x

Iklan

FX Wikan Indrarto

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Klarifikasi Dokter Anak Soal Isu Ngawur Vaksin Rubella

Isu-isu mengenai bahwa vaksin itu berbahaya yang beredar sejak tahun 2003, bersumber dari berita tahun 1950-1960an.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

(Klarifikasi terhadap berita negatif tentang Imunisasi dan kampanye MR)

Semua negara di dunia sampai sekarang melakukan imunisasi rutin bayi dan anaknya, karena adanya bukti yang tidak terbantahkan bahwa imunisasi mencegah: wabah, sakit berat, cacat, dan kematian. Manfaat imunisasi telah dibuktikan oleh kajian ilmiah berbagai profesi dan dipublikasikan secara resmi baik nasional maupun internasional. Kajian ilmiah oleh berbagai profesi di lembaga nasional/internasional dapat dipercaya oleh karena berbasis bukti dan dengan data yang valid berbeda dengan pendapat pribadi seseorang.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Isu-isu mengenai bahwa vaksin itu berbahaya yang beredar sejak tahun 2003, bersumber dari berita tahun 1950-1960an yang dikutip dari  beberapa buku dari luar negeri. Teknologi vaksin tahun 1950-1960an sangat berbeda dengan vaksin generasi sekarang. Untuk memahami isi dan proses pembuatan vaksin generasi sekarang diperlukan pengetahuan yang mendalam, sehingga tidak semua profesi kesehatan bisa memahaminya. Nama dan komentar yang dikutip dari buku tersebut ketika ditelusuri lebih lanjut ternyata hanya pendapat pribadi, tidak disertai metodologi dan rincian hasil penelitian, jabatan atau profesinya tidak sesuai dengan kutipan, kutipan tidak lengkap atau tidak sesuai dengan berita aslinya, dan sebagian sumber aselinya tidak dapat ditemukan.

Akibat penyebaran isu yang tidak benar tersebut maka banyak anak Indonesia tidak diimunisasi polio, sehingga tahun 2005-2006 terjadi wabah polio di beberapa  propinsi. Akibatnya 352 anak Indonesia lumpuh, cacat, menjadi beban keluarga seumur hidup. Akibat penyebaran isu yang salah maka banyak anak Indonesia tidak diimunisasi DPT sehingga terjadi wabah difteria di Indonesia tahun 2007-2013. Akibatnya 2.869 anak dirawat di RS dan131 anak meninggal dunia. Akibat penyebaran isu tersebut banyak anak tidak mau imunisasi campak sehingga makin banyak anak yang sakit berat atau meninggal akibat campak.

Tahun 2010-2014 terjadi 1.008 kali wabah campak dan menyerang 83.391 bayi dan anak Indonesia. Di Indonesia dan beberapa negara lain, penyakit rubella semakin menjadi masalah.  Sejak tahun 2010-2015 di Indonesia berdasarkan pemeriksaan laboratorium terbukti 6.309 anak terserang rubella, 77 % berumur kurang dari 15 tahun. Virus rubella dapat  menyerang janin di dalam kandungan ibu, sehingga pada  tahun 2015-2016 ada 556 bayi cacat dengan kelainan jantung (79,5%), buta karena katarak (67,6%), keterbelakangan mental (50%), otak tidak berkembang (48,6%), tuli (31,3%), dan radang otak (9,5%).

Berdasarkan kajian oleh WHO yang kemudian diikuti dengan adanya Kampanye Global MR, maka berbagai  profesi kesehatan bersama Kementerian Kesehatan mengkaji: bahaya penyakit, kemungkinan menyebar ke/dari negara lain,  manfaat vaksin, ketersediaan vaksin, anggaran dll. Maka diputuskan imunisasi rutin perlu ditambah dengan imunisasi Rubella (R) yang digabung dengan imunisasi campak (measles = M).

Mulai Agustus 2017 di Pulau Jawa dilakukan imunisasi MR untuk anak sekolah. Pada September 2017 untuk anak mulai usia 9 bulan dan yang belum bersekolah, walaupun mereka sudah pernah imunisasi campak /rubella atau sakit campak/rubella akan mendapatkan imunisasi lagi. Setelah itu MR akan masuk ke program imunisasi rutin untuk menggantikan imunisasi campak pada umur 9 bulan, 18 bulan, dan 6 tahun. Pada 2018 imunisasi MR akan dilakukan di luar pulau Jawa : Agustus 2018 di sekolah-sekolah, September 2018 untuk bayi 9 bulan dan anak belum bersekolah. Setelah itu MR akan masuk ke program imunisasi rutin untuk menggantikan imunisasi campak pada umur 9 bulan, 18 bulan, dan 6 tahun. Imunisasi MR serentak dalam satu periode pada semua anak umur 9 bulan sampai <15 tahun akan menghasilkan kekebalan yang merata dan tinggi sehingga virus tersebut sulit menyebar, dan bermanfaat menurunkan kejadian wabah, sakit berat, cacat atau kematian karena campak dan rubella, dan diharapkan target global tahun 2020, maka Indonesia bersama Negara lain di dunia akan mengeliminasi campak di masyarakat dan mengendalikan Rubella/ Congenital Rubella Syndrome (CRS).

Majelis Ulama Indonesia pada tanggal 31 Juli 2017 telah mengeluarkan rekomendasi No. U-13/MUI/KF/VII/2017 yang isinya memberikan dukungan pelaksanaan program imunisasi termasuk imunisasi Measles dan Rubella (MR). Seperti telah disampaikan di atas, Badan Kesehatan Dunia (WHO) yang anggotanya terdiri dari pakar profesi kesehatan dari berbagai negara di dunia mendukung program imunisasi MR karena penyakit ini selain menjadi masalah Indonesia  juga masalah internasional.

Untuk itu kami menghimbau untuk lanjutkan imunisasi rutin ditambah imunisasi MR untuk mencegah wabah, sakit berat, cacat dan kematian bayi dan anak kita. Sampai saat ini semua profesi di lembaga penelitian resmi nasional dan internasional menyatakan bahwa imunisasi terbukti aman dan bermanfaat mencegah wabah, sakit berat, cacat dan kematian.

Sebagai bentuk dukungan IDAI terhadap program imunisasi MR, seluruh dokter spesialis anak anggota IDAI harus terus mensukseskan program ini, demi tercapainya eliminasi Campak dan kontrol Rubella/Congenital Rubella Syndrome (CRS) di Indonesia.

Terimakasih.

Ikuti tulisan menarik FX Wikan Indrarto lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu