x

Iklan

dian basuki

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Menulis, Melepas Kecemasan

Menulis membuat kita dapat melihat dan menyusuri cabang-cabang pikiran dan perasaan kita, hingga menemukan akar kecemasan kita.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

 

Sebagian orang barangkali berpikir bahwa kegiatan menulis hanya untuk para penulis dan jurnalis—orang-orang yang mungkin kerap tersiksa manakala dihadapkan pada kemacetan kreativitas di tengah ancaman tenggat waktu. “Kemana ide itu pergi?” adalah salah satu kekesalan yang terlontar ketika sebuah gagasan yang melintas tiba-tiba hilang tanpa sempat dicatat lebih dulu.

Sesungguhnya, tidak ada kekhususan. Siapapun dapat menulis, dan itu baik—jika kita tak bisa menceritakan apa yang ada dalam benak dan hati kita kepada orang lain, setidaknya kita dapat menceritakan kembali kepada diri sendiri. Dan di sinilah kegiatan menulis punya makna bagi diri tiap-tiap orang, sekurang-kurangnya karena menulis dapat membantu kita menyegarkan pikiran dan hati, juga memulihkan dari kesakitan.

Salah satu bagian penting dari terapi, kata ahlinya, ialah menumbuhkan kemampuan mengobservasi pikiran dan perasaan kita. Dan karena menulis berarti pula menuangkan apa yang kita pikirkan dan kita rasakan, maka menulis punya efek terapis. Aktivitas menulis mendorong kita untuk melacak jejak pikiran dan perasaan kita dan menelisik lebih jauh serta lebih dalam. Bukan sekedar ungkapan: “Aku tidak menyukai pekerjaan ini,” melainkan lebih dari itu: “Aku tidak menyukai pekerjaan ini karena lingkungan kerjanya tidak menantang, banyak orang bergosip, dan gajinya tidak sepadan dengan kerja kerasku.”

Menulis membuat kita dapat melihat dan menyusuri cabang-cabang pikiran dan perasaan kita, bahkan hingga ke ranting-rantingnya. Dalam perjalanan itu, kita berpotensi menemukan apa yang sesungguhnya mengganggu pikiran dan perasaan, yang membuat kita cemas, kesal, takut, putus asa, atau bahkan membenci dan mendendam. Peristiwa traumatik kerap membayangi dengan cara yang tidak kita sadari, dan menulis membantu kita menyingkapkannya untuk penyembuhan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Jika disebut sebagai percakapan, menulis adalah percakapan dengan diri kita yang lain, kesadaran kita yang lain, ikhtiar untuk memahami siapa diri kita saat ini. Bila kita tidak menyukai diri kita saat ini, menulis dapat membantu mengubahnya. Bila kita takut dan cemas, menulis dapat membantu menemukan akar masalahnya dan membantu memulihkan kita. Kita menyimpan ingatan, kenangan buruk, dan kecemasan di dalam diri kita—yang terbentuk oleh tubuh fisik, pikiran, kesadaran, perasaan dalam interaksinya yang rumit.

Secara fisik, menulis adalah menggerakkan tangan—dengan pena ataupun kibor—dan aktivitas ini menciptakan koneksi antara yang fisik dan non-fisik. Keduanya saling terhubung. Bila kita cemas, takut, gelisah, tubuh akan bereaksi dengan mual, pusing, ataupun keluar bilur-bilur kemerahan di kulit. Lepaskan kecemasan, ketakutan, dan kegelisahan ini dengan menulis, dan rasakan perbedaannya.

Kita dapat menulis apa saja untuk diri sendiri tanpa orang lain dapat memprotesnya atau menyebut kita hater, namun menulis yang positif akan sangat membantu kita memulihkan kesakitan dengan lebih baik. Menulis puisi, surat untuk diri sendiri, atau bahkan tentang apa saja barangkali terlihat bagai gerakan kecil tapi di dalamnya terkandung kekuatan besar yang menyegarkan kembali diri kita—pikiran, hati, kesadaran, dan tubuh. (Sumber foto: openedu.com) **

Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler