x

Iklan

iin suwandi

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Dirgahayu ke-72 TNI, Bersama Rakyat TNI Kuat

Setiap 5 Oktober kita memperingati Hari Ulang Tahun Tentara Nasional Indonesia (HUT TNI). Kita semua tentu mengucapkan selamat atas hari jadinya.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Setiap 5 Oktober kita memperingati Hari Ulang Tahun Tentara Nasional Indonesia (HUT TNI). Kita semua tentu mengucapkan selamat atas hari jadinya, sekaligus member apresiasi karena TNI semakin kuat menjaga kedaulatan Republik tercinta. Kekuatan TNI tidak hanya bertumpu pada gelaran senjata (Alutsista) yang dimiliki, tetapi juga pada  kemampuan personel prajurit TNI yang makin profesional dan merakyat.

Jika kita membaca sejarah lahirnya TNI memang tidak bisa dipisahkan dari rakyat. Jauh sebelum Indonesia merdeka, cikal bakal TNI adalah laskar-laskar rakyat yang mempersenjatai diri dengan senjata seadanya untuk melawan penjajah dengan persenjataan yang modern di masanya. Maka, pantaslah seperti yang sering kita baca dan dengar, Bersama Rakyat TNI Kuat.

Rakyat sebagai kekuatan utama tidak diragukan lagi. Rakyatlah yang berjuang merebut kemerdekaan saat TNI belum terbentuk. Keinginan kuat TNI untuk selalu bersama dan menumbuhkan potensi kekuatan rakyat menunjukkan kesadaran sejarah TNI yang bukan saja tepat, tapi juga cerdas.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Makna yang terkandung dalam hal tersebut adalah TNI tumbuh dan berjuang bersama rakyat. Ini ciri yang tidak boleh pudar. Kesejatian itu harus dikembangkan dan diserasikan dengan pola pikir masyarakat yang lebih modern. Karena bersama rakyat, TNI kuat.

Ancaman Proxy War

kekuatan TNI utamanya terletak pada kemampuan mendefinisikan (potensi) kekuatan negara berikut ancamannya secara tepat pada era yang terus berubah. Dalam konteks ini, TNI secara tepat mendefinisikan hal tersebut dalam dua tema yang selalu didengungkan oleh TNI yaitu ”semangat gotong-royong” dan ”ancaman perang proxy”.

Dua tema ini sejatinya berfokus pada satu hal yaitu ”kekuatan rakyat”. Pesannya jelas sebagaimana ungkapan Panglima Besar Jenderal Soedirman: Tidak ada kemenangan tanpa kekuatan, tidak ada kekuatan tanpa persatuan, dan tidak ada persatuan tanpa silaturahmi. Indonesia kuat dan jaya jika rakyatnya bersatu dan pengejawantahan persatuan yang paling konstruktif adalah dalam bentuk semangat ”gotong-royong”. Sementara ancaman terbesar terhadap jiwa dan semangat gotong-royong adalah upaya pecah belah dalam bentuk ”perang proxy”.

Perang proxy adalah istilah yang merujuk pada konflik yang terjadi di antara atau di dalam negara di mana negara/kelompok musuh tidak serta-merta terlibat langsung dalam peperangan karena melibatkan proxy alias wakil atau kaki tangan mereka. Perang proxy merupakan bagian dari modus perang asimetris yang tidak dibatasi oleh besaran kekuatan tempur dan luasan daerah pertempuran sebagaimana dalam perang konvensional. Perang ini terjadi di segala lini kehidupan berbangsa dan bernegara serta tidak terlihat karena menggunakan segala macam cara.

Ancaman perang ini semakin sulit ditangani karena sifatnya yang terselubung, musuh yang tak tampak, tapi sangat efektif melumpuhkan kekuatan inti negara. Ia bisa berupa serbuan budaya dan ideologi, media yang merusak, eksploitasi sumber daya alam, dan perusakan generasi bangsa melalui narkoba dan pergaulan bebas. Itu semua dilakukan melalui pihak ketiga dan strategi ini terbilang lebih efektif daripada berhadap-hadapan secara diametral.

Milik Kita Bersama

Menghadapi tantangan dan ancaman nyata tersebut kita tentu menyambut baik upaya TNI yang secara aktif melakukan sosialisasi dan program kemitraan dengan seluruh elemen bangsa untuk menumbuhkan kembali jiwa dan semangat gotong-royong dan menghadang setiap upaya pelemahan negara dalam bentuk perang proxy. 

Di sinilah seruan Panglima Jenderal TNI Gatot Nurmantyo mengajak kita untuk menengok kembali nilai Pancasila menjadi sangat relevan. Pancasila sejatinya memberikan alas yang kokoh bagi kebangsaan kita sejak sila pertama hingga mampu mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia sebagaimana amanat sila kelima.

TNI selalu menjadi garda terdepan dalam mempertahankan ideologi Pancasila. Maka, respons tegas TNI terhadap ancaman ”bangkitnya” paham komunisme adalah satu hal yang membanggakan dan kita dukung penuh. TNI juga baru-baru ini juga melaksanakan acara Nonton Bareng (Nobar) film G 30 S/PKI, agar kita semua khususnya generasi muda bangsa tidak pernah melupakan sejarah perjuangan para pahlawan bangsanya.

Maka, kita berbangga hati dengan langkah TNI  yang selalu mempertahankan loyalitasnya semata-mata untuk kepentingan rakyat dan negara dengan menjaga netralitas dan independensinya atas semua kepentingan politik dan golongan. Tetaplah bersama rakyat, karena di sanalah letak kekuatan utama TNI dalam menjaga kedaulatan Republik tercinta ini. Karena TNI adalah milik kita bersama. 

Ikuti tulisan menarik iin suwandi lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler