x

Iklan

Nia S Amira

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Uzbekistan, Negeri yang Diberkati Allah di Asia Tengah

Musim panas tahun ini, Uzbekistan merayakan inagurasi pertama pembukaan rute ziarah Islam

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Musoleum Ismail Samanid - Bukhara, Uzbekistan

Oleh: Nia S. Amira

Musim panas tahun ini memang spesial bagi rakyat Uzbekistan.  Pemerintah Uzbekistan merayakan inagurasi pertama pembukaan rute ziarah ke tempat-tempat di mana agama Islam pernah berkembang dengan pesat dan menjadikan negara kecil berpenduduk 32 juta jiwa ini sebagai pusat peradaban Islam di Asia Tengah.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Rute Jalur Sutra sebenarnya sudah pernah disiarkan di beberapa media elektronik di luar negeri sejak 3 dekade lalu dan di Indonesia pun tayangan ini pernah ada setiap bulan suci Ramadhan. Sejak beberapa tahun terakhir ini, nama Uzbekistan kembali terdengar di telinga-telinga para peminat sejarah dan pelancong wisata, hingga sampai ke Indonesia. Orang Indonesia memang senang berwisata ke tempat-tempat bersejarah, terlebih yang bernuansa Islami.

Seperti yang dikoordinasikan oleh Asphurindo bersama beberapa biro perjalanan yang biasa mengadakan wisata religi ke berbagai Negara Islam, kali ini atas undangan khusus dari pemerintah Uzbekistan, sekitar 80 orang ikut dalam perjalanan wisata religi ke 3 kota tua, yaitu Bukhara, Samarqand serta Tashkent. Dari 80 orang tersebut, 43 orang berangkat bersama Asphurindo, yang memang menaungi ratusan biro perjalanan Umrah dan Haji di Indonesia.

Bertolak dari Jakarta dengan maskapai penerbangan negeri jiran selepas waktu subuh menuju Kuala Lumpur dan setiba di KLIA, transit selama 4 jam. Perjalanan diteruskan dengan menggunakan maskapai penerbangan Uzbekistan Airways menuju Bukhara dan menempuh waktu sekitar 7 jam. Rute perjalanan kali ini memang spesial, karena pesawat Boeing 767 Uzbekistan Airways yang membawa para peziarah dari Indonesia dan Malaysia langsung bertolak ke bandara di kota Bukhara tanpa harus mendarat di bandara Internasional Tashkent. General Manager Uzbekistan Airways di Kuala Lumpur, Sherzod Akmalov sampai harus turun langsung mengecek semua boarding pass para penumpang yang berasal dari Indonesia dan Malaysia, seluruhnya berjumlah 123 orang (43 orang dari Malaysia dan 80 dari Indonesia).

Pelayanan yang ramah dari para pramugara dan pramugari Uzbekistan Airways sebagai ciri khas bangsa di Asia Tengah serta ketrampilan yang baik dari pilot dan co-pilot yang rata-rata pernah memiliki pengalaman bekerja dengan maskapai penerbangan Russia membuat penumpang merasa seperti tidak berada di dalam pesawat, nyaman dan terkendali meski ada beberapa guncangan.

Sejak “berpisah” dari Uni Soviet 25 tahun yang lalu, pemerintah Uzbekistan bersama rakyatnya berusaha keras untuk keluar dari bayang-bayang Uni Soviet. Di bawah kepemimpinan Presiden pertama Uzbekistan, Islam Karimov, negara yang dijuluki sebagai negeri dongeng karena keindahannya itu berusaha tampil sebagai negara yang independen dan ingin berkembang maju sebagaimana negara-negara lain di Asia dan dunia.

Wakil Menteri Pariwisata Uzbekistan, Anvar P. Temirkhodjaev menyambut dengan ramah rombongan turis dari 2 negara yang berpenduduk umat muslim terbesar di dunia, Indonesia dan Malaysia sesaat setelah pesawat mendarat di tengah-tengah udara kota Bukhara yang cukup panas dan kering. Temperatur saat itu menunjukkan angka 40 derajat celcius. Wakil Menteri Anvar didampingi staf Kementrian Luar Negeri yang juga bernama Anvar datang mewakili Menteri Pariwisata Uzbekistan yang kebetulan juga bernama Anvar Sharapov. Rupanya orang Uzbek sangat menyukai nama Anvar yang berarti cahaya sebagai nama anak-anak mereka.

Rombongan turis pada program khusus ziarah Islami ini langsung dibawa ke hotel yang terletak persis di tengah-tengah kota Bukhara yang cantik meski sudah berusia lebih dari 2000 tahun. Dinding bangunan-bangunan tua di kota yang disebut Buxoro dalam bahasa Uzbek itu dibangun memakai batu-batu bata khusus berwarna krem, terlihat masih kokoh dan menjadikan kota itu terlihat indah. Bukhara dahulu pernah diperintah oleh Ismail Samonid, Emir Bukhara, penguasa kota dari dinasti Samanid yang berasal dari Persia (baca: Iran).

Matahari tidak terlalu menampakkan dirinya, namun teriknya terasa hingga ke tenggorokan. Hari pertama di Bukhara dimulai dengan makan malam di restoran yang sengaja dibangun mengelilingi bazaar yang berdekatan dengan Liyab House. Sambil menikmati berbagai macam menu pembuka yang terdiri dari beraneka salad segar dengan humus dan yoghurt segar, panitia local menyuguhkan tarian pembuka yang diikuti dengan peragaan fashion show yang cukup menghibur. Berbagai jenis coat dari bahan katun dan dengan motif Ikat khas Uzbek dibawakan dengan elok oleh beberapa peragawati muda yang bertubuh tinggi dan tentu saja cantik. Hampir semua wanita Uzbek terlihat cantik dan ramah. Mereka sadar jika devisa terbesar negaranya dapat dihasilkan lewat pariwisata.

Acara yang berlangsung hingga pukul 9 malam itu benar-benar mengobati rasa lelah setelah cukup lama berada dalam pesawat. Sungguhan buah melon Uzbek yang terkenal dengan rasa manis susu itu mengakhiri program folkshow di hari kesembilan musim panas. Penduduk kota Bukhara yang terkenal ramah tidak melewatkan kesempatan besar, para penjual souvenir diserbu turis Indonesia dan Malaysia yang memang gemar berbelanja. Komplek Liyab House benar-benar seperti pasar malam, seolah-olah semua penduduk Bukhara keluar dari rumah mereka untuk menikmati hari yang panjang. Tua-muda menikmati ice cream atau pun minuman dingin dalam botol, semua terlihat menikmati suasana.

Nia S Amira 
Journalis, Penulis, dan Linguist

Ikuti tulisan menarik Nia S Amira lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler