x

Iklan

Kang Nasir Rosyid

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Dinamika Politik Medsos, Antara Akun Palsu dan Asli

Seputar Akun Kloningan di Medsos.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Menyikapi dinamika politik media social menjelang hajat politik baik di tingkat lokal maupun nasional, penuh dengan  hal hal yang kadang membuat tertawa, antara tertawa geli dan tertawa lucu.

Di media social, bertebaran meme meme yang menggambarkan tentang watak, karakter seseorang yang ditokohkan dan menjadi pilihan politiknya atau tokoh yang diposisikan sebagai lawan politik.

Di kampung saya, Cilego ada juga yang sengaja merekam menjadi video tentang kegiatan yang sudah direkayasa sedemikian rupa, kemudian disebarkan di media social yang isinya minta kepada Allah agar Ibu Anom menjadi DPRD dan Bapak Anim menjadi wali kota sambil membagi bagi amplop kepada yang hadir kemudian dilanjutkan zikir bersama dengan menyebut asma Allah, Allahu, Allahu, Allah. Maksudnya tentu untuk memperoleh simpati.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Di media social pula, utamanya di face book, berjibun akun akun kloningan, akun abal-abal alias akun palsu. Seseorang bisa mempunyai puluhan akun dengan nama yang berbeda.

Kadang tertawa geli, seorang pemilik akun bisa ngobrol dengan dirinya sendiri menggunakan akun palsunya itu. Jika ini yang terjadi, obrolannya pasti seputar orang yang menjadi idolanya dan membandingkan dengan orang lain yang dianggap sebagai lawan atau saingannya.

Materinya sudah dipastikan akan menyanjung tokoh idolanya sebagai orang yang pantas jadi wali kota, pantas jadi Bupati, pantas jadi Gubernur, Cuma yang pantas menjadi RT saja yang tidak disebut.

Sebaliknya, orang yang dianggap lawan, akan disetempel sebagai orang yang gagal, orang yang tidak memihak rakyat, orang yang hanya memperhatikan dirinya sendiri dan segudang sebutan lain yang buruk buruk, persis kaya watak para kurawa dalam cerita pewayangan.

Tujuannya hanya satu, laksana iklan,tidak ada kecap yang mengaku nomor dua, semuanya kecap nomor satu. Pokoknya Idola saya yang paling baik paling oye.

Di media social pula bertebaran foto foto pencitraan, peduli dengan nenek, peduli dengan anak kecil, peduli dengan wong cilik. Bahkan ada yang meng-upload di akun(palsu)nya disertai komentar saat bangun tidur melihat foto foto si anim menitikkan air mata karena saking pedulinya. Lebay sangat.

Bukan hanya itu, dalam satu komunitas, sudah berani menyebut Idolanya itu sebagai Walikota ERTE dengan tanda pagar ditengahnya. Ketika menjadi viral di dunia maya, berdalih sebutan Walikota itu bukan jabatan birokrasi tetapi sebagai padanan sebutan Ketua untuk komunitasnya, padahal sejatinya si ERTE memang sedang memimpikan jadi Walikota.

Nah, sebagai orang yang waras alias tidak dalam keadaan sakit,masyarakat harus pandai pandai menyikapi fenomena politik di media social, orang waras akan mampu membedakan mana yang sejatinya hanya sebuah pencitraan dan mana orang yang sedang punya ambisi berlebih.

Namun, tentu saja sebuah pencitraan tidak ada larangan jika masih dalam koridor ber-ahlaqul karimah walaupun yang membuat pencitraan itu -misalnya -- menggunakan nama palsu alias akun palsu, wong dengan menggunakan nama asli saja tidak apa apa kok.

Bagi saya, antara akun palsu atau akun asli tak penting penting amat, yang penting WARAAAAAAAAS?.

Ikuti tulisan menarik Kang Nasir Rosyid lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler