x

Iklan

Handoko Widagdo

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Culasnya Politisi Binatang

Karya George Orwell tentang periliaku politikus binatang yang menghancurkan perjuangan ideologis menjadi sebuah kediktatoran yang penuh ketamakan.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Judul: Animal Farm

Penulis: George Orwell

Penterjemah: Bakdi Soemanto

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Tahun Terbit: 2017 (Edisi II Cetakan kedua)

Penerbit: Bentang

Tebal: iv + 144

ISBN: 978-602-291-282-8

 

Pernah aku membayangkan apa jadinya jika binatang yang berkuasa dan manusia adalah peliharaannya. Ternyata bukan saya saja yang pernah berfantasi seperti itu. Ternyata banyak pula manusia yang setidaknya pernah berpikir seperti itu. Film “The Ape” adalah salah satu sinema yang saya yakin dikembangkan berdasarkan lintasan pikir dimana binatang bisa mengendalikan manusia, atau setidaknya sejajar dengan makhluk manusia.

Salah satu orang yang saya yakin otaknya pernah dilintasi oleh pikiran bahwa binatang bisa setara dengan manusia adalah George Orwell. George Orwell atau nama aslinya adalah Eric Arthur Blair mengandaikan sebuah kelompok binatang yang melakukan kudeta kepada tuannya di sebuah peternakan. Meski Orwell sesungguhnya menggunakan para binatang ini sebagai personifikasi dari para manusia yang bersifat kebinatangan, tetapi pikiran seperti ini tidaklah mungkin muncul apabila otak Orwell tidak pernah dilintasi gagasan bahwa binatang bisa mengalahkan manusia, atau setidaknya sejajar dengan manusia.

Ah…tidak. Aku rasa Orwell tidak sedang membayangkan bahwa binatang benar-benar bisa mengambil alih kepemimpinan di bumi dan menjadikan manusia sebagai peliharaannya, atau setidaknya sebagai mitranya. Ia hanya mau meledek sebuah revolusi yang disaksikannya di sebuah negeri. Bahkan revolusi di berbagai tempat dan di berbagai kala. Revolusi yang diilhami oleh sebuah cita-cita mulia pada akhirnya akan terjerumus pada perebutan kekuasaan yang penuh darah. Hasil akhir dari sebuah revolusi adalah hanya pergantian kepemimpinan saja, dimana penindasan terhadap rakyat yang lemah akan tetap bercokol di sana. Egosime dan persaingan antara mereka yang merasa paling kuat dan paling berkuasa menyebabkan tindakan untuk memfitnah, membunuh, menyingkirkan, menghilangkan siapa-siapa yang dirasanya akan menjadi pesaingnya. Harus hanya ada satu kekuasaan mutlak yang berada di puncak.

Terkisahlah di suatu malam seekor babi tua bernama Major yang mengumpulkan para hewan peliharaan di peternakan Manor milik Pak Jones. Major menjelaskan betapa menderitanya para binatang di peternakan. Major menganjurkan supaya semua hewan memikirkan untuk melakukan revolusi dan menyingkirkan Pak Jones sehingga para binatang bisa memerintah dirinya dan menjadi lebih sejahtera. Pikiran si babi tua ini sungguh menarik dan menancap dalam pikiran para binatang. Dan sejak itu para binatang melakukan persiapan-persiapan untuk melakukan kudeta. Melakukan sebuah revolusi! Snowball dan Napoleon, dua babi cerdas melakukan persiapan-persiapan revolusi. Mereka melakukan pengorganisasian binatang, memberi pendidikan kepada para binatang, menyelenggarakan rapat-rapat.

Suatu hari di Bulan Juni, terjadilah huru-hara karena Pak Jones yang sedang mabuk mencambuk dengan keras. Karena para binatang sudah sangat benci kepada manusia, maka para binatang itu bukannya lari tetapi malah menyerbu Pak Jones dan mengeroyoknya. Sampai akhirnya Pak Jones melarikan diri dari peternakan. Selanjutnya para binatang memerintah dirinya sendiri. Mereka menciptakan slogan: “Kaki Empat Baik, Kaki Dua Jahat.” Mereka juga menciptakan Tujuh Perintah (meniru 10 Perintah Allah dalam Kitab Keluaran?). Nama peternakan pun diganti menjadi “Peternakan Binatang.”

Tahun-tahun setelah Revolusi Kandang Sapi para binatang hidup dengan bahagia dan mengalami cukup pangan. Namun keretakan di antara para pemimpin, antara Snowwball dan Napoleon mulai terlihat. Ide untuk membangun kincir angin yang bisa dipakai untuk meringankan pekerjaan para binatang yang diusulkan oleh Snowball ditolak oleh Napoleon. Bahkan Napoleon akhirnya berhasil mencongkel Snowball dari peternakan. Snowball harus lari keluar peternakan karena keributan politik yang dipicu oleh Napoleon. Napoleon bisa mendongkel Snowball karena Napoleon memiliki militer berupa anak-anak anjing yang galak dan hanya setia kepadanya.

Setelah berkuasa mutlak, Napoleon justru meneruskan upaya membangun kincir angin. Ia mengerahkan semua binatang untuk bekerja keras mewujudkan “pembangunan.” Makin lama Napoleon makin bengis. Ia menggunakan kekuasaannya untuk menindas binatang lain dan menggunakan kekuasaan untuk kemewahan diri sendiri. Bahkan ia tega menjual sumberdaya peternakan seperti susu dan telur kepada manusia demi kemewahan. Sampai akhirnya semua dari Tujuh Perintah telah dilanggar oleh para babi yang menjadi penguasa. Bahkan slogan: “Kaki Empat Itu Baik, Kaki Dua Itu Jahat” telah dilanggar oleh para babi, karena sekarang mereka fasih berjalan dengan dua kaki.

Dalam novel ini, selain dari tokoh Snowball dan Napoleon yang menggambarkan sang penguasa, ada beberapa tokoh menarik yang dimunculkan oleh Orwell. Tokoh Mollie adalah salah satunya. Mollie adalah kuda muda yang suka bersolek. Mollie suka berdandan dengan pita merah di jambulnya. Mollie suka makan gula. Mollie tidak terlibat dalam Revolusi Kandang Sapi. Ia bersembunyi. Mollie pun tidak suka ikut bekerja keras. Ia sering menghilang saat binatang lain sedang bekerja keras. Mollie tidak rela kehilangan kesenangannya. Ia rela menjadi hamba asal bisa tampil trendi dan mendapatkan makanan (gula) yang enak. Mollie akhirnya memilih ke peternakan seberang untuk bisa mempertahankan gaya hidupnya. Bukankah banyak dari kita yang bersifat seperti Mollie?

Tokoh dalam novel pendek karya Orwell lainnya adalah Boxer. Seekor kuda muda yang penuh semangat. Boxer tidak terlalu cerdas tetapi teguh kepada cita-cita. Saat terjadi pertempuran di Kandang Kuda, ia adalah salah satu binatang yang penuh semangat. Demikian pun saat pembangunan kincir dilakukan. Boxer adalah binatang yang mencurahkan segenap tenaganya untuk menarik batu-batu besar ke atas bukit dan kemudian melepaskannya sehingga meluncur ke bawah dan pecah menjadi batu-batu kecil. Boxer bahkan bekerja saat musim dingin. Karena terlalu keras bekerja, akhirnya Boxer mengalami sakit yang tak tersembuhkan. Nasip buruk dialami oleh Boxer, sebab bukannya dia dikirim ke rumah sakit untuk mendapatkan pengobatan, Napoleon justru menjualnya kepada pedagang daging kuda tua.

Melalui novel “Animal Farm” yang pendek saja ini George Orwell berhasil menggambarkan sifat-sifat tamak manusia dalam sebuah negara. Revolusi yang awalnya sangat ideologis dan bercita-cita mulia, akhirnya harus berakhir dengan sebuah penindasan baru. Ketamakan pemimpin yang ditunjang dengan kekuasaan mutlak, apalagi dilindungi oleh militer menyebabkan pemimpin tergelincir kepada mengejar kesenangan sendiri. Pemimpin tanpa sadar (atau memang sadar?) mengkhianati ideologi dan cita-cita awal revolusi.

Bagaimana cara mencegah akhir tragis sebuah cita-cita bernegara? Sayangnya Orwell tidak memberikan gagasannya dalam novel ini. Ataukah orwell percaya bahwa kita umat manusia memiliki kecerdasan lebih baik dari binatang, sehingga kita mampu memikirkan sendiri apa yang harus dilakukan untuk mencegah penindasan sebuah rejim penguasa dalam sebua negara?

Ikuti tulisan menarik Handoko Widagdo lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB

Terkini

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB