x

Semua permainan air di Morgan Island dapat dengan mudah diakses bagi anak disabilitas yang memiliki kekurangan dalam mobilitas. boredpanda.com

Iklan

cheta nilawaty

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Pembuktian Magali Saby

Magali Saby adalah penari, koreografer dan aktris penyandang Tunadaksa. Awalnya ia banyak ditolak manggung.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Jari jemari mungil menyentuh punggung tangan saya, Kamis sore, 14 September 2017,di institut Frankais d'Indonesie (IFI) atau dikenal dengan nama pusat kebudayaan Perancis. Sentuhan itu berasal dari tangan Magali Saby. Ppenari, koreografer, dan aktris asal Prancis yang menderita Cerebral Palsy. Yaitu kelumpuhan anggota gerak akibat rusaknya salah satu organ di dalam otak.

Sore itu, Kamis 14 September 2017, Magali membagi cerita tentang Totalitas inklusif dirinya di bidang seni olah tubuh. Sebagai seorang tuna daksa banyak orang yang meragukan kemampuan dirinya untuk menari. Magali pun mengakui Ada saat saat tertentu ia merasa terpenjara dalam dirinya karena keterbatasan gerak. "sampai saat ini saya masih belajar terus menerima Keadaan diri  sendiri," ujar Magali dalam sesi wawancara.

Kesulitan, keterbatasan akses dan penolakan sudah menjadi sahabat lama bagi Magali. Lahir dan besar di Perancis Selatan pada 1 Juli 1986, Magali sering sekali ditolak untuk belajar di suatu sekolah. Karena penyakit nya pula sejak kecil ya sering dirawat di rumah sakit hingga sekolahnya terbengkalai. Ditengah terapi kesehatannya, seorang dokter menyarankan Magali ikut kegiatan theater. Hampir seluruh keluarganya mendukung, tapi tidak tahu di mana tempat mendaftar kan Magali.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Sampai suatu saat seorang guru theater bernama, Herve, mau menerima Magali sebagai muridnya. "saat itu saya berusia delapan tahun dan menurut guru theater saya saya bisa dan dapat melakukan apa saja asalkan saya mau berlatih. Dia adalah guru yang menganggap saya sama dengan anak anak pada umumnya," ujar Magali. Sejak saat itu Magali meyakinkan dirinyabahwa ia dapat melakukan apapun, tanpa harus mempedulikan keraguan orang orang disekitarnya.

Merasa kesempatan terbuka di bidang Peter, Magali memfokuskan pendidikannya di bidang ini. Iya juga menambah kemampuan nya di bidang seni tari, meskipun ia menggunakan kursi roda. Kurang lebih 14 tahun lamanya Magali menunggu, kesempatan sekolah di bidang teater Universite Paris III, Sorbonne Nouvelle menghampirinya. Ia akhirnya menerima gelar master di bidang teater sekaligus merepresentasikan feminitas di Tanz Theater Wuppertal Pena Bausch, dengan gelar kehormatan di universite Paris III, Sorbonne-Nouvelle tahun 2013.

Pengakuan itu membuka pintu karir Magali selebar-lebarnya. Iya kemudian sering pentas di berbagai negara. Iya bahkan terlibat dalam satu proyek seni bersama seniman dari berbagai macam kalangan, baik yang bertubuh normal maupun yang memiliki keterbatasan Dari berbagai negara. Salah satu proyeknya adalah karya seni  tari artistik Inklusif terintegrasi yang digagas seniman asal Skotlandia. Dari sana ia rajin keliling dunia, seperti Belgia, Yunani, Inggris Turki. 

"Di negara saya orang orang dengan disabilitas agak sulit diterima di satu bidang pekerjaan, bila saya tidak diterima di negara sendiri maka saya akan terbang ke negara lain," ujar Magali. Di tahun 2014 Magali pun menerima sertifikat profesi "instruktur nasional di bidang olah tubuh dan ekspresi "dari pemerintah Perancis. Sertifikat profesi ini menjadi penting bagi Magali untuk mewujudkan cita citanya membuka sekolah theater bagi kalangan umum dan Penyandang disabilitas. Beberapa hari ke depan, Magali Akan pentas di Indonesia. Koreografi Magali dapat dinikmati antara lain di Jakarta,Bandung, dan Bali.

Dalam pemetasannyatanggal 23 September 2017 nanti, Magali akan mengkombinasikan penggunaan kursi roda maupun tongkat di dalam koreografinya. Ia juga akan menampilkan koreografi alami untuk mensiasati keterbatasan dirinya. Sehingga di atas panggung, penonton tidak akan menyadari Magali adalah penyandang disabilitas. “Bagi saya, apresiasi terbesar dari penonton adalah saat mereka mengira saya bukan penyandang disabilitas, bahkan ada beberapa penonton yang mengira keterbatasan saya adalah tuntutan peran di atas panggung,” ujar Magali.

Ikuti tulisan menarik cheta nilawaty lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Terkini

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu