x

Iklan

Pakde Djoko

Seni Budaya, ruang baca, Essay, buku
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Walk Out Ananda Sukarlan dan Hati Nurani Anies Baswedan

Kalau Ananda Sukarlan memilih “Walk Out”, untuk memberi tanda bahwa ia protes kepada sosok yang telah mengoyak tenun kebangsaan

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Simphoni mengalun merdu dari sebuah Grand Piano. Komposisi indah dari rangkaian lagu-lagu nusantara ikut mengalun di gedung gedung megah di Eropa. Tidak kalah dengan lagu-lagu Ludwigh van Beethoven, Antony Vivaldi dan Johann Sebastian Bach. Partitur yang sudah merasuk dalam sukma menambah kedalaman  musik klasik yang dia mainkan. Itulah seorang komponis Indonesia yang sudah melanglang dunia. Karyanya sudah diakui dunia dan dirinya pun telah tercatat  dalam jajaran musikus dunia, mendapat kehormatan sebagai warga negara Spanyol karena kemampuannya bermain musik. Meskipun lama tinggal di Eropa. Lelaki Jawa, muslim, alumni Kanisius  itu tetap mengusung Indonesia untuk dipentaskan dan diperkenalkan dunia lewat budaya, lewat seni, lewat musik. Anda tidak perlu lagi mengukur kadar integritasnya. Dia adalah Ananda Sukarlan. Pria yang dalam hari-hari ini sering di sebut di media massa dan menimbulkan perdebatan anatara yang dijuluki orang-orang gagal move on, bani serbet, kaum bumi bulat dengan orang yang mati-matian membela pemimpin barunya  dengan jukukan tidak kalah mentereng, Kaum cingkrang, Kaum berdaster dan warga(kaum bumi datar).

Nama Anies Baswedan tenar sejak ia menggagas Indonesia mengajar. Ia mengingatkan para sarjana dan mahasiswa untuk turun ke daerah pelosok memberikan perhatian pada mereka yang tidak beruntung dalam hal pendidikan bersama—sama  membangun peradaban dan menjahit tenun kebangsaan lewat Indonesia mengajar.dan julukan Rektor termuda pernah tersemat pada diri Anies ketika berhasil menduduki jabatan Rektor di Universitas Paramadina. Itu jejak rekor keduanya. Tapi mengapa jejak kaki kehebatan Anies itu mendadak lenyap sejak dia diganti sebagai Menteri Pendidikan dan kebudayaan, lalu memilih jalan politik lain dengan mendekat ke  Prabowo Subianto, untuk bertarung memperebutkan jabatan Gubernur DKI Jakarta. Sejak itu Anies yang semula  berperan sebagai Protagonis seakan-akan berganti peran menjadi tokoh kontroversial dan beritanya selalu mengundang perdebatan di kalangan masyarakat yang memang senang bergosip dan menggoreng isu. Akhirnya pelan-pelan peran pentingnya dalam merangkai tenun kebangsaan memudar berganti dengan kata-kata yang sering muncul dan kemudian menimbulkan kegaduhan.

Alangkah serunya media sosial, karena mereka tidak pernah ketemu dalam satu frame untuk bersama-sama mengusung keindonesian di pentas dunia, tapi selalu gaduh karena pilihan politiknya yang njelimet. Semuanya seperti ingin mengatakan saya yang terbenar, saya yang selalu mendengar hati nurani, kalian yang gagal move on dan picik pola berpikirnya. Apa sih yang diperdebatkan. Sejak pemilihan  kepala daerah Jakarta era Basuki Tjahaja Purnama –Djarot Saiful Hidayat  – Anies Baswedan dan Sandiaga Uno  yang kemudian dimenangkan Anies Sandi, keterbelahan itu masih menyisakan kegaduhan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kalau Ananda Sukarlan memilih “Walk Out”, untuk memberi tanda bahwa ia protes kepada sosok  yang telah mengoyak tenun kebangsaan dan tidak menjadi contoh yang baik bagi misi yang diajarkan di Kanisius: Anda telah mengundang seseorang dengan nilai-nilai integritas yang bertentangan dengan apa yang diajarkan kepada kami.Walaupun anda harus mengundangnya  karena jabatannya, tapi next time kita harus lihat orangnya. Ia mandapatkan jabatannya dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan nilai nilai Kanisius.

Berpikir jernih, jangan terjebak pada opini “semprul” yang ingin mengkotak-kotakkan visi  pendidikan seutuhnya. Dari dahulu misi pendidikan katolik (kanisius) adalah merangkul semua, mendidik semua dan tidak membeda-bedakan orang berdasarkan agama. Bahkan  murid –murid yang masuk hampir 60 persen tidak katolik. Tapi mereka menerima ajaran, pendidikan karakter, nilai-nilai disiplin yang diajarkan Kanisius. Di media sosial banyak yang senang menggoreng isu, mempertentangkan dan menjadikan isu sebagai komoditas politik. Ketika suasana panas memuncak orang-orang yang ingin memanfaatkan koyaknya tenun kebangsaan itu segera menyergap dan memanfaatkan situasi untuk keuntungan pribadi maupun grupnya.

Ananda Walk Out itu karena pilihan nuraninya bukan karena ajaran Kanisius. Panitia dengan sopan telah mengundangnya, menyambutnya sebagai gubernur. Anies Baswedan pasti merasakan ia diperlakukan baik oleh panitia. Masyarakat harus cerdas menyikapi pilihan nurani musisi. Kalau ada sebagian netizen harus menyimpulkan beda dan tampak emosional dan memaki-maki sekolah yang telah menyumbangkan begitu banyak intelektual, pemikir, pengusaha, pemimpin negeri ini, mungkin perlu menengok diri sendiri dahulu. Sumbangan apakah yang sudah kupersembahkan pada negeri ini. menciptakan kegaduhan atau bersama-sama membangun negeri dengan  sesuai kemampuan  masing-masing. Salam Damai. Teh pagi masih mengepul mari seruput  dan rasakan aromanya.

Ikuti tulisan menarik Pakde Djoko lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler