x

Sejumlah pekerja melakukan pengisian aspal ke dalam drum di Pabrik Aspal Gresik (PAG) Pertamina, Gresik, 29 April 2016. Peningkatan ini ditargetkan dari 962 ribu drum atau 149 ribu MT menjadi 1 juta drum atau 155 ribu MT. ANTARA/Moch Asim

Iklan

Indrato Sumantoro

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Dosa dan Pahala Aspal Buton

Belum ada “political will” dari Pemerintah untuk sungguh-sungguh mengolah dan memanfaatkan aspal Buton

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Apa yang salah dengan aspal Buton sehingga sampai saat ini aspal Buton masih belum mendapatkan perhatian yang besar dari Pemerintah ? Sudah banyak himbauandari wakil-wakil rakyat, permintaandari pejabat-pejabat negara dan swasta, tulisan-tulisandi media, dan surat-suratresmi untuk memohon perhatian dari Pemerintah, tetapi semua itu dianggap sebagai angin lalu. Lantas apalagi yang harus diperbuat agar Pemerintah mau mendengarkanjeritan hati nurani rakyatnya? Haruskah rakyat melakukan demonstrasi agar aspirasinya didengaroleh Pemerintah? Sebenarnya permohonanrakyatsangat sederhana, dan tidak muluk-muluk; yaitu aspal Buton diolah dan dimanfaatkan untuk kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia. Benar, aspal Buton diolah dan dimanfaatkan untuk kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia sesuai dengan UUD 45 Pasal 33.

Mungkin sudah banyak usaha dan upaya yang telah dilakukan oleh Pemerintah selama ini untuk mengolah dan memanfaatkan aspal Buton, tetapi peranan dan tanggung jawab dari Pemerintah masih sebatas wacana. Belum ada program Pemerintah yang konkrit dengan target yang terukur.Dengan perkataan lain, belum ada “political will” dari Pemerintah untuk sungguh-sungguh mengolah dan memanfaatkan aspal Buton untuk kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia. Semua pihak yang terkait menganggap seolah-olah aspal Buton ini adalah hidangan panas, yang perlu ditunggu sampai dingin dulu sebelum bisa disantap dengan nikmat. Ataukah aspal Buton ini dianggap sebagai badai yang sangat dashyat, sehingga kalau mau diolah dan dimanfaatkan harus menunggu sampai badai reda?. Ataukah menganggap aspal Buton ini sebagai sesuatu yang keramat, sehingga lebih baik dibiarkan begitu saja daripada nanti akan membawa bencana dan malapetaka?

Pada tanggal 9 September 2015 PT. Pertamina dan PT. Wijaya Karya (WIKA) menandatangani nota kesepahaman untuk pengembangan bisnis aspal hibrid berkualitas tinggi. Kerja sama ini diharapkan mampu meningkatkan kapasitas produksi aspal nasional hingga 75% dari total kebutuhan sekitar 1,2 juta ton. Direktur Pengolahan Pertamina Rachmad Hardadi mengungkapkan pengembangan bisnis aspal di Pulau Buton, Sulawesi Tenggara sangat strategis, terutama guna memenuhi kebutuhan aspal dalam negeri yang selama ini masih mengandalkan aspal impor. Menteri PUPR Basoeki Hadimoeljono menyambut baik kerja sama ini. Pihaknya pun menjamin akan menyerap produksi aspal tersebut ke dalam proyek-proyek infrastruktur yang tengah dijalankan Pemerintah, sehingga pelaku usaha tak perlu khawatir dengan ketersediaan pasar. “Ada 660 juta ton cadangan aspal di Buton yang bisa dikelola macam-macam. Saya kira dosa kalau kita tidak memanfaatkan aspal Buton ini. Kerja sama ini akan ada banyak sekali manfaatnya, saya dengan pak Dirjen Bina Marga akan menjamin pasar untuk menyerap produksi aspal ini,” ujarnya ketika memberikan sambutan. Ini merupakan kutipan berita dari Tempo.co tertanggal 10 September 2015.

Kutipan berita di atas jelas-jelas menunjukkan bahwa perhatian Pemerintah terhadap aspal Buton adalah sangat besar. Pendapat kalau Pemerintah tidak peduli terhadap aspal Butonadalah tidak benarsama sekali. Pernyataan Bapak Menteri PUPR bahwa adalah dosa kalau kita tidak memanfaatkan aspalButon, ini menunjukkan komitmen dan tanggungjawab beliau,sebagai pejabat tinggi negara,yang sangat besar terhadap bangsa dan negara Indonesia. Alangkah indahnya kalau saja kata-kata adalah dosa kalau kita tidak memanfaatkan aspal Buton inidapat kita jadikan slogan untuk kebangkitan industri aspal Buton. Tetapi sekarang masalahnya adalah bagaimana cara kita mengukir kata-kata adalah dosa kalau kita tidak memanfaatkan aspal Butonini ke dalam hati nuraniyang paling dalam dari para pejabat tinggi negara, khususnya Bapak Presiden, Bapak dan Ibu Menteri, Bapak Gubernur, dan Bapak Bupati? Hal ini tentu saja akan menjadi panutan bagi semua rakyat Indonesia untuk mengukir juga kata-kata tersebut ke dalam hati nurani mereka masing-masing agardapat diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Adalah dosa kalau kita tidak memanfaatkan aspal Buton, ini merupakan kata-kata mutiara yang sakral, yang terucap dari hati nurani yang paling dalam dari seorang Bapak Menteri PUPR. Apakah kata-kata ini hanya terucap sekali itu saja?Atau haruskah kita semua rakyat Indonesia mengucapkannyajuga di setiap saat agar menjadi darah daging, jiwa, pikiran, dan asa untuk dapat merealisasikannya ?. Semoga saja pernyataan ini bukan hanya sekedar basa-basi dan permainan kata-kata belaka. Tetapi sesuatu yang perlu kita pertanggung jawabkan di hadapan Allah SWT di akhirat nanti.

Tidak terasa sudah 2 tahun berlalu sejak kata-kata itu pertama kali terucap. Apakah kita sekarang merasa berdosa, karena sampai saat ini kita masih belum mampu mengolah dan memanfaatkan aspal Buton untuk kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia ? Kalau kita sekarang merasa berdosa, maka kita harus cepat-cepat bertobat. Tetapi apabila kita tidak merasa berdosa sama sekali, maka lupakanlah saja semua cerita mengenai aspal Buton ini,karena masalah dosa adalah urusannya dengan Allah SWT.

Aspal Buton adalah cerita yang sudah sangat lama sekali. Sudah hampir 1 abad cerita ini ditulis berlembar-lembar oleh berbagai penulis dengan judul yang bermacam-macam. Ada cerita mengenai harapan dan keputusasaan. Ada juga cerita mengenai optimisme dan apatisme. Dan sudah tentu ada cerita mengenai nasionalisme dan patriotisme. Tetapi mengapa semua cerita itu hanya merupakan pendahuluan saja?. Mana intisari dari ceritanya? Mana cerita “happy ending”nya? Dan siapakah tokoh utama dalam cerita ini? Masih banyak pertanyaan-pertanyaan yang masih belum terjawab. Mungkin masih perlu berlembar-lembar cerita yang harus dituliskan lagi oleh berbagai penulis dengan judul yang bermacam-macamsampai suatu saat nanti akan terjawab semua pertanyaan-pertanyaantersebut. Semua rakyat Indonesiahanya bisa berdoa dan berharap dengan pasrah agar dalam waktu yang tidak lama lagi akan ada masa untuk kebangkitan industri aspal Buton. Setidak-tidaknya akan ada pernyataan dari pejabat tinggi negara,yang akan menjadi slogan baru untuk kebangkitan industri aspal Buton; yaitu“Ada pahala yang besar bagi siapa yang mengolah dan memanfaatkan aspal Buton”. Apakah Pemerintah yang akan menjadi pemeran tokoh utama dalam cerita-ceritaaspal Buton berikutnya ? Tentu saja hanya Pak Joko Widodo yang dapat menjawab pertanyaan ini.

Ikuti tulisan menarik Indrato Sumantoro lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler