x

Iklan

firdaus cahyadi

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Bab yang Hilang dalam Film Nyai Ahmad Dahlan

Saya pun bertanya dalam hati, apakah hilangnya dua bab dalam film 'Nyai Ahmad Dahlan' itu sebuah kebetulan atau kesengajaan?

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Saya dilahirkan dalam lingkungan Muhammadiyah. Almarhum bapak saya pernah menjadi pengurus Muhammadiyah di sebuah kabupaten di Jawa Timur. Sementara, almarhumah ibu saya aktif di Aisyiah, organisasi perempuan Muhammadiyah. Almarhumah neneku juga aktif di Aisyah. 

Latarbelakang keluarga yang aktif di Muhammadiyah itulah mendorong saya untuk mengoleksi buku tentang Muhammadiyah, termasuk tentang novel biografi Ahmad Dahlan, pendiri Muhammadiyah. Tak puas dengan hanya mengoleksi buku, saya pun menonton film 'Sang Pencerah'. Sebuah film yang menggambarkan kisah perjuangan Ahmad Dahlan dalam membangun Muhammadiyah.

Begitu pula saat muncul film 'Nyai Ahmad Dahlan', saya dan keluarga tidak melewatkan untuk menontonnya di bioskop. Film 'Nyai Ahmad Dahlan', berkisah tentang perjuangan Siti Walidah, istri Ahmad Dahlan, dalam berdakwah dan membangun organisasi perempuan Aisyah. 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Namun setelah menonton film 'Nyai Ahmad Dahlan' itu, saya merasa ada beberapa bab penting yang justru hilang atau dihilangkan dalam film tersebut. Bab yang hilang pertama itu terkait dengan persoalan keputusan Ahmad Dahlan untuk menikahi wanita lain atau berpoligami.

Jangankan gejolak hati dan sikap Siti Walidah, Nyai Ahmad Dahlan, dalam mengahdapi keputusan Ahmad Dahlan untuk berpoligami. Persoalan bahwa Ahmad Dahlan mempunyai istri lebih dari satu pun tidak disinggung di film tersebut.

Memang poligami bukan sebuah hal yang haram dalam Islam. Namun, sebagai seorang istri pertama Ahmad Dahlan, tentu beliau berproses hingga akhirnya bisa menerima dengan legowo suaminya berpoligami. Proses itu yang dihilangkan. Sehingga film 'Nyai Ahmad Dahlan' seperti menggambarkan sosok Siti Walidah sebagai sosok yang tidak pernah menghadapi persoalan rumah tangga yang membuat hatinya bergejolak, sedih dan meneteskan air mata. Padahal dalam novel biografi Ahmad Dahlan, diceritakan bahwa Siti Walidah sempat meneteskan air mata saat mengijinkan suaminya berpoligami.

Bab yang hilang kedua terkait dengan perjalanan organisasi Aisiyah. Dalam perjalanan organisasi Aisyiah, Ahmad Dahlan pernah mengundang aktivis perempuan Woro Sastroatmojo untuk berpidato dalam rapat terbuka Aisyah. 

Siapa Woro Sastroatmojo? Mengapa sosok itu begitu penting untuk ditampilkan? Woro Sastroatmojo adalah aktivis Sarekat Islam yang tertarik pada paham komunisme. Dalam novel biografi Ahmad Dahlan, dituliskan bahkan sebelum mengundang Woro Sastroatmojo untuk berpidato di rapat terbuka Aisyah, Ahmad Dahlan sudah mengetahui bahwa aktivis perempuan itu lebih condong pada pemahaman komunis. 

Pidato Woro Sastoatmojo di depan rapat terbuka Aisiyah pun terkait dengan propaganda komunis yang berpihak pada kepentingan rakyat. Ditulis dalam novel biografi Ahmad Dahlan bahwa pidato Woro Sastroatmojo memukau peserta rapat terbuka. Bahkan setelah Woro Sastroatmojo berpidato di depan rapat terbuka Aisiyah, aktivis perempuan Aisyah memiliki keberanian untuk berpidato dan berbicara di depan publik. 

Lantas, mengapa tampilnya Woro Sastroatmojo, yang berpaham komunis, begitu penting ditampilkan di film 'Nyai Ahmad Dahlan'? Apakah salah mengundang seorang berpaham komunis untuk berpidato di rapat terbuka Aisyah?

Menurut saya tindakan Ahmad Dahlan mengundang aktivis perempuan berpaham komunis berpidato di rapat terbuka Aisyah tidak salah. Justru itu perlu ditampilkan agar publik mengetahui bahwa pernah terjadi dalam sejarah di Indonesia, pergerakan Islam dan komunis berdamai bahkan berbaur dan bekerjasama. Selama 32 tahun kekuasaan Orde Baru, ditanamkan di benak masyarakat bahwa pergerakan Islam dan komunis bagaikan air dan minyak. Tidak bisa berdampingan dengan damai. Bab saat Woro Sastroatmojo berpidato di depan rapat terbuka Aisyah, bila ditampilkan dapat berlahan-lahan meluruskan sejarah pergerakan di Indonesia.

Saya pun bertanya dalam hati, apakah hilangnya dua bab, yang menurut saya penting, dalam film 'Nyai Ahmad Dahlan' itu sebuah kebetulan atau kesengajaan? Apapun alasan dari hilangnya dua bab itu, saya berharap tulisan pendek ini dapat melengkapinya. Semoga.

Ikuti tulisan menarik firdaus cahyadi lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler