x

Iklan

Rika Fedrika

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Mengenal Inovasi Teknologi Canggih PLTU yang Ramah Lingkungan

Sekarang di Indonesia juga sudah mulai mengembangkan teknologi CCT itu. Salah satunya adalah PLTU Cirebon Power yang sudah menggunakan CCT seperti USC dan

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Sudah sejak lama pemanfaatan batu bara sebagai sumber energi dilakukan. Namun, hasil pemakaian atau pembakarannya yang tidak sempurna membuat pemerintah dunia menciptakan inovasi-inovasi terbaru untuk mengolah batu bara agar lebih optimal. Inovasi apakah itu?

Ya, teknologi batu bara bersih atau yang biasa disebut Clean Coal Technology (CCT) merupakan teknologi yang dikembangkan untuk mengurangi dampak pencemaran lingkungan dari pemakaian batu bara. Seperti dilansir Detik.com (1/2/2017), pembangkit listrik "batu bara bersih" pertama kali beroperasi di dunia pada bulan September 2008 di Spremberg, Jerman.

Pembangkit ini dimiliki oleh perusahaan Swedia Vattenfall dan telah dibangun oleh perusahaan Siemens Jerman. Pembangkit ini disebut Pembangkit Listrik Schwarze Pumpe. CCT yang kini tengah dikembangkan di Jerman diyakini bisa mengurangi kadar emisi karbon yang dihasilkan dari pembakaran batu bara. Rencana penggunaan teknologi CCT ini, diakibatkan oleh pemanasan global yang terjadi saat ini.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Peluang penguatan harga batu bara datang dari munculnya teknologi baru dalam pengolahan batu bara yang lebih ramah lingkungan melalui penggunaan teknologi CCT tersebut. Sekarang di Indonesia juga sudah mulai mengembangkan teknologi CCT itu. Salah satunya adalah PLTU Cirebon Power yang sudah menggunakan CCT seperti USC dan SC yang sudah mampu menekan emisi, dengan konsumsi batubara menjadi sumber energi.

Dalam pengujian yang dilakukan sebanyak 100.000 ton batu bara bisa diubah menjadi 3.600 miliar metric british thermal unit (mmbtu) per hari. Nantinya gas yang dihasilkan bisa digunakan untuk industri dalam negeri. Teknologi ini bisa menjadi solusi penipisan stok batu bara sampai tahun 2035, bahkan bisa mengalahkan pamor minyak dan gas bumi

Jika nantinya teknologi CCT ini diterapkan, tentu saja akan mendongkrak naiknya permintaan batu bara dunia, dan akan membuat harga batu bara terus melambung. Diperkirakan sampai akhir kuartal I 2017 harga batu bara akan bertengger di kisaran US$ 75,80-US$ 85 per metrik ton. Penting juga untuk diketahui, Indonesia sendiri adalah salah satu penghasil batubara dunia yang memiliki cadangan batubara hingga 32,3 milyar ton. Tentunya,  dengan cadangan sebesar itu bisa menjadi andalan tambahan energi yang sangat vital untuk negara kita. Ditambah lagi, biaya operasi PLTU batubara 30 lebih rendah dibandingkan sistim pembangkit listrik yang lain.

Komitmen Indonesia dan CCT

Dilansir dari dari esdm.go.id, pada COP-21 di Paris, Presiden Joko Widodo telah mendeklarasikan komitmen Pemerintah Indonesia untuk ikut aktif menurunkan emisi CO2 (Gas Rumah Kaca-GRK) sebesar 29% di tahun 2030 dan melalui dokumen Intended Nationally Determined Contributions (INDCs), Indonesia mencantumkan kegiatan pembangunan PLTU Batubara dengan menggunakan teknologi efisiensi tinggi seperti CCT untuk mencapai 29% penurunan emisi GRK di tahun 2030.

CCT tidak sepenuhnya menghilangkan emisi menjadi nol atau mendekati nol, tetapi lebih bermakna bahwa emisi yang dihasilkan lebih sedikit. Meskipun begitu, CTT dapat mengurangi emisi dari beberapa polutan dan limbah serta peningkatan energi yang dihasilkan dari tiap ton batu bara. Sehingga dengan demikian maka teknologi CCT untuk PLTU saat ini lebih efisien dan ramah lingkungan dibandingkan penggunaan pembangkit listrik dengan sumber energi lainnya.

Jika rencana pemerintah untuk menggunakan teknologi CCT sebagai salah satu teknologi utama yang akan digunakan sebagai sumber listrik Indonesia benar-benar terealisasi, maka permintaan batu bara otomatis akan meningkat tajam. Dengan adanya kenaikan permintaan tersebut, harga batu bara berpotensi akan melejit sehingga dapat meningkatkan pendapatan saham-saham di sektor pertambangan seperti BIPI, HRUM, DEWA dan BUMI. Kenaikan pendapatan tersebut juga akan mempengaruhi pergerakan saham-saham tersebut.

Ikuti tulisan menarik Rika Fedrika lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler