x

Ketua KPU Arief Budiman (kiri) bersama dua komisioner Ilham Saputra dan Pramono Ubaid Thantowi (kanan), saat menunjukkan contoh alternatif bentuk kotak suara transparan terbuat dari kertas karton dan Box plastik akan digunakan dalam Pilkada serentak

Iklan

Andrian Habibi

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Komisioner Antikritik

Apakah ada jaminan komisioner dan komisi sama-sama baik? Tidak ada.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Komisioner adalah mereka yang memimpin suatu komisi. Komisi itu seperti Komisi Pemberantasan Korupsi, Komisi Pemilihan Umum, Badan Pengawas Pemilu, Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu, Komisi Informasi Publik, Komisi Penyiaran Indonesia, dan sebagainya.

Komisioner yang memimpin suatu komisi adalah orang baik. Begitu kira-kira anggapan kepada mereka. Orang baik yang menggerakkan kerja komisi. Sehingga komisioner dan komisinya sama-sama baik.
 
Tapi apakah ada jaminan komisioner dan komisi sama-sama baik? Apa indikatornya? Tidak ada. Baik adalah kata sifat. Tergantung cara pandang dan komunikasinya. Bisa saja kita mengatakan komisioner dan komisi baik. Tapi orang lain juga berhak mengatakan mereka kurang baik.
 
Beda Sedari Lahir
 
Komisioner saat ini mungkin baik. Dia baik karena mengemban tugas mulia. Tetapi, manusia bisa saja khilaf. Maka dibutuhkan manusia lain yang mengingatkan.
 
Dalam hal ini, mengingatkan komisioner sama saja mengingatkan penguasa atau pemimpin. Kritik.
 
Kritik kepada komisioner adalah jalan menjaga mereka. Kenapa? Karena manusia sedari awal berbeda. Karena perbedaan maka saling mengisi. Kritik ada untuk mengisi kekosongan atau kekhilafan.
 
Kritik juga sebagai tanda bahwa kita hidup penuh warna. Ada peran pelaksana. Ada juga yang berperan mengevaluasi atau menilai. Peran lain adalah menjadi penengah.
 
Hingga kritik adalah jalan pembaca, yang melihat, mendengarkan atau merasakan perbedaan dari sesuatu hal. Lalu, kritikus menyampaikan kepada yang di kritik demi memperbaiki sesuatu yang terasa kurang.
 
Jadi, jangan bungkam para kritikus. Karena mereka telah meluangkan waktu untuk mengawal, agar komisioner tidak khilaf. Atau mengisi kekosongan gerak yang terlupakan. Sehingga kuat dan menguatkan.
 
Bhineka Tunggal Ika
 
Bila kita merenungkan sejenak nasehat nusantara Bhineka Tunggal Ika. Kita akan kembali ke masa-masa awal persatuan anak bangsa.
 
Manusia Indonesia yang beragam menyatu dalam kebhinekaan. Berbeda tetapi satu.
 
Dalam pemahaman yang sederhana, masyarakat Indonesia memang sudah beda. Jadi, mustahil disatukan pada satu warna. Karena memaksa satu warna adalah penentangan kepadakebhinekaan.
 
Kita tahu bahwa perbedaan adalah rahmat Tuhan Yang Maha Esa. Perbedaan ini lahir agar kita saling mengenal dan mengisi. Perbedaan juga sebagai tanda kuasa terindah dari Sang Pencipta.
 
Dengan demikian, kritik sudah menjadi bahagian hidup manusia. Pemerintah dengan yang diperintah berbeda pendapat. Masyarakat pun mengkritik pemerintah. Tujuannya mendapatkan satu solusi yang penuh warna untuk kebersamaan.
 
Tua mengajar yang muda. Jika beda paham. Pemuda mengkritik yang tua. Sehingga pengalaman si tua menyatu dengan progresif muda. Jadi lah warna indah pengetahuan dan gerakan.
 
Komisioner Juga Manusia
 
Begitu juga dengan komisioner. Masyarakat bisa saja berbeda paham dengan pemimpin/anggota komisi. Tentu masyarakat boleh mengkritik komisioner.
 
Tujuan kritik kinerja komisioner demi mengisi kekosongan teknis. Karena bisa saja, komisioner khilaf. Kecuali komisioner merasa benar dan luput dari kekhilafan.
 
Apabila seorang komisioner di komisi apapun tidak siap menghadapi kritik. Maka perlu dipertanyakan pemahamannya terhadap perbedaan yang menyatukan.
 
Seandainya komisioner yang menolak kritik dibantu oleh pendukung. Tentu sah-sah saja. Tapi, para kritikus tidak boleh dibenci apalagi dijauhi.
 
Ingatlah kebenaran itu tidak mutlak. Kecuali kebenaran itu sendiri (TUHAN). Jadi, manusia berbuat benar. Bisa saja salah atau minimal kurang pas bagi manusia lain.
 
Selanjutnya, kekurangan diperbaiki dengan masukan dan saran. Tidak perlu ngotot. Apalagi menghina dan mencaci. Kecuali komisioner merasa sudah menyatu dengan kebenaran yang hakikia.
 
Perbedaan adalah salah satu syarat bhineka menjadi ika. Berbedalah untuk menyatu bukan menjauhi untuk membuat perbedaan.
 
Andrian Habibi
Paralegal di PBHI Nasional dan kader KIPP.

Ikuti tulisan menarik Andrian Habibi lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler