan pekerjaan.

Saya tidak terbayang apa jadinya bila seluruh negara di dunia bersaing untuk menjadi investor bahkan tanpa bunga, tanpa agunan.

Jika sikap ‘tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah’ sudah mendarah daging di dalam masyarakat Indonesia, tentu rakyat dan negara akan bahu membahu menciptakan lapangan pekerjaan.

Bila seluruh rakyat Indonesia dan negara Indonesia memiliki sikap ‘tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah’ tentu yang namanya kemerdekaan finansial, kemandirian ekonomi akan tercapai, insya Allah.

 

Masih ada bukti yang lain lagikah?

Islam juga mengajarkan patuhilah orang tuamu, suamimu selama perintah itu tidak mengarah pada kemungkaran.

Bila sikap ini benar-benar dipahami, tentu masyarakat Indonesia tidak akan mudah dihasut, diprovokasi. Karena masyarakat sudah bisa membedakan mana yang benar, mana yang salah. Mana yang mengarah pada merugikan orang banyak dan mana yang mengarah pada penyelamatan orang banyak.

 

sumber image: http://www.nasokhiligiawa.com/

Ikuti tulisan menarik Ichlas prima indriansyah lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

10 Mei 2016

Oleh: Wahyu Kurniawan

Kamis, 2 Mei 2024 08:36 WIB

Terkini

Terpopuler

10 Mei 2016

Oleh: Wahyu Kurniawan

Kamis, 2 Mei 2024 08:36 WIB