x

Iklan

Nia S Amira

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Perayaan 25 Tahun Hubungan Azerbaijan-Indonesia

Tahun ini genap 25 tahun hubungan diplomatik Azerbaijan dan Indonesia

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Foto: Masjid Bibi Heybet dengan latar belakang Laut Kaspia, Azerbaijan

Tahun ini genap 25 tahun hubungan diplomatik Azerbaijan dan Indonesia dan meski berjarak 7.778 km, hubungan diplomatik kedua Negara ini cenderung dekat dan harmonis dan Indonesia selalu menjadi teman yang baik yang mendukung Azerbaijan dalam persoalan pelik yang dihadapi dengan Armenia. Namun sejak terkuak fakta baru tentang Maulana Malik Ibrahim, ternyata hubungan yang baik itu sebenarnya telah lama dimulai bahkan sejak 6 abad yang lalu. 

Setelah pembubaran Uni Soviet, Indonesia mengakui kemerdekaan Republik Azerbaijan pada 28 Desember 1991, selang setahun kemudian hubungan diplomatik kedua negara secara resmi dibuka pada 24 September 1992. Kedutaan Besar Azerbaijan di Jakarta dibuka pada 12 Februari 2006, dan menjadi kedutaan besar Azerbaijan yang pertama di wilayah Asia Tenggara. Empat tahun kemudian, Indonesia merespon dengan membuka Kedutaan Besarnya pada 2 Desember 2010 di Baku, ibu kota Negara Azerbaijan. Seperti diketahui, kedua Negara merupakan anggota Organisasi Kerja Sama Islam dan Gerakan Non-Blok. Dalam periode ini, hubungan bilateral kedua negara berkembang sangat cepat serta dinamis. Hubungan politik tingkat tinggi didasarkan pada prinsip persaudaraan dan saling mendukung. Kedua negara mengakui dan mendukung teritorial serta kedaulatan masing-masing dan perbatasan negara yang diakui secara internasional. Indonesia adalah salah satu negara yang paling keras mengutuk tindakan teror dan agresi militer Armenia terhadap Azerbaijan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Azerbaijan, negeri kecil yang berada di kawasan kaukasia ini dijuluki Negeri tanah berapi. Negara yang dipimpin oleh Presiden Ilham Aliyev sejak tahun 2003 ini bertetangga langsung dengan Iran dan Armenia. Negeri ini memiliki sumber daya minyak bumi dan gas yang besar dan menjadi pemasok minyak mentah kedua terbesar untuk Indonesia setelah Arab Saudi pada tahun 2011. Perdagangan bilateral di antara Azerbaijan dan Indonesia mencapai US$ 101,1 juta pada tahun 2007 dan naik ke US$1,76 milyar pada tahun 2011. Neraca perdagangan tersebut sangat condong ke Azerbaijan karena volume perdagangan umumnya didominasi dengan impor minyak Azerbaijan ke Indonesia. Namun demikian, omzet perdagangan bilateral antara kedua Negara dapat dicatat sebagai indeks terbesar kedua antara Indonesia dan Negara-nagara anggota CIS dan terbesar kedua di antara mitra dagang asing Azerbaijan.

Selama 25 tahun hubungan diplomatik, telah banyak pencapaian yang diraih. Pada tahun 2009 untuk pertama kalinya Azerbaijan menawarkan beasiswa untuk program Master of Arts in Diplomacy and International Affairs (MADIA) bagi diplomat muda Indonesia di Azerbaijan Diplomatic Academy. Sementara Pusdiklat Kemlu menawarkan beasiswa untuk diplomat tingkat Madya Azerbajian sejak tahun 2011.

Pada tahun 2012, Universitas Bahasa Azerbaijan (AUL) mendirikan Pusat Studi Indonesia. Lembaga ini mempromosikan pemahaman dan pembelajaran bahasa dan budaya Indonesia bagi mahasiswa Azerbaijan. Pada bulan April 2012, Pusat Studi Indonesia di AUL bekerjasama dengan Kedutaan Besar Indonesia di Baku mengadakan lokakarya dan pameran batik, menampilkan perancang batik dari Yogyakarta sebagai pembicara utama. Acara ini dimaksudkan untuk mempromosikan pertukaran budaya antarkedua negara.

Perkenalan Selama Enam Abad

Belum lama ini terkuak informasi yang menjelaskan bahwa yang selama ini disebut sebagai Ibrahim Samarkandi yang bernama lengkap Maulana Malik Ibrahim, salah seorang Wali dari silsilah Wali Songo Pertama itu konon berasal dari Azerbaijan. Maulana Malik Ibrahim hidup di abad ke-15. Dari tempatnya di semenanjung laut Kaspia, Azerbaijan, Ibrahim pergi merantau ke Samarkand di Uzbekistan di mana beliau belajar ilmu agama Islam. Setelah merasa cukup mumpuni, Ibrahim melanjutkan perjalanan spiritualnya ke Indonesia bersama saudara kandungnya yang bernama Maulana Ishak dan menyebarkan agama Islam di tanah Jawa. Pertalian hubungan antara Azerbaijan dan Indonesia rupanya sudah dimulai lama bahkan sejak enam abad yang lalu tepatnya pada abad ke-15 masehi.

Tentu saja berita yang mengandung sejarah ini sangat menarik dan penting bagi umat muslim, terutama bagi masyarakat Azerbaijan dan Indonesia yang mayoritas penduduknya beragama Islam. Bersama Husnan Bey Fananie, Duta Besar RI untuk Azerbaijan, Professor Zaur Aliyev, yang merupakan anggota Akademi Ilmu Pengetahuan Azerbaijan memberikan pernyataan bahwa fakta tentang Maulana Malik Ibrahim yang merupakan sarjana ilmu agama dari Azerbaijan ini memiliki posisi sangat dominan dalam sejarah Islam di Indonesia.

Maulana Malik Ibrahim di Indonesia dikenal sebagai Kakek Bantal atau Sunan Gresik. Beliau dianggap sebagai cikal bakal Wali Songo pertama. Nama Maulana Malik Ibrahim tercatat dalam sejarah Indonesia, diabadikan sebagai nama Masjid dan nama Jalan di Jawa Timur. Naskah Al Quran yang ditulis oleh ulama besar ini masih disimpan dengan baik di Indonesia. Menurut beberapa sumber sejarah, dari pernikahannya dengan Putri Raja Champa (baca: Kamboja), Maulana Malik Ibrahim memiliki keturunan yaitu Raden Rahmat yang dikenal sebagai Sunan Ampel dan Sayid Ali Murtadho atau Raden Santri. Pada tahun 1419, Maulana Malik Ibrahim wafat dan makam ulama besar yang terdapat di Kampung Gapura, Gresik Jawa Timur ini kerap dikunjungi para peziarah dari seluruh tanah air dan negeri jiran.

Oleh: Nia S. Amira (Indonesian author-journalist-linguist)

Ikuti tulisan menarik Nia S Amira lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler