x

Iklan

firdaus cahyadi

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Film G30S PKI Tidak Ramah bagi Anak

Sayangi anak kita. Hindarkan mereka dari tayangan kekerasaan.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Orde Baru sudah tumbang di tahun 1998. Namun, ada yang tidak berubah. Di setiap bulan September selalu saja dihembuskan isu kebangkitan komunisme. Tahun ini, hembusan isu itu begitu kencang sekali. Mungkin karena sebentar lagi ada pemilihan kepala daerah (pilkada) serentak 2018 dan pemilihan presiden (pilpres) 2019.

Tahun ini pula terbetik sebuah kabar bahwa TNI AD, seperti ditulis TEMPO, justru menginstruksikan kepada seluruh jajarannya di daerah untuk mengajak masyarakat menonton bersama film Pengkhianatan G 30 S PKI. Kepala Pusat Penerangan TNI AD Brigadir Jenderal Wuryanto membenarkan informasi tersebut, Jumat, 15 September 2017.

Padahal, menurut sejarawan Asvi Warman Adam, Laksamana Madya Udara TNI (Purn.) Sri Mulyono Herlambang, mantan KSAU (1965-1966) yang menjabat ketua Persatuan Purnawirawan AURI, meminta penghentian penayangan film itu. Selain dari PP AURI, permintaan penghentian penayangan film Pengkhianatan G30S/PKI juga datang dari Marsekal TNI (Purn.) Saleh Basarah, mantan KSAU (1973-1977). Saleh menelepon Menteri Penerangan Letjen TNI (Purn.) Yunus Yosfiah dan Menteri Pendidikan Juwono Sudarsono, meminta agar film itu tidak ditayangkan lagi karena menyudutkan TNI AU.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Apakah rencana nonton bareng (nobar) film G30S PKI itu terkait dengan tarik ulur posisi tawar para elite jelang pilpres 2019? Entahlah. Saya tidak ingin membahas persoalan politik di saat mendung sedang menggelayuti jagad politik Indonesia seperti saat ini. 

Saya hanya membayangkan bagaimana jadinya bila nobar film G30S PKI itu kemudian ditonton oleh anak-anak? "Film (G30S/PKI) ini tidak tepat ditonton anak-anak karena penuh dengan kekerasan, seperti penyiksaan dan pembunuhan, bahkan mayat diseret. Di film itu juga banyak diksi yang tidak pas untuk dikonsumsi anak-anak" ujar Komisioner  Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Bidang Pendidikan, Retno Listyarti kepada kumparan (kumparan.com), Jumat (15/9).

Bagaimana dampak tontonan kekerasan pada anak-anak. Ada baiknya kita simak pendapat ahlinya. Seperti ditulis di portal VIVA.co.id. Rasa empati anak bisa menurun saat melihat perilaku kekerasan di sekitarnya. Bahkan, anak juga bisa melakukan aksi kekerasan, karena merasa kekerasan bukan hal yang buruk untuk dilakukan."Anak jadi berpikir, kalau kekerasan itu boleh saja dilakukan. Padahal, kan itu tidak boleh. Makanya, tontonan anak harus sesuai usianya," terang ujar Psikolog Ajeng Raviando, Psi.

Anak-anak kita adalah para pemimpin di negeri ini 10-20 tahun kedepan. Bisa dibayangkan betapa suram nasib bangsa ini bila nantinya, setelah memimpin negeri ini mereka tidak berempati terhadap persoalan kemanusiaan. Alangkah suramnya masa depen bangsa ini.

Peristiwa 1965 hingga kini masih misteri. Masih terdapat pro dan kontra mengenai peristiwa itu. Di negara demokrasi seperti Indonesia, setiap orang bisa saja melihat peristiwa itu dari berbagai prespektif. Namun, apapun prespektif dan pendapat kita mengenai peristiwa 1965 itu, tidak adil bila kemudian kita mengorbankan anak-anak yang nantinya akan menjadi pemimpin negeri ini di masa depan dengan tayangan yang penuh kekerasaan.

Politik itu memang asyik dan cenderung melenakan. Namun, se-asyik apapun politik tidak boleh menjadikan anak-anak sebagai tumbal nafsu politik orang-orang dewasa. Biarkan orang-orang dewasa berdebat mengenai peristiwa 1965. Tapi jangan biarkan pikiran anak-anak dikotori dengan adegan kekerasaan dalam tayangan film G30S/PKI. 

Terkait dengan rencana nobar film G30S/PKI yang penuh dengan adegan kekerasaan dan berdarah-darah itu, ada baiknya kita mengutip sebuah kata mutiara dari Cak Munir. Menurut aktivis Hak Asasi Manusia yang dibunuh di pesawat udara itu, "Membangun sebuah bangsa adalah membangun sebuah peradaban."

Nah, peradaban seperti apa yang akan dibangun bila kemudian anak-anak sebagai pemimpin bangsa justru dibiarkan menonton tayangan penuh kekerasan di film G30S/PKI? Bagi orang-orang dewasa, silahkan berpolitik. Tapi sekali lagi, jangan membiarkan anak-anak kita menjadi korban dari agenda politik kita, orang dewasa. Sayangi anak kita. Hindarkan mereka dari tayangan kekerasaan.

sumber foto: http://rakyatsultra.fajar.co.id/2016/09/26/tujuh-juta-anak-indonesia-tidak-sekolah/

 

Ikuti tulisan menarik firdaus cahyadi lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler