x

Iklan

Adi Prima

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Catatan Minum Kopi di Ketinggian

Menyeruput secangkir kopi diatas ketinggian sambil bercerita bersama teman, menjadi kenangan tersendiri.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

GARUDA, INDONESIA. Menyeruput secangkir kopi diatas ketinggian sambil bercerita bersama teman, menjadi kenangan tersendiri. Apalagi kopi disuguhkan dengan ramah oleh pramugari cantik nan ayu. Kopi tak bergula pun, nikmat diseruput!

Minggu (20/08), adalah jadwal keberangkatan saya dan beberapa orang teman kantor menuju Yogyakarta. Berangkat dari kota Padang, Sumatera Barat, kita akan mengikuti pelatihan kemanusiaan yang akan diadakan oleh lembaga tempat kami bekerja, yaitu Lembaga Arbeiter Samariter Bund (ASB) Indonesia and the Philippines, selama 1 Minggu lebih.

Bagi salah seorang teman yang ikut berangkat, Erkanus Salimu (30), asli Mentawai, ini merupakan penerbangan yang dinanti-nantikan. Sudah lama, sejak Tahun 2012 ia tidak pernah mengudara. Itu pun bukan dengan Garuda. ‘Dibiayai penerbangan dengan Garuda dan berangkat ke Yogyakarta, akan punya cerita tersendiri bagi siapa saja,’ ucap Erkanus.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Garuda

Jika dikenang, seandainya tidak didukung orangtua dan tidak berani saya mengambil keputusan meninggalkan dusun untuk melanjutkan pendidikan di Muara Siberut dan kota Padang, Sumatera Barat, tentu tidak akan saya peroleh kemudahan berkeliling dan mengunjungi wilayah Indonesia seperti hari ini. Intinya, pendidikan dan nyali itu penting, lanjut Erkanus.

Menempuh pendidikan di Mentawai tidak semudah ditempat lain. Akses transportasi terbatas. Jauh dari orangtua dan bekerja sepulang sekolah sudah terbiasa kami lakukan. Menjadi buruh angkat batu, buruh panjat cengkeh, membersihkan ladang adalah beberapa hal seru yang kami lakukan untuk menambah biaya persekolahan.

Semenjak di Sekolah Dasar, kami yang meninggalkan dusun tidak hanya mengandalkan kiriman orangtua. Maklum, kiriman dari dusun kadang datang, kadang tidak. Di dusun, tidak banyak uang tunai, namun, cengkeh, kopra, nilam, pisang dan sikobou (talas-red), melimpah. Jika diukur uang, mungkin orang di dusun terbatas, tapi jika diukur dengan ketersedian bahan makanan, warga dusun tidak kekurangan. Udang dan lokan juga melimpah di Sungai Dusun Saliguma, Siberut, Kep. Mentawai, tempat saya berasal, sambung Erkanus.

Ketika melanjutkan perkuliahan di kota Padang, Sumatera Barat, tentu semakin mudah, sebab semenjak kecil anak-anak Mentawai sudah terlatih mandiri, gurau Erkanus.

“Permisi bapak, minumnya apa?” Tanya seorang pramugari sambil tersenyum. “Kopi hitam boleh mbak,” “Pake es atau tidak pak?” “Tidak, panas saja” jawab saya.

Kopi disajikan dengan ramah oleh pramugari. “Wah, dari aromanya, entah kopi ini memang berkelas atau kopi ikut berkelas karena disuguhkan Pramugari Garuda?” Ucap Rizal (27), teman kantor lain yang juga ikut rombongan ke Yogyakarta.

Kita saling tersenyum, sebab pramugari itu jaraknya tidak terlalu jauh dari tempat duduk. Ucapan Rizal ada benarnya. Kopi hitam tanpa gula pun jika disajikan oleh pramugari Garuda, rasanya pasti tetap manis, sambung saya.

“Dengan seni hidup indah

Dengan ilmu hidup mudah

Dengan agama hidup terarah!” Imam Syafii.

Jogja

Rizal asli Bandung, saya asli Padang dan Erkanus asli Mentawai, menyeruput dan menikmati kopi hitam diketinggian di atas langit Indonesia sambil mengenang apa-apa yang sudah kami perjuangkan.

 

Ikuti tulisan menarik Adi Prima lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler