x

Film Pengkhianatan G 30 S-PKI

Iklan

SYAHIRUL ALIM

Menulis, Mengajar dan Mengaji
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Kenapa Takut dengan Isu Komunisme?

Partai Komunis Indonesia (PKI) seakan membentuk fobia mendalam, larut dalam setiap ruang sejarah yang menakutkan

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Sejarah bangsa ini masih saja diselimuti rahasia masa lampau yang mungkin belum sepenuhnya terkuak. Kekerasan yang begitu melegenda akibat ulah kekejaman mereka yang distigmatisasi sebagai Partai Komunis Indonesia (PKI) seakan membentuk fobia mendalam, larut dalam setiap ruang sejarah yang menakutkan. Setiap ada isu soal komunis, apapun bentuknya, lantas beramai-ramai orang “membenci” dan bila perlu orang-orangnya disingkirkan dan dihabisi. Soal lambang, atribut, bahkan mendiskusikan soal PKI saja sepertinya menjadi momok paling menakutkan. Inilah yang terjadi di negeri ini, isu soal PKI bahkan bisa “digoreng” dan sanggup memprovokasi orang banyak, yang dipergunakan untuk melakukan aksi kekerasan. Saya kira, kejadian yang membuat rusuh di depan Kantor YLBHI Jakarta adalah benar, karena soal isu komunisme yang berlebihan.

Ketakutan yang berlebihan saat berhadapan dengan isu-isu PKI, nampaknya sejalan dengan cara pemerintah Orde Baru yang sukses menstigmatisasi buruk soal komunisme. Padahal, komunisme sendiri merupakan ajaran yang tak lagi laku di masyarakat. Hal ini terbukti oleh pecahnya Uni Soviet pada tahun 1990-an karena ideologi komunis yang usang dan ketinggalan zaman. Namun demikian, isu komunisme sepertinya selalu menjadi isu paling laku dan paling sensitif di tengah puing-puing kehancuran ideologi komunis. Padahal, mereka yang sekadar berdiskusi, mencari kesesuaian dan kebenaran sejarah, bukanlah para “pemberontak” yang sengaja mempersiapkan cara-cara kekerasan untuk menakuti masyarakat. Saking terlampau buruknya image PKI yang tertanam dalam benak banyak orang, maka apapun yang berbau “komunis” langsung divonis bersalah, padahal mereka yang dianggap pemberontak sudah lama sekali di “eksekusi” dan dipenjarakan tanpa diadili.

Rakyat tampaknya mudah sekali tersulut oleh isu-isu komunisme yang bahkan mereka tak pernah tahu secara pasti apalagi merasakan soal kekerasan yang ditimbulkan oleh pemberontakan PKI. Sejarah mengenai hal ini-pun serasa masih banyak yang belum terkuak, terlampau banyak penuturan hoax atau tumpang-tindih dengan berbagai kepentingan politik penguasa. Bagi saya, biarlah itu menjadi sejarah kelam bangsa ini, “forgive but not forget” sepertinya harus dipahami dari sisi kemanusiaan bukan dari cara pandang ideologi yang ada dibelakang kepala kita. Kenapa komunisme begitu kuat dalam benak rakyat sebagai pemberontak? Padahal, sejarah pemberontakan di negeri ini sangat banyak. Bagaimana dengan DI/TII, PRRI/Permesta atau yang lainnya?

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Pasalnya, komunisme yang pernah hidup di Indonesia selalu dihubungkan dengan isu-isu agama, dimana komunisme selalu dipertentangkan dengan agama, karena komunisme tak pernah mengakui keberadaan agama. Lalu, bagaimana jika komunisme hanya sebatas ideologi perjuangan untuk membangkitkan semangat perlawanan rakyat terhadap penjajahan asing yang sewenang-wenang? Barangkali paham inilah yang kemudian diadopsi oleh salah seorang penganut komunisme, Tan Malaka, yang berupaya memprovokasi semangat perjuangan melalui ide-ide komunisme-nya untuk berperang melawan Belanda yang telah congkak mengotori Bumi Pertiwi ini. Saya kira, orang-orang yang dianggap “terlibat” komunisme atau PKI yang kemudian ditangkap, disiksa dan dibuang, mereka tak seluruhnya memahami betul apa dan bagaimana ideologi komunis itu sendiri.

Kita ini sepertinya sulit melakukan rekonsiliasi dengan ideologi dan paham-paham berbau komunis, karena ketidaktahuan kita atau cara pandang kita yang terlampau memuja ideologi dan meminggirkan cara pandang prikemanusiaan. Cara pandang ideologis akan berakibat pada pembenaran terhadap diri sendiri dan menyalahkan mereka yang berbeda ideologinya dengan yang kita anut, termasuk menyalahkan mereka yang telah rela dipenjara selama puluhan tahun, dicap penjahat, tak bisa kerja secara formal dan tentu saja selalu dibenci masyarakat. Lalu, kenapa kita sendiri justru yang memuja ideologi, membelanya, bahkan “memaksa” orang lain agar mau mengikuti ideologi kita sendiri?

Saya kira, bangsa-bangsa maju di berbagai belahan bumi sana adalah mereka yang telah mencampakkan ideologinya dan menggantikannya dengan attitude atau prilaku yang lebih sehat dalam membangun mental kemanusiaan. Mereka lebih takut generasinya tak bisa antri dari pada harus membela-bela ideologi. Bahkan hebatnya, mereka di belahan bumi sana tak begitu mudah terprovokasi karena jelas melek literasi. Mereka tahu sejarah, paham dan dapat membedakan mana masa lalu yang tak perlu dan masa kini yang harus terus diperbaiki, demi masa depan kemajuan keadaban manusia itu sendiri. Lalu, kenapa kita justru lebih takut PKI daripada tak bisa antri atau berkaca kepada prilaku diri kita sendiri? Inilah barangkali, perbedaan cara pandang yang dijalankan orang-orang kita dan mereka yang ada di belahan bumi lain disana.

Tak perlu rasanya kita sebutkan satu-persatu, berbagai peristiwa yang mendiskusikan atau membicarakan soal isu berbau komunisme, kemudian muncul ketakutan dan bahkan perlawanan yang sungguh diluar nalar. Begitu mudahnya provokasi ideologis menghinggapi semangat mereka sehingga tanpa segan-segan mereka bertindak lebih “berkuasa” untuk melakukan apapun yang dapat memuaskan mereka. Terkadang, saya sempat berpikir, apa sebenarnya yang ditakuti dari ideologi komunis? Kebangkitannya? Penyebarannya? Atau mereka saat ini sedang membangun kekuatan untuk menggantikan ideologi Pancasila? Ah, terlampau banyak anggapan-anggapan yang semakin sulit dibuktikan, sehingga mudah sekali menyimpulkan bahwa ini adalah isu yang sengaja “digoreng” untuk kepentingan politik tertentu. Kalaupun tidak, bisa saja ini merupakan kebutaan sejarah yang setengah-setengah, dimana urusan ideologis harus dipuaskan, tak peduli soal sisi kemanusiaan.

Kejadian penggerudukan kantor YLBHI Jakarta oleh mereka yang menyatakan sebagai pegiat anti-komunis sungguh sangat berlebihan. Alih-alih membuat sadar soal sejarah komunisme, mereka justru menciptakan teror kepada masyarakat dan semakin menambah pekat pengungkapan sejarah komunisme di Indonesia. Bagi saya, isu komunisme bukan untuk ditakuti, diberangus, apalagi diganyang dengan cara-cara kekerasan. Lagi pula, kebangkitan komunisme sudah diproyeksikan sejak awal merupakan harapan utopis yang tak mungkin tumbuh di tengah kecenderungan masyarakat yang kapitalistik. Negeri ini sudah cocok dengan ideologi Pancasila yang benar-benar merupakan perwujudan dari nilai-nilai masyarakat yang tak mungkin tergantikan oleh ideologi lain. Tak perlu takut dengan isu komunisme, karena kita masih yakin bahwa ideologi Pancasila akan lebih diterima oleh bangsa ini.

Ikuti tulisan menarik SYAHIRUL ALIM lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler