x

Iklan

dian basuki

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Membaca, Percakapan dengan Penulis

Membaca buku adalah percakapan antara pembaca dan penulis, bukan aktivitas satu arah.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Jika kamu membeli sebuah buku, apakah berarti kamu serta merta memiliki buku itu? Jika memiliki sebatas buku itu beralih kepemilikan dari penjual kepada pembeli karena kamu sudah membeli dan membayar, agaknya iya. Namun jika meminjam sudut pandang Mortimer Adler, buku itu belum lagi jadi milikmu.

Dalam bukunya yang terbit pada 1940, How to Read a Book, Adler menulis: “Ketika kamu membeli sebuah buku, kepemilikan buku itu beralih padamu, seperti yang kamu lakukan pada pakaian atau perabot ketika kamu membeli dan membayarnya. Tapi, membeli hanyalah awal kepemilikan yang sebenarnya. Hanya jika kamu telah menjadikan buku itu bagian dari dirimu, barulah kamu benar-benar memiliki buku itu, dan cara terbaik untuk melakukannya ialah dengan menulis di buku itu.”

Yang dimaksud Adler dengan menulis di buku yang sedang dibaca tidak lain membuat catatan-catatan di halaman buku. Catatan itu berupa pendapatmu sebagai pembaca: setuju, tidak sepakat, menarik, cari lagi rujukannya, mustahil, dan komentar apa saja mengenai apa yang ditulis di buku. Kamu bisa menuliskan komentar di marjin buku—tempat yang cukup leluasa untuk menggoreskan pena.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Marjinalia adalah bagian penting dari bukti bahwa buku itu jadi bagian dari dirimu. Buku yang bersih memang membuat buku terlihat masih rapi, tapi buku yang dipenuhi catatan menunjukkan aktivitas berpikir pembacanya. Tulisan pembaca di marjin itu menandakan adanya percakapan antara pembaca dan penulis yang diwakili oleh bukunya. Ada interaksi antara pembaca dan yang dibaca.

Mengapa menulis catatan di marjin buku bagian tak terpisahkan dari aktivitas membaca? Pertama, kegiatan ini membuatmu tetap terjaga, tetap sadar bahwa kamu sedang membaca. (Bagi sebagian orang, termasuk saya kadang-kadang, membaca buku adalah pengantar tidur yang efektif, terutama bila posisi membaca pas betul untuk mengantuk.) Kedua, membaca aktif menandakan pembacanya berpikir, dan menulis di marjin buku adalah ekspresi dari berpikir. Apapun isi eskpresi itu. Ketiga, menulis komentar di marjin membuatmu ingat apa gagasan penulis buku. Betapa sering kita lupa isi bab-bab yang sudah kita lewati. Coretan di marjin mengingatkan kita.

Membaca buku semestinya merupakan percakapan antara pembaca dan penulis, bukan aktivitas satu arah. Sebagai pembaca, kamu bisa memberi respons atas gagasan penulis, meski di saat yang sama penulis tak bisa merespon balik tanggapanmu. Penulis tak bisa memberi kontra-argumen lebih lanjut bila kamu, sebagai pembaca, menyanggah apa yang ia tulis di bukunya. Namun, setidaknya, buku yang sedang kamu baca sudah mewakili apa yang dipikirkan penulisnya.

Agar dialog antara kita sebagai pembaca dan buku yang mewakili penulis dapat berlangsung, janganlah membaca buku dengan terburu-buru. Sayang bukan, penulis sudah bekerja keras menyusun sebuah buku, dan kita membacanya dengan tergesa-gesa. Satu hal penting yang dapat kita pelajari dari membaca perlahan-lahan ialah bahwa bahasa adalah medium yang dipakai penulis seperti halnya cat digunakan oleh pelukis. Sayangnya, kita kerap lupa bahwa kata-kata adalah material dasar bagi sebuah tulisan yang perlu kita cerna saat membacanya. **

Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler