x

Iklan

dian basuki

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Jangan Biarkan Modal Sosial Terhanyut Banjir

Solidaritas sosial warga kerap mencuat lebih kencang saat musibah alam terjadi, sayangnya solidaritas ini tidak dihimpun jadi modal sosial yang berharga.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

 

Ketika hujan semakin sering turun dan kian deras, peristiwa alam semakin kerap terjadi: tanah longsor (seperti di Banjarnegara dan Puncak Bogor), air mulai membanjiri (seperti di sebagian Kabupaten Bandung), jalan-jalan pun bertambah rusak (terjadi di banyak tempat). Dalam banyak kejadian, peristiwa alam seperti ini memang mendatangkan kesedihan: rumah terendam, harta hanyut, aktivitas sosial ekonomi tersendat atau malah terhenti, hingga anggota keluarga hilang.

Walaupun selalu ada orang yang memanfaatkan situasi kritis untuk menangguk keuntungan material maupun non-material, namun sangat banyak orang yang dengan tulus hati menyingsingkan lengan baju untuk memberi bantuan. Sepertinya mereka berseru dalam hati: “Inilah saatnya untuk berbagi lebih dari biasanya, untuk peduli lebih dari biasanya.” Mereka menghindari sorot media sebab khawatir ketulusan itu akan luntur oleh publikasi.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Ada yang membuka pintu rumahnya untuk menampung sebagian pengungsi—“Caring is sharing, peduli itu berbagi,” ujar mereka. Jumlah yang ditampung memang tak banyak, tapi itu lebih dari cukup untuk meyakinkan bahwa peduli sesama tetap merupakan bagian dari watak manusia umumnya.

Ada pula yang dengan ringan kaki menyusuri jalan-jalan untuk menemukan hewan piaraan yang kebingungan dikepung air. Mereka mengambilnya, lalu merawatnya. Warga ini telah sanggup melangkah hingga melampaui batas kepentingan pribadinya untuk memikirkan makhluk lain.

Sebagian warga lainnya memilih tindakan yang lazim di kala bencana terjadi, seperti menjadi relawan untuk membantu evakuasi korban banjir, memasak di dapur umum, atau merawat mereka yang sakit. Mereka umumnya percaya, selalu ada langkah-langkah kecil positif yang bisa dilakukan untuk meringankan derita orang lain yang tak dikenalnya.

Sayangnya, langkah-langkah kemanusiaan semacam itu tidak termanfaatkan dengan baik untuk kemaslahatan jangka panjang. Pemimpin masyarakat tidak menjadikan peristiwa bencana dan respons warga masyarakat yang positif seperti itu sebagai momentum untuk lebih merekatkan solidaritas sosial dan meningkatkan modal sosial. Tidak ada langkah yang menginspirasi warga masyarakat bahwa banjir adalah persoalan kita bersama, jadi ‘Ayo kita atasi bersama!’ Bahkan, bukan hanya berhenti bergotong royong dan saling menolong saat musibah sudah datang, melainkan mengajak dan mendorong warga berbuat agar banjir serupa tidak terjadi lagi di masa mendatang.

Bagi sebuah kota megapolitan yang kulturnya campur aduk, solidaritas sosial semakin tidak terasa dalam kehidupan sehari-hari. Masing-masing orang sibuk dengan urusan masing-masing. Modal sosialnya cenderung rendah, kalaupun ada seringkali dalam batas-batas yang sempit. Tawuran antar gang di satu wilayah, misalnya, menunjukkan betapa solidaritas di antara warga perkotaan sangat terbats.

Sayang memang, adanya momentum positif yang dilakukan oleh warga secara individual maupun sosial saat menghadapi musibah tidak disadari dan tidak diungkit (leveraged) dengan baik sehingga gemanya menjadi lebih besar. Modal sosial ini dapat diperbesar dengan cara melanjutkan pemupukan secara teratur melalui berbagai aktivitas setelah musibah berlalu dan teratasi. Jangan biarkan solidaritas sosial muncul sesaat di kala musibah datang lalu dibiarkan ikut hanyut terbawa banjir atau longsor.

Lebih dari membangun dam, membikin sodetan Kali Ciliwung misalnya, mengajak warga untuk lebih peduli lingkungan alam dan lebih meningkatkan solidaritas sosial bisa menjadi modal sosial yang luar biasa. Menghadapi banjir yang masih mungkin datang, di waktu dekat ini maupun di masa mendatang, modal sosial akan sangat bermanfaat, sebab kemauan-baik individual telah dihimpun dan diamplifikasi menjadi kemauan-baik sosial. ***

Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB

Terkini

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB