x

Iklan

Rahman

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Penyelamatan Sandera di Papua Tanpa Tetesan Darah

Pembebasan sandera tanpa ada tetesan darah

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Bayangan kita kalau ada yang menyandra dengan memakai   kekuatan bersenjata, dibenak kita yang terlintas adalah pasti terjadi pembunuhan dan tindakan kriminal lainnya. Dapat dibayangkan sandra diperkirakan sekitar kurang lebih 1.300 orang di Desa Kimbely dan Desa Banti, Mimika, Papua.

Drama penyendraan warga Timiki Papua dua Desa  oleh     anggota Tentara Pembebasan Nasional Organisasi Papua Merdeka (TPN-OPM) selama berhari-hari lamanya.  Tindakan penyanderaan ini dilakukan oleh OPM mulai tanggal 6 November 2017 lalu dengan mengisolasi warga  agar tidak keluar dari dua desa tersebut.  Pada waktu itu sebelum pembebasan sandra oleh TNI, pemerintah sangat berhati-hati menyikapi kasus tersebut karena terkait dengan keselamatan nyawa yang disandra oleh kelompok bersenjata. Belum lagi medan yang dihadapi tentu saja sudah pasti dikuasai oleh kelompok OPM yang menguasai medan disekitarnya.

Tapi kita patut bersyukur dengan adanya perhitungan dan kecermatan TNI dalam menghitung derap langka kukuatan OPM, dalam jangka waktu yang tidak lama kekuatan OPM bertekuk lutut dan dibuat lari kocar kacir akhirnya dua daerah tersebut dapat dikuasai kembali hanya dengan hitungan jam. Korban dari pihak yang disandra dan penyendara tidak ada tetesan darah sedikitpun. Sebuah tindakan penyelamatan dengan penuh perhitungan dan kecermatan yang sangat matang.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Sebagaimana yang banyak dilansir oleh media beberapa hari terakhir ini, Operasi yang dilakukan oleh aparat TNI hanya berlangsung sekitar 1 jam 18 menit itu, lokasi yang dikuasai Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) bisa dikuasai, tanpa satupun aparat dan sandera yang terluka. Operasi penyelamatan yang digelar Jumat (17/11/2017)  lalu, tidak dilakukan aparat sembarangan. Malainkan aparat TNI yang terlatih dan sangat profesional dalam menjalankan tugasnya.

Perlu diketahui bersama bahwa anggota TNI yang berpartisipasi dalam operasi itu, adalah gabungan dari Grup 1,2,3 dan Sat81/Gultor Kopassus TNI AD, serta Yonif-751/Raider dan Tontaipur Kostrad TNI AD. Dalam operasi tersebut pasukan Kopassus ditugaskan untuk menyerbu penyandera yang menguasai desa Kimberley. Sementara pasukan lainnya ditugaskan untuk menyerbu desa Binti.

Mereka sejak pagi hari, sudah berhasil mendekati lokasi target masing-masing, tanpa diketahui para pelaku. "Pada waktu yang dikoordinasikan, pada jam 'J' jam tujuh kosong-kosong (WIT), pasukan mulai bergerak ke posisi kelompok KKB yang sedang berkumpul.  Selanjutnya pada pukul 07.45 WIT, akhirnya sebuah bom diledakan sebagai penanda pasukan untuk bergerak menumpas para OPM. Anggota Kopassus TNI AD yang ditugaskan membebaskan sandera di aera Kimbley, langsung menghampiri kandang babi di desa itu, tempat para penyandera berkumpul.

Mengetahui pasukan yang tiba-tiba muncul di luar area pemukiman, Kelompok KKB berhamburan melarikan diri tanpa bisa melakukan Perlawanan,  Pada pukul 08.18 WIB, seluruh wilayah yang dikuasai oleh KKB sudah bisa dikuasai anggota TNI. Semua anggota KKB yang sejak sepekan terakhir melakukan penyanderaan, kabur ke arah hutan lalu melepaskan tembakan dari kejauhan. Saat itu pasukan tidak melakukan pengejaran ke hutan, karena kondisi cuaca yang kurang memadai.

Setelahnya tim yang berhasil membebaskan pada sandera itu melaporkan ke Pangdam Chendrawasih, Mayjend George Elnadus Supit dan Kapolda Papua, Irjen Pol Boy Rafli Amar. Tak lama kemudian Tim Satgas Terpadu TNI - Polri, termasuk Pangdam Chendrawasih dan Kapolda Papua tiba di lokasi melaksanakan evakuasi. Sekitar pukul 14.00 WIT proses evakuasi berhasil dilaksanakan dengan jumlah korban Sandera 347 orang terdiri dari warga Papua dan Luar Papua. Saat evakuasi dilakukan, sejumlah anggota KKB sempat melakukan penembakan ke arah rombongan, namun tak satupun menjadi korban.

Dengan demikian tindakan aparat TNI yang melakukan peneyelamatan sandra patutlah diapresiasi. Dimana aparat TNI telah berhasil membuktikan bahwa   TNI  profesional dalam melakukan tugasnya.  TNI selaku pertahanan   telah telah mencatatkan diri dengan tinta emas. Bahwa TNI telah memberikan yang terbaik dalam mengawal segala bentuk ancaman yang datang dari dalam dan yang datang dari luar. Siapapun yang hendak mencoba melakukan tindakan melanggar hukum harus ditindak dengan tegas tanpa pandang buluh.

 

 

Ikuti tulisan menarik Rahman lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler