x

Iklan

cheta nilawaty

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Tunanetra Perlu Mengulik Huruf dalam Kata

Membaca dengan direktori suara, memerlukan upaya lebih lanjut untuk mengenal huruf dalam sebuah kata

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Bagi orang yang dapat membaca dan menulis, mengeja bukan hal yang menjadi masalah. Orang orang yang dapat membaca dipastikan dapat pula mengeja. Namun bagi teman teman Tunanetra, mengeja – terutama mengeja huruf daalam kata tertentu, memerlukan usaha mengulik kata yang lebih dalam lagi.

 

Ini karena teman teman Tunanetra membaca melalui direktori suara. pada kata – kata yang mengandung dua huruf vokal berurutan, beberapa teman Tunanetra salah dalam mengeja atau menuliskannya. Misalnya penulisan kata “Semua”. . seharusnya, tidak ada huruf konsonan di antara huruf “U” dan “a”. tapi pada beberapa teman Tunanetra, ada yang menambahkan huruf konsonan “w” di tulisannya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

 

Fenomena ini menurut Ketua Yayasan Mitra Netra, Bambang Basuki, cukup sering terjadi pada beberapa Tunanetra. “Bukan hanya saja yang sedang belajar menulis, ada beberapa juga Tunanetra dewasa yang masih salah menuliskan kata, terutama mereka yang tidak suka membaca dan mengulik huruf di dalamnya,” ujar salah satu pendiri Yayasan Mitra Netra, yang juga berprofesi sebagai Kepala Sekolah ini.

 

Menyikapi fenomena ini, perlu ada kegiatan belajar mengeja dan mengenal aturan penggunaan huruf. Sebab, kesalahan mengeja kata dalam penulisan, tidak hanya dialami anak anak yang baru belajar membaca. Seperti Selasa siang, pada pertengahan Oktober lalu, ada tiga teman Tunanetra dewasa yang menjadi peserta belajar mengeja. Justru teman teman yang ikut pelatihan mengeja ini berasal dari kalangan yang sudah menempuh pendidikan setingkat SMP dan SMU.

 

Mereka biasanya adalah Tunanetra yang mengalami kehilangan penglihatan ketika menempuh pendidikan, tapi terpaksa berhenti di tengah jalan, karena tidak tahu harus belajar kemana. Setelah menemukan lembaga rehabilitasi seperti Mitra Netra, mereka akan mengikuti program pendidikan kejar paket B atau C untuk melanjutkan ke tingkat pendidikanselanjutnya. Hasil pelajaran mengeja ini sangat diperlukan, terutama saat mereka harus mengikuti ujian bahasa Indonesia.

 

Salah satu peserta adalah Noval,remaja pra dewasa  yang baru lulus sekolah menegah atas. Pada beberapa pengejaan kata, Noval masih sering mengalami kesalahan, terutama dalam penulisan. Noval beberapa kali mengalami kesalahan pada kata yang memiliki dua huruf vokal bergandengan.

 

Kesalahan ini bukan dikarenakan Tunanetra yang bersangkutan malas mengulik huruf dalam bacaan. Ternyata, penggunaan dialek beragam pada alat pembaca layar, dapat mempengaruhi Tunanetra dalam mendengar kata. Beberapa alat pembaca layar pada Komputer atau bictor reader yang digunakan Tunanetra untuk membaca buku, , menggunakan dialek berbahasa Inggris. Sehingga, ada beberapa huruf yang menggunakan huruf “c” terbaca menjadi “k”.

 

Pengejaan huruf salah ini akan memberi efek bola salju pada pemahaman dan cara membaca. Misalnya kata kata yang memiliki huruf akhiran dua vokal bergandengan. Audio yang tertangkap telinga sering membingungkan. Sebagai contoh, kata yang sering terdengar blunder adalah dua vokal bergandengan “a” dan “u”. audio yang dihasilkan terkadang terdengar seperti “ao” atau “aw”.

 

Dampak kesalahan mengeja selanjutnya, adalah proses pemenggalan kata. Kesalahan ini akan sangat berpengaruh, bila Tunanetra harus mengikuti ujian Bahasa Indonesia dengan jawaban yang harus ditulis dalam bentuk uraian. Beberapa teman juga sering mengalami kesalahan dalam mengeja bahasa serapan. Pada kasus ini, salah mengeja masih berada dalam batas toleransi. Sebab, jangankan Tunanetra yang membaca berdasarkan direktori suara, orang dari kalangan umum pun seringmengalami salah eja.

 

Maka, kembali saya mengutip kata –kata pendiri Yayasan Mitra Netra, Bambang Basuki, baik orang melihat atau Tunanetra, akan sama sama salah mengeja bila tidak rajin membaca. Kesalahan akan bertambah parah, bila pembaca tidak mau mengulik satu persatu huruf dalam bacaannya. Padahal untuk mengenali ejaan kata, Bahasa Indonesia sudah memiliki referensi umum yang mudah diakses, baik oleh Tunanetra maupun orang melihat.

Ikuti tulisan menarik cheta nilawaty lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler