x

Iklan

Elok Faiqoch

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Pembangunan Ekonomi dalam Perspektif Islam/Falah & Maslahah

Falah sebagai tujuan hidup manusia untuk mencapai tujuan masing-masing, sedangkan Maslahah sebagai tujuan antara untuk mencapai Falah

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

EKONOMI PEMBANGUNAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM

 

Sistem ekonomi  Islam memiliki  dasar asas yakni kepemilikan (al-Milkiyah), pengelolahan kepemilikan dan distribusi kepemilikan ditengah kehidupan manusia. Dari uraian landasan-landasan nilai yang melingkupinya, sistem ekonomi Islam hadir sebagai tawaran alternatif atas kebuntuhan sitem ekonomi dominan atas permasalahan ekonomi dewasa ini. Sistem Ekonomi Islam yang terjelaskan di atas sangat diilhami dan diselimuti dengan landasan nilai  etis dan tampaknya menjadi  penting sebagai aturan perilaku ekonomi yang semakin mengarah pada dehumanisasi, eksploitasi dan ketidakadilan serta ketimpangan sosial yang menjadi realitas sosial kehidupan manusia dalam bingkai sistem ekonomi kapitalistik. Gerakan yang komperhensif yang mensinergikan antara nilai material-duniawi dengan nilai spiritual-ukhrowi dalam interaksi sosial-ekonomi hemat saya adalah identitas nilai etis yang mendasari  ekonomi Islam yang tidak sekedar positivistik sebagaimana konsep dasar yang menjiwai sistem ekonomi dominan ”konvensional” lainnya dewasa ini

Dari sejarah masa lalu dapat kita ambil satu kesimpulam bahwa ekonomi islam sudah diterapkan semenjak awal adanya agama sawami dimuka bumi. Hal ini tergambar dari perilaku habil dan qabil yang memiliki prinsip yang berbeda dalam mempersembahkan hasil pekerjaan meraka kepada sang khaliq. Prinsip pertama yang tergambar dari peristiwa habil dan qabil adalah adanya keinginan manusia untuk memperoleh keuntungan sebesar-besarnya dengan modal seminimal mungkin. Prinsip kedua adalah adanya keinginan untuk memperoleh keuntungan dengan membunuh lawan bisnis atau pelaku ekonomi lainnya. Aktivitas ekonomi dapat dikatakan sama tuanya dengan sejarah manusia itu sendiri. Ia telah ada semenjak diturunkannya nenek-moyang manusia yaitu adam dan hawa kemuka bumi ini. Ekonomi tersebut berkembang sesuai dengan perkembangan zaman dan tekhnologi yang dimiliki oleh manusia tersebut. Pembagian kerja sebagai salah satu kegiatan ekonomi telah ditemukan sejak generasi pertama keturunan adam dan hawa. Sejarah pembagian kerja yang paling tua adalah adanya pembagian kerja antara Habil sebagai seorang peternak dan Qabil sebagai seorang petani.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Sejarah pembagian kerja ini tercatat sabagai sejarah pembunuhan pertama dalam sejarah hidup anak manusia, Habil dan Qabil bersaing untuk mempersembahkan hasil kerjanya kepada sang pencipta dan karena salah satu mereka ingin menang ia membunuh rivalnya. Bila kita cermati dalam sejarah tersebut, ada beberapa perilaku ekonomi yang dapat kita pahami. Pertama, prinsip untuk mengeluarkan biaya serendah mungkin untuk mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya. Hal ini ditunjukkan oleh sikap Qabil yang mempersembahkan yang bernilai rendah agar ia mendapat yang terbaik. Kedua, pembunuhan pesaing, hal ini banyak terjadi pada masa sekarang dimana satu sama lain para pelaku ekonomi bersaing dengan segala cara untuk memperoleh keuntungan lebih dibandingkan dengan keuntungan yang diperoleh oleh pesaingnya.

Seiring dengan perkembangan zaman dan makin meningkatnya kebutuhan manusia maka terjadilah berbagai kegiatan ekonomi yang disesuaikan dengan perkembangan kebutuhan manusia tersebut, berawal dari transaksi sederhana yang dilakukan dengan sistem barter sampai kepada transaksi modern saat ini.

Tujuan hidup manusia secara universal adalah mendapatkan kebahagiaan. Kebahagiaan biasanya tercapai ketika varian-varian hidup yang melingkupinya juga terpenuhi baik aspek materi maupun non materi. Kecenderungan pemenuhan materi yang memadahi akan membuat seseorang mendapatkan kebahagiaan,  karena hidupnya cenderung sejahtera. Dalam prinsip Islam, kesejahteraan bukan semata ditentukan oleh materi dan tidak hanya milik seseorang atau keluarga tertentu, tetapi juga untuk orang lain secara menyeluruh. Islam sebagai  agama yang rahmatan lil alaminselain mengajarkan kepada pemenuhan non materi berupa spiritualitas, namun juga mengajarkan tuntunan pemenuhan pencapaian kebutuhan ekonomi, yakni pemenuhan  kebutuhan ranah materi.

Konsep Dasar Ekonomi Islam

Pandagan islam terhadap permasalahan ekonomi, termasuk aspek bagaimana islam memandang tujuan hidup manusia, memahami permasalahan hidup dan ekonomi dan bagaimana islam memecahkan masalah ekonomi.

  1. a.            Tujuan Hidup

Masalah ekonomi hanyalah merupakan satu bagian dari aspek kehidupan yang diharapkan akan membawa manusia kepada tujuan hidupnya. Oleh karena itu, ada tiga hal pokok yang diperlukan untuk memahami bagaimana mencapai tujuan hidup.

1.            Falah sebagai Tujuan Hidup

 Falah berasal dari bahasa Arab dari kata aflaha-yuflihu yang berarti kesuksesan, kemuliaan atau kemenangan. Dalam pengertian literal, falah adalah kemuliaan dan kemenangan, yaitu kemuliaan dan kemenangan  dalam hidup. Istilah falah menurut islam diambil dari kata-kata al-qur’an, yang seiring dimaknai sebagai keberuntungan jangka panjang, dunia dan akhirat, sehingga tidak hanya memandang aspek material namun justru lebih ditekankan pada aspek spiritual. Untuk kehidupan dunia, falah mencakup tiga pengertian, yaitu kelangsungan hidup, kebebasan keinginan, serta kekuatan dan kehormatan. Sedangkan untuk kehidupan akhirat, falah mencakup pengertian kelangsungan hidup yang abadi, kesejahteraan abadi, kemuliaan abadi, dan pengetahuan abadi ( bebas dari segala kebodohan).

2.      Mashlahah sebagai Tujuan Antara untuk Mencapai Falah

            Mashlahah adalah segala bentuk keadaan, baik material maupun nonmaterial, yang mampu meningkatkan kedudukan manusia yang paling mulia. Menurut as-shatibi, mashlahah dasar bagi kehidupan manusia terdiri dari lima hal, yaitu agama (dien), jiwa (nafs), intelektual (‘aql), keluarga dan keturunan (nash), dan material (wealth). Kelima hal tersebut  merupakan kebutuhan dasar manusia, yaitu kebutuhan yang mutlak harus dipenuhi agar manusia hidup bahagia di dunia dan akhirat. Islam mengajarkan agar manusia menjalani kehidupannya secara benar, sebagaimana telah diatur oleh Allah. Bahkan, usaha untuk hidup secara benar dan menjalani hidup secara benar inilah yang menjadikan hidup seseorang menjadi tinggi. Untuk itu, manusia membutuhkan suatu pedoman tentang kebenaran dalam hidup, yaitu agama( dien). Kehidupan jiwa-raga (an nafs) di dunia sangat penting, karena merupakan ladang bagi tanaman yang akan dipanen di kehidupan akhirat nanti. Apa yang akan diperoleh di akhirat tergantung pada apa yang telah dilakukan. Harta material(maal) sangat dibutuhkan, baik untuk kehidupan duniawi maupun ibadah. Manusia membutuhkan harta untuk pemenuhan kebutuhan makanan, minuman, pakaian, rumah, kendaraan, perhiasan sekedarnya dan berbagai kebutuhan lainnya untuk menjaga kelangsungan hidupnya. Tanpa harta yang memadai kehidupan akan menjadi susah, termasuk menjalankan ibadah. Untuk menjaga kontinuitas kehidupan, maka manusia harus memelihara keturunan dan keluarga (nasl). Meskipun seorang mukmin menyakini bahwa horison waktu kehidupan tidak hanya mencakup kehidupan dunia melainkan hingga akhirat, tetapi kelangsungan kehidupan dunia melainkan hingga akhirat, tetapi kelangsungan dunia sangatlah penting.

 

 

Refrensi

Ika Yunia Fauzia.Dkk.2015.Prinsib Dasar Eonomi Islam,Jakarta,Prenadamedia Groub

Ahmad Ihzan,Dkk.2006.Referensi Ekonomi Syari’ah.Bandung,Pt Remaja Rosdakarya

Pusat Pengkajian Dan Pengembangan Ekonomi.2008 Ekonomi Islam,Jakarta.Pt Raja Grafindo Persada

Ikuti tulisan menarik Elok Faiqoch lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler