x

Iklan

Syarifuddin Abdullah

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Tahun Baru Hijriyah 1439H

Peristwa Hijrah menawarkan sentuhan atau konsep taktis dan strategis tentang bagaimana merawat agama dan keberagamaan.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Perlu ditegaskan bahwa Tahun Baru Hijriyah, termasuk beragam acara merayakannya, bukan persoalan keagamaan. Jadi tidak usah dikait-kaitkan dengan ritual keagamaan tertentu. Jika Anda ikut merayakannya, atau tidak ikut merayakannya, juga tak ada hubungannya dengan kesalehan.

Tegasnya, Tahun Baru Hijriyah tidak memiliki bobot pahala tertentu. Tapi kalau Anda mau memanfaatkan momentum Tahun Baru Hijriyah untuk misalnya berzikir, mengaji dan merenung tentang nasib umat Islam pada level nasional-regional-global, atau kendurian dan menyelenggarakan diskusi, silahkan saja! Nilai pahala amalan itu (berzikir, merenung atau mengaji) akan sama saat merayakan hari ulang tahun Anda sendiri.

Sebab Tahun Baru Hijriyah, yang diinisiasi oleh Umar bin Khattab adalah sebuah hasil dinamika dan dialektika sejarah. Tujuan utamanya membuat acuan (almanak) untuk merujuk kasus-kasus historis. Dengannya, kita tahu misalnya bahwa hari ini (01 Muharram 1439H), peristiwa Hijrahnya Nabi Muhammad saw dari Makkah ke Madinah terjadi 1438 tahun yang lalu, berdasarkan sistem almanak bulan.

Dan bagi siapapun yang antusias merayakannya, mungkin perlu mengetahui bahwa yang dirayakan bukan Tahun Barunya (1 Muharram 1439H), tetapi adalah peristiwa Hijrahnya dengan segala dinamika dan dan gebrakan strategisnya. Hijrah Rasulullah saw dari Makkah ke Madinah menawarkan sentuhan atau konsep taktis dan strategis tentang bagaimana merawat agama dan keberagamaan.

Syarifuddin Abdullah | 21 September 2017 / 01 Muharram 1439H

Ikuti tulisan menarik Syarifuddin Abdullah lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler