x

Iklan

cheta nilawaty

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Mengapa Tunanetra Memilih Makan Tanpa Sendok

Penggunaan piranti makan bagi Tunanetra memerlukan upaya lebih, khususnya untuk mengambil remahan lauk yang tidak teraba.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Hidangan makan siang berupa pecel dan gorengannya tersaji lengkap di sebuah meja. Beberapa teman Tunanetra datang silih berganti, sekedar minta tambah bumbu, sayur atau gorengan. Mereka hilir mudik tanpa menyentuh sendok atau garpu yang disediakan pendamping. “Di sini sendok dan garpu tak laku saat jam makan,” ujar Atun, salah satu penyintas yang bertugas menaruh makanan di piringpara Tunanetra.

 

Beberapa teman Tunanetra yang saya tanyakan, mengakui bila mereka lebih suka makan tanpabantuan sendok atau garpu. Makan dengan menggunakan tangan secara langsung, rupanya tidak hanya nikmat dilakukan. Tapi bagi Tunanetra, jadi lebih rapih dan ringkas dibandingkan harus menggunakan sendok atau garpu.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

 

“Sendok atau garpu tidak selalu tepat mengenai makanan yang ingin saya ambil, kalau sudah begitu, makan jadi lebih berantakan,,”ujar Irma Hikmayanti,, salah satu teman Tunanetra saat ditanya mengapa lebih nyaman menggunakan  tangan dari pada menggunakan sendok atau garpu. “saya prefer menggunakan sendok atau garpu saat makan makanan berkuah atau steak,” tambah Irma.

 

Karena aktivitas makan membutuhkan upaya lebih, ada pelajaran tentang orientasi dan mobilitas untuk kegiatan makan bagi Tunanetra. Instruktur orientasi dan mobilitas bagi Tunanetra dari Eropa, Lowenfeld mendefinisikan orientasi sebagai penggunaan seluruh indera yang tersisa pada Tunanetra untuk mengenali benda benda yang ada di sekitarnya. Sedangkan mobilitas adalah kemampuan bergerak dari suatu posisi tetap ke posisi lain yang diinginkan dalam satu lingkungan.

 

Orientasi dan mobilitas bagi orang melihat, tentu bukan suatu masalah dan dapat dengan mudah dilakukan. Tapi bagi orang yang tidak melihat, perlu ada pengenalan persepsi, analisa, perbandingan letak posisi dan keadaan diri sendiri sebelum memutuskan tindakan yang harus dilakukan. Bahkan, untuk sekedar makan, Tunanetra perlu tahu posisi piranti makan, hingga lauk pada makanannya.

 

Kegiatan mengambil lauk dan nasi dalam satu piring dapat terasa seperti main petak umpet. Tunanetra tidak akan pernah tahu, lauk apa yang ada di atas sendoknya, sebelum mereka mengunyahnya. Seorang teman pernah bercerita, saat prasmanan, ia menyisakan satu lauk yang dia pikir enak. Lauk yang disisakan itu diletakkan di pinggir piring agar mudah diambil. Ternyata, makanan yang dikira lauk enak itu adalah cabai orange yang sangat pedas, dan dimakan terakhir pula, saat nasi beserta lauk lainnya sudah habis.

 

Bukan Cuma lauk, posisi sendok dan makanan yang diraup kemudian disuapkan ke dalam mulit, tentu tidak boleh salah arah. Memposisikan sendok dan lauk ke dalam mulut akan sangat mudah bila dilakukan dengan melihat. tetapi menjadi sangat berantakan bila dilakukan tanpa melihat. secara sederhana, berenpati terhadap kondisi Tunanetra yang seperti itu, dapat dicoba dengan menyendokkan makanan kemudian menyuapkannya ke dalam mulut, dalam keadaan menutup mata.

 

Bagi teman Tunanetra yang tidak berada dalam keadaan fokus, menyuapkan makanan ke mulut dapat menjadi kesalahan fatal. Contoh yang paling sering ditemui adalah kalau salah menggunakan sendok, dimana bagian permukaannya terbalik. Tentu tidak akan ada satu butir makanan pun yang dapat disuapkan ke dalam mulut. Belum lagi bila makanan tersebut berkuah, pemakaian piranti yang terbalik dapat mengotori wilayah lain dari anggota tubuh.

 

Guna mengantisipasi keadaan seperti itu, sesaat sebelum makan, Tunanetra wajib meraba lekuk piranti agar tidak terbalik. Tentu dapat dibayangkan, bila penggunaan piranti makan ini berupa pisau, sumpit atau piranti makan yang agak asing seperti sumpit gepeng terbuat dari logam licin, bernama Sutkarak asal Korea Selatan. Jangankan Tunanetra, orang orang dari kalangan melihat pun masih kesulitan menggunakannya. Karena itu, bila mengajak makan teman Tunanetra, pertimbangkanlah penggunaan piranti makannya.

 

Akses paling sederhana dan mudah bagi Tunanetra ketika makan adalah penggunaan tangan. Bentuk dan tekstur makanan dapat dirasakan langsung melalui jari jemari. Makan dengan menggunakan tangan, membuat Tunanetra lebih rapih saat memasukkan makanan ke dalam mulut. Tentu, cara seperti ini tidak mungkin dilakukan ketika mengkonsumsi makanan berkuah atau makanan yang bersifat cair. Tunanetra tetap perlu belajar menggunakan piranti makan seperti sendok, garpu, pisau, dan tentu saja sumpit.

Kredit foto: Liputan6.com

Ikuti tulisan menarik cheta nilawaty lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler