x

Iklan

dian basuki

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Benarkah Politisi Memikirkan Pemilihnya?

Drama Setya Novanto meninggalkan jejak yang menggambarkan perilaku para politisi dalam menyikapi sepak terjang Setnov.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

 

Politikus—yang duduk di pemerintahan maupun yang tidak—selalu mencari jalan yang ‘cerdik’ agar posisi dan kepentingannya tidak tergoyahkan. Masing-masing memerhitungkan keuntungan dan kerugian, manfaat dan risiko, sehingga tidak heran bila banyak hal tidak segera selesai dengan gamblang dan tuntas. Tawar-menawar tidak selalu berjalan mulus.

Meskipun Presiden dikabarkan marah karena isu 'papa minta saham', tapi kasus ini tidak pernah ada penutupnya—ujungnya dibiarkan terbuka dan mengambang tidak jelas hingga kini. Meskipun kemudian sempat turun dari jabatan Ketua DPR pada Desember 2015, Setnov berhasil ‘rebound’. Mula-mula ia merebut kursi Ketua Umum Golkar nyaris tanpa perlawanan dalam Munaslub Golkar, Mei 2016. Beberapa bulan kemuidan, pada November 2016, ia kembali duduk di kursi Ketua DPR dengan menggusur Ade Komaruddin terlebih dulu.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Secara institusional, DPR merupakan salah satu dari sedikit ‘lembaga tinggi negara’. Bagaimana mungkin hal semacam itu dapat terjadi--seorang politikus mundur dari jabatan Ketua DPR lalu kembali lagi menjabat dengan begitu mulus? Orang mengatakan, dalam politik apapun mungkin terjadi. Tidak ada yang mustahil.

Begitulah, apapun penjelasannya, faktanya semua politisi senior dan pemimpin partai diam seribu bahasa. Ada pemimpin partai yang mengatakan bahwa Setnov kembali duduk di DPR merupakan urusan internal Partai Golkar, sedangkan eksekutif tidak mau ikut campur dengan mengatakan bahwa itu urusan badan legislatif. Mereka menutup mata terhadap apa yang terjadi, berpura-pura tidak tahu, dan bertindak seakan-akan mereka tidak mampu berbuat sesuatu.

Seandainya Setnov tidak berhasil duduk sebagai Ketua Umum Golkar dan duduk kembali sebagai Ketua DPR, skenario politik yang terjadi niscaya berbeda dari sekarang. Jejak-jejak yang tertinggal sekarang ini menunjukkan betapa para politisi membiarkan semua itu terjadi. Mereka mengkalkulasi risiko jika mengambil sikap dan tindakan yang semestinya diambil sebagai wakil sejati rakyat yang lebih mengutamakan kepentingan rakyat dibandingkan kepentingan sendiri dan kelompok.

Para politisi di legislatif maupun eksekutif, maupun yang duduk di jajaran pimpinan partai, lebih suka memilih jalan yang aman dan memperhatikan manuver-manuver Setnov. Mereka terlihat mengambil keuntungan dari situasi dengan bermain aman, sembari menunggu Setnov melakukan kekeliruan atau terpeleset langkah. Para politikus menunggu hingga tercapainya suatu titik di mana momen-momen menjelang kejatuhan seseorang tidak terhindarkan lagi. Mereka diam-diam mengakui kecerdikan Setnov dalam memainkan bidak-bidak catur politik dan kelihatannya tidak cukup banyak yang berani mengambil sikap berlawanan dengan Setnov secara tegas.

Bila kita lihat mereka yang duduk di jajaran pimpinan DPR, tampaklah beberapa orang yang dengan penuh perhatian bersikap sebagai kawan—mereka menunjukkan rasa setia kawan dan dukungan saat Setnov dibelit masalah, bahkan cenderung tanpa reserve. Sebagian pimpinan lainnya lebih memilih diam, yang mencerminkan sikap partai dan pimpinan partainya untuk bertindak aman. Mereka mungkin tidak ingin terlibat di dalam masalah ini sekaligus tidak peduli pada jabatan mereka sebagai wakil rakyat yang semestinya menyuarakan kepentingan rakyat.

Drama Setya Novanto dengan gamblang memperlihatkan karakter umum politisi kita yang lebih mengedepankan kepentingan sendiri dan kelompok. Kepentingan masyarakat? Mereka nomor-sekiankan. Di hari pemilihan umum, jutaan warga menyediakan panggung bagi segelintir orang untuk bermain politik sesuka hati mereka. **

Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB

Terkini

Sengketa?

Oleh: sucahyo adi swasono

1 jam lalu

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB