Sekitar sebulan sebelum perayaan Hari Raya Galungan, masyarakat Umat Hindu mengadakan sebuah ritual atau upacara penting yaitu tumpek wariga atau tumpek uduh atau tumpek bubuh atau tumpek pengatag. Rahinan gumi ini jatuh pada 6 bulan sekali setiap hari sabtu atau saniscara wuku wariga. Banyak hal-hal yang berkaitan dengan perayaan tumpek wariga tersebut yaitu :
1. Sebagai Ritual Pemujaan Terhadap Dewa Sangkara
Tumpek wariga merupakan suatu upacara atau ritual Umat Hindu yang didedikasikan kepada tumbuh-tumbuhan. Salah satu dewa tumbuh-tumbuhan yang juga bagian dari Dewata Nawa Sanga adalah Dewa Sangkara. Dalam pengider-ider atau arah mata angin, Dewa Sangkara menempati arah barat laut, dengan senjata angkus, serta warna hijau. Pada hari tumpek warigalah Umat Hindu memohon anugrah Dewa Sangkara supaya tumbuh-tumbuhan tumbuh subur dan bermanfaat bagi kehidupan manusia.
2. Menggunakan Bubur Sumsum dan Gula Kelapa Sebagai Sarana
Jika kita melihat banyak Umat Hindu membuat bubur sumsum dan gula kelapa, itu berarti Umat Hindu menyambut hari tumpek wariga. Hal inilah yang membuat tumpek wariga disebut juga tumpek bubuh karena menggunakan bubur sumsum sebagai sarana upacaranya. Bubur sumsum merupakan bubur dengan tekstur kenyal terbuat dari adonan tepung dengan aneka warna seperti putih dan hijau. Dalam tumpek wariga warna bubur dominan yang digunakan adalah hijau karena berhubungan dengan warna hijau Dewa Sangkara. Selain itu bubur sumsum ditambah parutan kelapa yang dicampur dengan gula merah.
3. Ritual Uduh atau Mengetuk Tumbuh-Tumbuhan
Tumpek wariga disebut juga tumpek uduh, karena terdapat ritual uduh. Secara sederhana dalam ritual uduh, masyarakat bali mengetuk tumbuhan di sekitar rumah sebanyak tiga kali menggunakan pisau sebagai bentuk penghormatan dan pemujaan tumbuh-tumbuhan. Selain itu tumbuh-tumbuhan besar pun dihiasi saput poleng dan diupacarai dengan sesajen.
4. Sebagai Bentuk Rasa Hormat Manusia Terhadap Tumbuhan dan Alam
Tumpek wariga tentu saja sebagai wujud rasa hormat manusia terhadap tumbuhan yang merupakan ciptaan Tuhan. Tumpek wariga juga menjadi wujud kedekatan manusia terhadap lingkungan alam sekitar. Hal ini karena tanpa adanya alam dan tumbuhan, manusia tidak akan dapat hidup karena manusia dan tumbuhan maupun alam saling membutuhkan dan berkaitan satu sama lain. Tumbuhan selalu menyediakan sumber pangan untuk kebutuhan hidup manusia. Melalui tumpek wariga, manusia akan semakin sadar akan pentingnya tumbuhan dan akan terus dekat dan menghormati tumbuhan tanpa merusak tumbuhan sebagai sumber kehidupan manusia.
Sumber gambar : balisaja.com
Ikuti tulisan menarik Yoga Sadhu lainnya di sini.