x

Calon Wakil Gubernur Sandiaga S. Uno (kiri) bersama relawan berenang dari pulau Panggang ke pulau Pramuka sebelum kampanye di Kepulauan Seribu, 21 Januari 2017. ANTARA FOTO

Iklan

cheta nilawaty

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Kembali Berenang di Laut Setelah Buta

kemampuan berenang tidak akan luntur dari diri seseorang, tapi mental sangat mempengaruhi seseorang untuk kembali berani berenang.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Agak ragu kaki kiri saya menyentuh ujung air laut di perairan pulau macan di Kepulauan Seribu, provinsi DKI Jakarta. Sebab hampir setahun lamanya saya tidak pernah lagi berenang baik di kolam renang maupun di perairan lepas. Walau saya yakin, seperti yang dikatakan orang, kemampuan berenang tidak akan luntur dari diri seseorang, tapi mental sangat mempengaruhi seseorang untuk kembali berani berenang.

Ahad, 20 Agustus 2017 lalu, saya akhirnya kembali menyeburkan diri ke laut lepas. Mental saya yang pertama kali tergencet, sebab baru pertama kali ini pula saya berenang dalam keadaan buta. Selain itu, sudah setahun lamanya saya tidak pernah berenang, apalagi di perairan lepas. Terakhir saya berenang di laut pada  September 2013 di Karimunjawa. Itupun menurut saya bukan berenang yang  serius, sebab saya masih  diawasi oleh nakoda kapal Tongkang.

Tapi Ahad siang itu Rayuan laut di Pulau Macan begitu menggoda. Airnya hangat saat ujung kaki saya pertama menyentuh permukaan nya. Ditambah dengan suara kecepak air Dan tawa teman teman Yang  meriah, membuat saya ingin lompat dari atas perahu  ke air. Beberapa teman sempat menanyakan apakah saya ingin ikut nyemplung atau tidak. Mereka tidak melarang, melainkan mendukung  dengan  mempersiapkan segala alat pendukung yang saya butuhkan. seperti Pelampung dan kaca mata untuk snorKeling. Walau pada akhirnya alat alat tersebut tidak sempat saya gunakan, upaya mereka menjaga saya begitu berharga. 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Bagi saya berenang itu sangat dipengaruhi oleh mental dan rasa percaya diri. Yang saya khawatirkan ketika sampai di air adalah saya tidak dapat menentukan batas untuk Berpegangan atau menapakkan kaki. Walaupun pada kenyataannya saya bisa berenang mengambang, Keadaan Tunanetra sangat menekan mental saya. Pertarungan antara keinginan berenang dan rasa khawatir mulai berkelebat. Tapi Rayuan laut begitu menggoda. Memori saya tentang perjalanan di Karimunjawa kembali berkelebat dan semakin menguatkan niat saya untuk berenang.

Akhirnya, "Byuuurr ... woohooo berenang lagi" kata itulah yang saya teriakan pertama kali di air. Semua kekhawatiran saya langsung Sirna berganti rasa bungah, nyaman melayang layang di permukaan laut. Saya seperti menemukan teman lama, rasa kangen  berkkecipak di air terobati sudah. 

Di sekeliling saya lima orang teman menjaga. Mereka adalah teman teman perempuan yang memang suka laut. Soal kemampuan berenang mereka patut diacungi jempol. Mereka selalu sigap menjaga saya selama perjalanan air dilakukan.  Karena bantuan mereka pulalah saya menjadi lebih percaya diri untuk berenang di laut. Setidaknya saya memiliki rasa aman karena ada mereka di sekeliling saya. 

Tidak sampai 5 menit saya berenang di tengah laut. Selain  kaki yang  mulai pegal dan tangan yang terasa berat karena jarang melakukan gerakan renang, tidak ada pertimbangan lain bagi saya kembali naik ke atas perahu. Keinginan saya untuk berenang sebenarnya masih membuncah, tapi saya mulai merasa ada yang salah dengan degup jantung. Mungkin juga karena sudah lama tidak bergerak secara masif, mungkin juga karena hormon Adrenalin yang terpicu tiba tiba, Degup jantung saya terasa lebih cepat dari biasanya.

Ya, karena degup jantung yang saya rasa sedikit tidak normal, saya menyudahi acara berenang di tengah laut. Dari pada saya pingsan, pasti akan lebih menyulitkan. Keadaan saya yang tidak melihat saja, sudah menyita perhatian teman teman yang menjaga, apalagi kalau saya sampai pingsan. Janganlah, saya sudah cukup berterimakasih pada teman teman yang sudi menjaga dan mengajak saya berlibur hari itu.

Sampai di atas perahu, tangan serta kaki saya terasa sangat lemas. Mungkin bedanya dulu waktu melihat, keadaan seperti ini disertai pandangan yang berkunang-kunang. Tapi karena sekarang sudah Tunanetra, yang terasa hanya ngantuk dan nafas yang tersengal-sengal. Ketika perahu Tongkang yang membawa saya kembali mengarungi laut lepas menuju ke Pulau Harapan, saya pun    tidur sekejap. Semacam ada perasaan yang mengatakan saya  dibebaskan, rasa percaya diri sedikit  kembali.  Mungkin karena efek psikologis dari  berenang di laut. Dan laut pun menyerap energi negatif saya.  

 

Ikuti tulisan menarik cheta nilawaty lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler