x

Iklan

Febrian Damian

Generasi Milenial, aktif menulis literasi media
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Kisah Jendral Ahmad Yani Kunjung Seminari Flores-Ledalero

Ahmad Yani berjanji untuk kembali. “Nanti saya akan datang, Pastos Rektor"

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Peristiwa Gerakan 30 September 1965 (G30S) masih menjadi perdebatan. Ada yang menyebut, peristiwa yang menyebabkan sejumlah jendral itu tewas, didalangi Partai Komunis Indonesia (PKI). Ini yang menjadi ajaran resmi rezim pemerintahan Orde Baru di bawah Soeharto.

Tapi tak sedikit juga yang meragukan, peristiwa itu didalangi PKI. Ada yang menyebut organisasi intelijen Amerika Serikat, CIA berada dibalik peristiwa berdarah itu. Bahkan ada juga pandangan yang menyebutkan Soeharto berada di balik peristiwa itu. Apalagi ada kedekatan antara Soeharto dan Letkol Untung yang memimpin gerakan 30 September itu.

Pandangan mana yang benar, akan terjawab dalam sebuah proses waktu yang panjang. Tetapi yang pasti, dalam peristiwa G30S itu ada korban yang meninggal secara tragis. Bahkan peristiwa itu telah memicu terjadinya pembunuhan jutaan rakyat Indonesia yang dituduh sebagai anggota dan simpatisan PKI.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Rombongan Menteri/Panglima Angkatan Darat/Kepala Staf Komando Operasi Tertinggi, Ahmad Yani tiba di Ledalero 25 September 1965 (Foto: dipandjaitan.blogspot.co.id)

Diantara orang yang meninggal dalam peristiwa berdarah 30 September 1965 itu adalah Letjen TNI Ahmad Yani  yang saat itu menjabat sebagai Menteri/Panglima Angkatan Darat/Kepala Staf Komando Operasi Tertinggi. Selain itu, juga Brigjen TNI Donald Isaac Panjaitan  yang menjabat sebagai Asisten IV Menteri/Panglima AD bidang Logistik.

Seminggu sebelum peristiwa berdarah itu, tepatnya pada 25 September 1965, dua petinggi tentara ini berkunjung ke Seminari Tinggi Ledalero di Maumere, Flores.

Kunjungan ke Maumere ini merupakan bagian dari rangakian kunjungan ke wilayah Indonesia timur  untuk memperkuat pancasila dan persatuan Indonesia. Kunjungan serupa juga sudah dilakukan sebelumnya di wilayah Indonesia barat.

Dikutip dari blog dipandjaitan.blogspot.co.id, ketika Ahmad Yani dan rombongan tiba di Ledalero, ia disambut bapa keluarga (Pastor Jozef Bouman SVD) beserta anggora keluarganya dengan pekikan yang spontan: “Hidup pak Yani”.

Rombongan Ahmad Yani yang berjumlah sekitar 20 orang tiba sekitar 11.30 Wita. Dari sekitar 20 orang rombongannya,  diantaranya ada 11 orang Brigadir Jenderal dan Mayor Jenderal diantaranya Brigjen DI Panjaitan.

Sebelum memulai ceramahnya tentang kondisi bangsa saat itu, Ahmad Yani menceritakan soal kedekatannya dengan sejumlah pastor.

Ahmad Yani memulai  cerita perkenalannya dengan dua orang pastor yang kemudian menjadi sahabat kental beliau. Pastor yang pertama adalah pastor tentara Amerika Serikat, ketika ia mendapat pendidikan perwira tinggi di Arkansas, Amerika. Sebentar saja keduanya sudah menjadi sahabat.

Pastor yang kedua adalah pastor tentara Ahmad Yani sendiri ketika operasi di Padang. Dari pastor ini pak Yani dapat belajar banyak, dan sebaliknya pastor ini mendapat pelajaran banyak dari pak Yani.

“Sebenarnya pastor pastor itu tidak buruk” tukas Ahmad Yani menutup ceritanya.

Saat memberikan ceramah di hadapan para frater dan pimpinan seminari,  Ahmad Yani menyampaikan tentang ancaman perpecahan Indonesia pada 1965 dan bagaimana seminari dan gereja Katholik dapat berperan.

“Mengapa kita berkonfrontasi? Demikian pak Yani masuk ke inti ceramahnya. Lalu beliau menjawab sendiri.

“Karena kita ingin merdeka penuh. Merdeka dalam segala lapangan, baik dalam bidang politik, ekonomi, maupun dalam bidang militer”.

“Kini seluruh Asia sedanga bergolak. Masing masing dengan caranya sendiri, namun semua bertemu pada poros yang sama: “Ingin merdeka dan merdeka penuh !”.

Selanjutnya Ahmad Yani memberi kemungkinan-kemungkinan yang bisa dijalankan musuh dalam penggempuran Indonesia:

  1. STRATEGIC BOMBING: Yaitu serangan terhadap suatu daerah atau proyek. Dengan serangan semacam ini lawan dapat di lumpuhkan.
  2. LIMITED OBJECTIVE ATTACK: Serangan diarahkan pada suatu tempat terbatas/ terdekat.
  3. SUBVERSI: Suatu senjata yang tidak terlihat, tetapi amat destruktif (menghancurkan). Seluruh kekuatan dan kesatuan bangsa dapat dihancurkan oleh senjata ini, dan ini sedang dijalankan musuh.
  4. INVASI: Kemungkinan yang terakhir adalah invansi (penyerbuan pasukan)

“Dari ke empat kemungkinan ini, Subversi-lah yang paling berbahaya. Ini sedang dijalakan musuh dalam segala lapangan,”ujar Ahmad Yani.

“Subversi sangat berbahaya, jelas!! Karena musuh akan menggunakan orang orang Indonesia sendiri. Kita akan di adu domba, kita sama kita, golongan ini dan golongan lainnya.”

“Puncak dari adu domba tersebut adalah: Tabrakan antara orang Indonesia dengan orang Indonesia. Lalu musuh memantau dari jauh. Akibatnya persatuan retak, kekuatan terbagi dan musuh tertawa lega. Sikap kita adalah waspada.”

“Agama mampu mempersatukan bangsa. Dan dalam lapangan inilah para pastor mempunyai kemampuan besar!”

Ketika hendak meninggalkan Ledalero, kepada  rektor seminari  Ledalero, Pastor Jozef Bouman SVD, Ahmad Yani berjanji untuk kembali. “Nanti saya akan datang kembali pastor rektor,”ujarnya.

Namun, janji itu tak terpenuhi. Karena pada 30 September 1965, Ahmad Yani dan DI Panjaitan diekeskusi oleh pasukan pimpinan Letkol Untung yang saat itu menjadi Komandan Batalyon I Tjakrabirawa.

Jenazah mereka bermsama lima tentara lainnya ditemukan sebuah sumur tua di Lubang Buaya, Jakarta Timur pada 4 Oktober 1965. Kabar mengenai peristiwa ini sampai ke komunitas Ledalero pada 4 Oktober 1965 dan komunitas para farater itu langusung menggelar upacara bendara setengah tiang sebagai tanda duka.

Album foto dan ringkasan ceramah saat kunjungan ke Ledalero ini kemudian dikirm oleh pihak Ledalero ke ke istri DI Panjaitan di Jakarta pada bulan Oktober 1965. Sampai saat ini album tersebut tersimpan baik di rumah DI Panjaitan, Jakarta.

 

Sumber Florespost.co.id

 

Ikuti tulisan menarik Febrian Damian lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler