Benarkan persoalan uang adalah ujian terbesar dalam hidup berkeluarga? Sebuah studi mendapati uang berada di peringkat atas dalam daftar alasan pertengkaran pasangan suami-istri. Studi yang sama menemukan 80 persen pasangan yang bercerai pada usia 30 tahun mengatakan perceraian mereka disebabkan masalah uang.
Berdasarkan survei lain dari savvywoman.co.uk ditemukan fakta lain bahwa permasalahan keuangan jauh melebihi pertengkaran akibat kericuhan pembagian tugas di rumah, pertengkaran akibat anggota keluarga lain, anak, seks, dan mantan kekasih.
Tapi layakkah uang menjadi kambing hitam perceraian? Kalau mau jujur, sebenarnya bukan uang yang menjadi masalah, tetapi soal ketidaksepakatan dan ketidaksepahaman terkait uang dari pasangan yang menjadi masalahnya.
Kesepakatan tentang uang penting untuk semua pasangan di semua tingkat pendapatan. Tak jarang pertengkaran tentang uang bermula dari perbedaan harapan. Sementara istri ingin belanja ini-itu, suami inginnya berhemat dan meningkatkan investasinya. Dari hal yang sederhana ini saja pasangan suami-istri bisa bertengkar.
Di situasi lain, misalkan suami terbiasa merokok yang menyedot keuangan keluarga, sementara istri membutuhkan uang lebih untuk belanja. Sindir-menyindir soal alokasi uang saja bisa berujung pada pertengkaran. So, pertengkaran itu jangan dipikir selalu berasal dari masalah-masalah yang besar.
Pada dasarnya pertengkaran terjadi karena minimnya komunikasi dan kompromi antar pasangan. Penonjolan ego menyulitkan kesepakatan. Tanpa elemen komunikasi dan kompromi, niscaya pertengkaran akan meledak dan merusak rasa percaya dalam pernikahan.
Saran-saran berikut akan mencegah pertengkaran seputar keuangan melanda keluarga:
1. Diskusi dengan pasangan
Walaupun wanita itu biasa memegang kendali dalam urusan keuangan dalam keluarga, tidak ada salahnya melakukan diskusi dengan pasangannya. Pasangan juga berhak tahu masalah keuangan dan pengeluaran keluarga. Hal ini efektif untuk menghindari pertengkaran dan perselisihan
2. Membeli karena kebutuhan
Tak sedikit orang yang membeli sesuatu untuk pelampiasan emosional. Sayangnya, semakin banyak membeli, semakin seseorang yang seperti ini merasa kurang puas. Oleh sebab itu, manajemen keuangan yang baik sangat diperlukan.
3. Dengarkan pendapat pasangan
Setiap orang memiliki sejarah dan hubungan emosional dengan uang. Tingkat kenyamanan pasangan Anda mengenai keuangan sangat berbeda dengan Anda. Bahaslah dengan pasangan Anda untuk mencari tahu pendapatnya tentang pengaturan keuangan Anda saat ini.
4. Acuhkan dana darurat
Bencana hingga kecelakaan bisa terjadi kapan saja, meski kita tak mengharapkannya. PHK bisa terjadi kapan saja dengan berbagai alasan. Semua ini bisa datang tiba-tiba dan tak terduga. Sakit bisa datang kapan saja. Nah, saat peristiwa-peristiwa tak terduga terjadi, kehadiran dana darurat sangat penting. Mengacuhkan dana darurat sama saja menanam bibit pertengkaran. Jadi, memanfaatkan platform modern seperti IPOTPAY yang memberikan imbal hasil 7-10% pertahun untuk dana darurat memang tak ada salahnya. Apalagi, dana yang disimpan di IPOTPAY dapat ditarik kapan saja kita mau.
Ikuti tulisan menarik Johanes Sutanto lainnya di sini.