x

Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo memperkirakan adanya demonstrasi pada masa tenang Pemilihan Kepala Daerah DKI Jakarta. Gatot mengungkapkan setelah rapat koordinasi menjelang Pilkada Serentak di Hotel Bidakara Jakarta, Selasa, 31 Januari 2017. T

Iklan

Yanu Burhanudin

"Menulis adalah bekerja untuk keabadian"
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Kuda Hitam Itu Seorang Jenderal

Menyongsong Pilpres 2019

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Belum selesai dengan pemberitaan mengenai polemik pemutaran film G30S/PKI di institusi TNI, Kini perhatian publik kembali dialihkan dengan pemberitaan mengenai bocoran pidato Panglima TNI mengenai pembelian 5000 pucuk senjata api oleh institusi di luar TNI/POLRI. Sejatinya pidato yang disampaikan oleh Panglima TNI tersebut adalah Pidato yang bersifat internal. Panglima TNI sendiri menyampaikannya di hadapan jajaran purnawirawan TNI di Markas Besar TNI.

Tetapi, entah bagaimana dan seperti apa caranya pidato tersebut sampai bocor di tengah masyarakat hingga menjadi sebuah polemik. Bahkan Menteri Polhukam Wiranto sampai merilis konferensi pers untuk mengklarifikasi perihal pembelian senjata sejumlah 5000 buah. Dengan langkah tersebut tentu mempunyai harapan dapat meredam isu yang liar berkembang di tengah masyarakat.

Dari rentetan pemberitaan dari media massa sepekan ini, tentu publik makin familiar saja  dengan nama Panglima TNI Jendral Gatot Nurmantyo. Bukan hanya namanya saja, mungkin masyarakat akan begitu familiar dengan wajah mantan KSAD kelahiran Tegal, Jawa Tengah ini. Masyarakat seolah sedang melihat pertunjukan dari seorang penari balet yang menari indah di atas panggung dan enggan beranjak dari bangku pertunjukan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Munculnya nama Jenderal Gatot Nurmantyo di tengah masyarakat sendiri menjadi bahan pengamatan oleh sejumlah pemerhati politik di tanah air. Pemerhati politik menilai bahwa langkah Gatot Nurmantyo akhir-akhir ini adalah sebuah langkah politik strategis menjelang perhelatan Pilpres 2019.

Setidaknya dari kedua polemik di atas Gatot Nurmantyo sedang meraup tingkat popularitas. Tentu saja dengan modal popularitas yang di dapat tersebut, elekbilitasnya akan cenderung akan naik. Dari beberapa lembaga survei di tanah air pun memasukkan nama Panglima TNI sebagai kandidat calon presiden. Dan di luar dugaan, ternyata tingkat elektabilitasnya mencapai 38,5 persen di antara beberapa nama yang disurvei sebagai kandidat Capres.

Dari data tersebut menunjukkan potensi Gatot Nurmantyo sebagai kandidat capres cukup kuat. Profil militer yang dimiliki olehnya tentu menjadi modal besar untuk menyongsong Pilpres 2019. Barangkali dengan opsi pilihan yang memasukan nama Panglima TNI sebagai capres merupakan bentuk kerinduan publik terhadap pemimpin yang berasal dari kalangan militer.

 

Yanu Burhanudin

Mahasiswa Sastra Indonesia

Semester Akhir

Universitas Pamulang

Ikuti tulisan menarik Yanu Burhanudin lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler