x

Iklan

Pakde Djoko

Seni Budaya, ruang baca, Essay, buku
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

#Ngobrol Bareng Tempo, Seni Rupa dan Wajah Arsip Indonesia

Arsip adalah artefak arkeologi, arsip itu berkesan warisan dari generasi masa lalu, arsip juga bisa diartikan memori kolektif atau individual.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Hari Selasa, 31 Oktober 2017 di lantai tiga Museum Basuki Abdullah, Tempo bersama pihak museum menyelenggarakan bincang-bincang dengan diberi tajuk. #Ngobrol bareng Tempo. Temanya adalah Arsip Seni Sebagai Warisan Budaya. Tempo mengundang Ir Ciputra sebagai kolektor seni, Agus Dermawan T pengamat dan kritikus seni, Agus Arismunandar Arkeolog dan dosen UI, serta Agung Hujatnikajenong seorang kurator muda dari Bandung.  Sebelum Bincang-bincang para tamu undangan dan peminat ngobrol bareng Tempo disuguhi makan siang serta mencicip Kopi Malabar yang asam di lidah namun dingin di perut. Dengan tanpa dicampur gula aroma kopi arabika itu mengundang rasa penasaran peserta yang hampir semuanya punya minat dalam bidang seni. Ada blogger, wartawan, asosiasi masyarakat pecinta museum.

Bincang-bincang dibuka oleh ibu Dra. Maeva Salmah M.Si Kepala Museum Basoeki Abdullah. Ngobrol dipandu oleh Iwan Kurniawan dari Tempo. Ngobrol bareng Tempo di buka oleh Dr. Restu Gunawan M U yang bicara panjang lebar tentang arsip dan kiprah seniman. Dr. Restu melemparkan wacana untuk menerbitkan sertifikat bagi karya seni dan mencatat karya-karya senimana dalam arsip yang lebih modern. Ini untuk memperkuat posisi seniman agar karya-karyanya tidak terbuang percuma tanpa data dan arsip yang jelas. Ini semacam Legal standing bagi karya –karya seni budaya. Pemanfaatan kebudayaan penting untuk siswa untuk melatih olah literasi, olah raga, dan Olah Rasa. Olah rasa ini yang sesungguhnya lahir dari karya-karya seniman dan orang yang bergelut dalam dunia seni.

Banyak seniman di Indonesia kurang pengetahuannya dalam bagaimana menyimpan karya dan  melakukan perlindungan terhadap karya seninya. Menurut Agus dari ribuan karya koleksi Istana masih ada sekitar 400 karya tidak terarsipkan. Padahal banyak karya-karya seni bernilai seni hanya tersimpan di gudang dan kurang terurus, padahal karya seni tersebut bernilai seni tinggi. Misalnya karya dari Liem Hwa Sim yang jumlahnya ratusan blue print nya telah hilang dan sampai sekarang belum ketemu. Menurut Penuturan Agung Hujatnikajenong,  Karya –karya lukisan Hendra Gunawan banyak  yang tidak terlacak karena minimnya pengarsipan. Jika ditanyakan ke museum dan lembaga pengarsipan karya-karya Hendara susah terlacak, tapi anehnya banyak pedagang-pedagang gelap tahu tentang lukisan Hendra Gunawan yang asli.  

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Menurut Arkeolog Agus Arismunandar  Arsip adalah artefak arkeologi, arsip itu berkesan warisan dari generasi masa lalu, arsip juga bisa diartikan memori kolektif atau individual. Ir. Ciputra dalam paparannya menekankan tentang bagaimana dia mencoba menyimpan karya-karya Hendra Gunawan. Umumnya karya seni lukis seniman warnanya akan memudar setelah beberapa bulan. Untuk menyelamatkan lukisan karya Hendra Gunawan Ciputra mesti mengungsikannya ke Singapura dan disimpan di gedung yang temperature udaranya diatur sehingga karya seni menjadi awet, tidak mudah kena jamur seperti ketika tersimpan di Indonesia yang umumnya belum mempunyai pengetahuan tentang pengarsipan karya seni budaya. Tantangan terberat adalah udara tropis yang lembab dan mudah jamuran. Miris lagi ketika lukisan hendak dipamerkan di Indonesia pemerintah dan bea cukai masih mengenakan pajak tinggi untuk karya seni warisan seniman Indonesia sendiri. Padahal ahrusnya set negara itu harus dilindungi dan dlestarikan sehingga tidak membebani seniman yang ingin mengembalikan karya seni pulang ke Indonesia.

Ciputra yang telah berumur 86 tahun masih tampak semangat ketika bercerita tentang perseteruan Basoeki Abdullah dan Sudjojono yang ia saksikan sendiri. Kebanyakan seniman mempunyai ego besar, hingga membuat idealisme seniman berbenturan satu dengan yang lain. Salah satu kunci mengapa Ciputra dengan entengnya membeli, menyimpan karya seni tentunya adalah Cinta. Jika sudah cinta maka seberapa besar pengorbanan dan biaya dikeluarkan tetaplah masih lebih besar rasa cinta. Maka Ciputra tidak perhitungan bila telah menyukai karya seni.

Ngobrol bareng Tempo bertajuk Arsip Seni Sebagai Warisan Budaya sebetulnya adalah pra acara  yang akan diselenggarakan Museum pekan depan.  LACAK adalah pameran karya Basoeki Abdullah. Nantinya pameran akan menyuguhkan pernik-pernik milik Basoeki Abdullah.Ada baju, jam tangan, kuas, cat yang digunakan Sang Pelukis Flamboyan, pemrakarya lukisan Mooi Indie, bersama Abdullah Suriasubroto dan Raden Saleh Bustaman. 

Ikuti tulisan menarik Pakde Djoko lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler