x

Iklan

Mohamad Cholid

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

#SeninCoaching: Yuk, Kencan dengan Takdir Kita

Program coaching merupakan navigasi dalam perjalanan menuju sukses

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Leadership Growth: Actions for Rehumanizing Process

Mohamad Cholid

Practicing Certified Business and Executive Coach

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

 

He who has not the spirit of this age, has all the misery of it. – Voltaire

Anda terbiasa memanfaatkan aplikasi Waze dalam perjalanan untuk kegiatan bisnis dan silaturahim? Di tengah rimba lalu lintas kota besar yang makin menyesakkan, atau saat mencari jalan di luar kota, aplikasi Waze dan Google Map di smartphone Android atau Maps (dari i-Phone/IOS) membantu kita mendapatkan jalur alternatif, travelling time jadi lebih efisien.

Dalam kehidupan dan pengelolaan organisasi bisnis dan non bisnis, sesungguhnya sudah berkembang sejumlah “aplikasi” dan tools hasil upaya para ahli, praktisi (para CEO dan mantan CEO), peneliti, konsultan, coaches, thought leaders, management guru, dan gabungan dari semuanya. Nama generik untuk hasil upaya tersebut adalah program re-edukasi bisnis.

Metode, aplikasi, dan tools peningkatan kompetensi kepemimpinan tersebut dikembangkan untuk benefit para eksekutif dan leaders, serta bagi organisasi yang mereka kelola. Program re-edukasi tersebut sudah tervalidasi dan proven membantu ribuan organisasi bisnis dan lembaga non-bisnis di negara-negara yang berbeda budaya, lanskap sosial ekonomi politik, dan latar belakang antropologisnya.

Lembaga-lembaga pembuat program re-edukasi, utamanya yang beroperasi secara internasional, lintas negara dan bangsa, secara konsisten melakukan updating program pelatihan, workshop, coaching yang mereka deliver secara customized.

Dan dalam penerapannya selalu menghargai konteks lokal. Maka dapat mencapai tingkat keberhasilan tinggi dalam membantu perusahaan-perusahaan dan organisasi non-bisnis di berbagai kawasan berbeda, di enam benua.

Contoh lembaga-lembaga penyedia jasa di bidang peningkatan kompetensi leadership dan pengembangan organisasi yang bergerak lintas negara dan bangsa, diantaranya: Marshall Goldsmith Stakeholder Centered Coaching (MGSCC), Action Coach, Gazelles Inc. (Growth Institute), E-Myth, Forum Corporation, Accenture.

Di tengah kompetisi dan opportunity global sekarang ini, ketika kondisi pasar serta preferensi konsumen sudah demikian dinamis dan business model alternatif bermunculan, kadang disruptive, dengan kemampuan meningkatkan revenue dan profitabiltas secara eksponensial, organisasi bisnis yang dikelola secara konvensional terancam. Langkah utama bagi para eksekutif dan leaders adalah melakukan redefining organisasi.

Organisasi (bisnis) ibarat pohon, berhasil menyesuaikan dengan kondisi zaman, mampu tumbuh sehat, atau mati.

Sebagaimana hasil survei sejumlah lembaga dan bukti nyata dalam praktik pengembangan organisasi (utamanya multinasional) di puluhan negara, para eksekutif dan leaders yang berhasil melakukan redefining organisasi memulainya dengan menata kembali diri sendiri. Reinventing leadership role mereka. Trend ini sudah dimulai tahap demi tahap hampir 30 tahun lalu di negara-negara maju.

Kalau mereka tidak reinventing kompetensi, bakal kesulitan. Sebagaimana sejak dulu diingatkan Voltaire, “He who has not the spirit of this age, has all the misery of it.” Bagi yang tidak terbuka hati dan pikirannya untuk terus melakukan re-edukasi meningkatkan diri sesuai tuntutan zaman, akan menderita.

Di Indonesia, berdasarkan observasi dan interaksi secara random, terbaca bahwa kesadaran pentingnya melakukan continuous improvement kepemimpinan baru terasa sekitar 10 tahunan lalu, utamanya di organisasi-organisasi yang well established –  dengan business size bervariasi.

Atau mereka menjadi well established karena para eksekutif dan leaders-nya terbuka hati dan pikirannya untuk selalu meningkatkan kompetensi diri dan bersedia investasi melatih tim untuk maju bersama?

Selebihnya, di luar mereka, perilaku kepemimpinan di banyak organisasi umumnya masih feodalisits dan cara kerjanya mirip di zaman Revolusi Industri. Akibatnya tim merasa dehumanized (kurang diuwongke, kata orang Jawa). KPI (key performance indicator) belum diterapkan sesuai tuntutan target usaha. Tim mengalami disorientasi, bekerja hanya berdasarkan perintah, kurang inisiatif.

Para eksekutif dan leaders di organisasi beraroma feodal tersebut sesungguhnya orang-orang baik dan tampil up to date, menggunakan gadget dan mobil canggih yang setara dengan para eksekutif di Amerika atau Jerman.

Namun saat menghadapi anak buah di kantor, perilaku kepemimpinan mereka seperti pribadi yang berbeda, muncul dari abad silam. Antara lain memaksakan kehendak anak buah harus berprestasi tinggi, padahal mereka belum dilatih secara sistematis dengan program yang terukur. Training-training yang (pernah) ada dilakukan secara sporadis, sesuai mood bos.    

Tantangan besar kita sekarang ini adalah menata kembali mindset dan perilaku kepemimpinan para eksekutif, agar lebih efektif mengelola organisasi di era globalisasi. Lebih fundamental dari itu, alangkah lebih baik kalau kita meyakini, bahwa organisasi dan kegiatan bisnis adalah bagian dari upaya meningkatkan derajat manusia, humanizing endeavor yang dilakukan dengan komitmen penuh.

Organisasi-organisasi yang bertahan lama dan nilai sahamnya terus naik secara konsisten adalah yang memberikan manfaat signifikan bagi masyarakat luas dan dipimpin dengan cara extraordinary oleh orang-orang yang rendah hati dengan professional will yang kuat. Sebagaimana diceritakan Jim Collins dalam buku Good to Great (2001).

Abad ke-21 sekarang, ketika proses rehumanizing para stakeholders menjadi bagian penting dalam upaya pengembangan prestasi organisasi, mindset dan perilaku kepemimpinan yang lebih efektif adalah yang selalu menyadari konteks eksistensialnya. Karyawan, human capital, mereka nilai sebagai mitra kemajuan.

Emotional awareness – becoming aware of who you are and how you respond to those around you, the situation that arise, and the plans that are pending – is a hot topic,” kata Leadership Guru Warren Bennis dalam pengantar Global Leadership, The Next Generation (ditulis Marshall Goldsmith, Cathy L. Greenberg, Alastair Robertson, dan Maya Hu-Chan). “Living an integrated personal and professional life has never been important.”  Warren Bennis adalah penulis On Becoming a Leader (1989), yang menjadi klasik, masuk the 25 most influential business management books.

Pengembangan kompetensi kepemimpinan organisasi atau leadership growth adalah proses, bukan event. Tahap-tahapnya sebaiknya diikuti secara konsisten. Ini merupakan perjalanan menanjak menuju, antara lain, Achieving Personal Mastery – satu dari 15 kompetensi yang mesti dimiliki para eksekutif dan leaders yang sungguh-sungguh berniat memiliki peran penting dalam percaturan global.

Sepanjang intellectual journey menapaki tahapan-tahapan kepemimpinan yang lebih efektif itu, diperlukan mental dan physical endurance. Para eksekutif lazimnya didampingi coach, yang berperan sebagai navigator, menyiapkan dan mengendalikan sistem navigasi semacam “Waze” atau lainnya, agar perjalanan para eksekutif meraih achievement lebih efisien dari segi waktu dan dana. Coach bertindak sebagai navigator untuk mencapai tujuan, goals, dengan lebih sistematis dan efektif.

Untuk long lasting impact, program coaching dilaksanakan selama 12 sampai 18 bulan. Bahkan ada sejumlah organisasi yang memerlukan coaching selama tiga tahun atau lebih, untuk memastikan seluruh lini organisasi meningkat kompetensinya. Umumnya bisnis mereka kemudian tumbuh secara konsisten.

Sudah bukan zamannya lagi mengelola organisasi asal jalan, trial and error, sebagaimana dulu di masa Revolusi Industri. Cara semacam itu akan memboroskan resources (uang, waktu, dan energi).

Sekarang Abad 21. Tersedia cara-cara lebih sistematis untuk mengembangkan organisasi. Lembaga-lembaga berskala internasional seperti Marshall Goldsmith Stakeholder Centered Coaching (MGSCC) akan membantu Anda melaksanakan pengembangan kompetensi para eksekutif berdasarkan metode yang proven. Berorientasi pada results.

Program Leadership growth dapat dikategorikan sebagai actions (tindakan-tindakan nyata) dari rehumanizing process dalam meraih sukses.

Dengan keyakinan bahwa setiap diri kita adalah ciptaan terbaik Tuhan, upaya pengembangan kompetensi diri ibarat perjalanan menuju kencan dengan takdir.

 

Mohamad Cholid  adalah Head Coach di Next Stage Consulting

n  Certified Executive Coach at Marshall Goldsmith Stakeholder Centered Coaching

n  Certified Marshall Goldsmith Global Leader of the Future Assessment

Alumnus The International Academy for Leadership, Jerman

(http://id.linkedin.com/in/mohamad-cholid-694b1528)

(www.nextstageconsulting.co.id)  

Ikuti tulisan menarik Mohamad Cholid lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler