x

Iklan

Adjat R. Sudradjat

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Jurus Pamungkas Setya Novanto Menghadapi Jerat KPK

Saat ditetapkan sebagai tahanan oleh KPK, tidak menutup kemungkinan SN kembali beraksi mengadakan perlawanan

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Saat menonton acara berita di salah satu stasiun televisi di warung kopi langganan, tetiba seorang pengujung berkomentar atas pemberitaan Ketua DPR RI, Setya Novanto, yang sekarang ini sedang dirawat di rumah sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Kencana, Jakarta  Pusat, setelah mengalami kecelakaan lalu lintas tunggal.

“Kesaktian Ketua Umum Partai Golkar ini sungguh tak ada yang menandinginya di negeri ini. Termasuk KPK sendiri, suka maupun tidak harus mengakui telah dikalahkannya secara telak!”

Sontak kami yang mendengarnya berpaling ke arah orang itu dengan penuh keheranan. Bahkan salah seorang di antara kami membantah pendapat itu.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

“Lha sakti bagaimana, justru sekarang ini tersangka kasus korupsi e-KTP itu mati kutu. Tak berkutik lagi ruang perawatannya saja sudah dijaga polisi, dan para penyidik KPK sendiri. Tak lama lagi kalau sudah dinyatakan sehat oleh dokter, barang tentu akan dipindah ke ruang tahanan,” kilahnya, dan di antara kami banyak yang amini pendapatnya itu.

Hanya saja, pihak yang dibantah pun langsung berpendapat, “Memang benar SN sekarang ini sedang terbaring sakit, dan dijaga ketat oleh aparat. Tapi bukan berarti yang bersangkutan sudah kalah telak. Malah sebaliknya, sakitnya itulah yang merupakan jurus maut SN dalam menghadapi serangan KPK.

Kita tentu masih ingat, saat ditetapkan sebagai tersangka kasus korupsi yang merugikan duit negara sebesar Rp 2.3 triliun itu untuk pertama kalinya. SN jatuh sakit, meskipun tidak jelas sakit apa yang dideritanya saat itu, dan dirawat di sebuah rumah sakit di bilangan Jatinegara, JakartaTimur. Bersamaan dengan itu SN mengajukan praperadilan. Lalu oleh hakim tunggal Cepi Iskandar, SN dinyatakan bebas. Tidak tersangkut kasus megakorupsi tersebut. Tak lama kemudian SN pun sembuh, dan kembali beraktivitas sebagaimana biasanya. Kalau disamakan dengan sebuah pertarungan, maka dengan gemilang SN telah mengalahkan komisi antirasuah dengan jurus sakitnya itu.”

“Tapi sekarang KPK bangkit kembali, bukan? Bahkan langsung menetapkan lagi SN sebagai tersangka kasus yang sama,” sela lawan bicaranya.

“Memang benar, tampaknya KPK terus memburu SN. Hanya saja saat menyantroni rumah ketua umum partai Golkar itu untuk menjemputnya, KPK ternyata pulang dengan tangan kosong. SN sama sekali tidak ditemukan para penyidik.

Itulah saktinya SN. Dia bukan hanya selicin belut yang senantiasa mampu melepaskan diri dari setiap persoalan hukum yang menjeratnya. Bisa jadi saat itu SN menggunakan ajian halimunan, yaitu suatu ajian yang mampu membuat dirinya tidak dapat dilihat oleh kasat mata. Sehingga para penyidik KPK pun kehilangan jejaknya.

Apabila sekarang ini Setya Novanto dianggap banyak orang sudah mengalah, dan tidak berkutik lagi, bisa jadi anggapan itu belum sahih. Karena tidak menutup kemungkinan justru SN sedang mempersiapkan jurus mautnya untuk kembali meng-KO KPK.

Sebagaimana dikatakan pengacaranya kepada media, saat terjadi kecelakaan, kepala SN terbentur sehingga membuat benjolan sebesar bakpao di kepalanya. “Tidak menutup kemungkinan SN akan menderita gegar otak,” lanjutnya.

Nah, itulah. Itulah jurus mautnya itu. Gegar otak itu. Kemudian SN pun hilang ingatan. Amnesia menurut bahasa medisnya.  Sebagaimana saat ditanya hakim di pengadilan tipikor beberapa waktu lalu, maka di depan penyidik pun nantinya SN hanya akan menjawab: “Tidak tahu”. “Tidak kenal”, atawa “Tak ingat sama sekali”. Bahkan lebih parah dari itu, SN hanya diam seribu bahasa saja. Sehingga ahirnya SN pun bebas lepas dari jeratan KPK.

Kami diam seribu bahasa. Benarkah drama penahanan ketua umum partai beringin itu akan kembali berakhir demikian?

Andaikan jalan ceritanya akan berlangsung seperti itu, bisa jadi memang benar kalau SN memiliki kesaktian tiada tandingnya di negeri ini, karena selain licin bagai belut, sesaat diapun mampu menghilang dengan aji halimunannya  saat akan dijemput paksa penyidik KPK. ***

***

Serial Obrolan di Warung Kopi

Sumber foto: Tempo.co

Ikuti tulisan menarik Adjat R. Sudradjat lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB