x

Iklan

firdaus cahyadi

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Ketika Kota Hujan Semakin Gersang

Pohon-pohon di Kota Bogor ditebang untuk jalan tol yang nantinya akan memfasilitasi pertumbuhan penggunaan mobil pribadi sebagai salah satu sumber polusi

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Apakah anda merasa penat melihat pemandangan di Jakarta yang dipenuhi gedung-gedung bertingkat, jalan raya? Atau anda merasa sesak menghirup emisi beracun dari kendaraan bermotor yang lalu lalang di Ibukota?

Jika jawabannya iya, maka biasanya saran berikutnya adalah pergi jalan-jalan ke Kota Hujan Bogor. Ya, Kota Bogor memang dikenal sebagai Kota Hujan. Sebagai Kota Hujan tak salah bila kemudian kita membayangkan begitu banyak pohon rindang di kota itu. Kota yang adem. Jauh dari polusi udara. Bebas banjir. Wah, pokoknya asyik deh.

Jika dalam pikiran anda membayangkan Kota Hujan Bogor seperti itu, berarti anda termasuk orang yang telat lahir di muka bumi ini. Datanglah berkunjung ke Kota Bogor. Hampir dapat dipastikan bayangan tentang rindangnya pepohonan dan bebas polusi udara itu akan anda dapatkan di Kota Bogor, tapi hanya di dalam Kebun Raya Bogor. Di luar Kebun Raya Bogor, mungkin anda akan menyaksikan iklan-iklan tentang perumahan lebih banyak daripada jumlah pohon-pohon di pinggir jalan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Teruslah berjalan hingga ke jalan Sholeh Iskandar, Tanah Sareal, Kota Bogor. Anda akan mendapatkan pohon-pohon di sepanjang jalan justru dihancurkan untuk pembangunan jalan tol lingkar luar Bogor. Pohon yang berfungsi menyerap polusi udara justru disingkirkan untuk pembangunan jalan tol yang nantinya akan memfasilitasi pertumbuhan penggunaan mobil pribadi sebagai salah satu sumber polusi udara. Sebuah logika yang absurd bukan.

Ah, itu kan hanya di Jalan Sholeh Iskandar. Di luar jalan Sholeh Iskandar mungkin masih banyak pohon-pohon rindang. Lupakan anggapan itu. Hingga tahun 2016, luas Ruang Terbuka Hijau (RTH) publik di Kota Bogor hanya sebesar 2,7 persen. Padahal idealnya sebuah kota memiliki jumlah RTH publik seluas 20 persen dari luas wilayah.

Tak heran bila Kota Hujan kini semakin gersang. Panas di saat musim kemarau dan banjir di saat musim penghujan. Kota Bogor banjir, yang benar aja? Anda tidak percaya? Pada Februari 2017 ini, banjir bandang melanda terjadi di Kelurahan Sukaresmi, Kecamatan Tanahsareal, Kota Bogor. Akibat peristiwa tersebut, seorang ibu dan anak meninggal karena terbawa arus. Tragis bukan.

Tak jauh dari lokasi banjir bandang di lokasi tersebut. Tepatnya di Perumahan Tamansari Persada Kota Bogor, hampir setiap hujan deras kebanjiran. Perumahan yang dibuat oleh PT WIKA itu adalah daerah langganan banjir. Ironisnya, PT WIKA ini pula yang mengerjakan proyek jalan tol lingkar luar yang mengorbankan pohon-pohon di sepanjang jalan Sholeh Iskandar, tak jauh dari perumahan Tamansari Persada yang juga mereka bangun. 

Inilah wajah Kota Hujan Bogor yang bopeng sebelah. Mungkin beberapa tahun kedepan, bopeng itu akan menutupi seluruh wajah Kota Bogor. Jangan tanya siapa yang bertanggung jawab atas wajah bopeng Kota Hujan ini. Karena jawabannya selalu politis. Bertanyalah siapa yang dikorbankan dari wajah Kota Bogor yang semakin gersang itu? Kalau pertanyaannya itu jawabnya gampang, yaitu warga Bogor sendiri.

 

kredit foto: liputan6

Ikuti tulisan menarik firdaus cahyadi lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler