x

Iklan

dian basuki

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Kamu adalah Caramu Berpikir

Menata cara berpikir dan memandang persoalan merupakan bekal yang sangat baik untuk menghadapi tantangan.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

 

Kamu adalah apa yang kamu pikirkan dan bagaimana caramu berpikir. Bila sebuah tugas atau pekerjaan kamu pandang sebagai beban lantaran kamu tidak menyukainya, maka jadilah tugas itu beban. Sebaliknya, bila kamu memandangnya sebagai tantangan, maka itu akan jadi sumber motivasi bagimu untuk menyelesaikan tugas sebaik mungkin. Lagi pula, apa yang tidak kamu sukai belum tentu buruk bagimu dan apa yang kamu senangi belum tentu baik bagimu.

Beban atau tantangan, kuncinya terletak pada cara kita memandang tugas itu. Dalam lingkup yang lebih besar apakah dunia ini buruk atau baik bagi kita, kuncinya terletak pada bagaimana kita memandang dunia. Cara pandang ini akan menentukan bagaimana kita berpikir tentang sesuatu: dunia, orang lain, diri sendiri, hingga memilih sepatu. Itulah mindset.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Sebagian orang memilih sepatu hanya atas pertimbangan bermerek terkenal dan berharga mahal. Atau, membuat pemakainya tampak lebih tinggi dan anggun dengan mengabaikan unsur kenyamanan, kesehatan, dan keselamatan. Sebagian lainnya memilih sepatu dengan mengutamakan unsur fungsional—warna, merek, dan harga dianggap sekunder.

Dalam bukunya, Life, the Truth, and Being Free, Steve Maraboli menulis: “Kebahagiaan Anda berhubungan dengan mindset Anda, bukan dengan lingkungan di luar diri Anda.” Bukan berarti faktor lingkungan tidak berpengaruh, melainkan faktor yang pertama-tama dan paling utama berpengaruh adalah cara kita berpikir dan memandang dunia. Kita iri atau kesal melihat teman kita sukses, tapi kita juga bisa merasa ikut senang dan mengambil inspirasi dari keberhasilan teman kita.

Sejak ‘ditemukan’ oleh psikolog Carol Dweck, gagasan mindset menjadi isu sentral yang kerap dibicarakan bila orang membahas prestasi dan keberhasilan. Carol memilah mindset ke dalam dua kategori: fixed mindset dan growth mindsetFixed mindset cenderung memandang kapasitas, kecerdasan, bahkan perilaku orang bersifat tetap atau tidak bisa berubah (fixed). Growth mindset beranggapan bahwa orang bisa berubah, bertambah cerdas, dan bertambah baik perilakunya.

Orang-orang yang memiliki pola pikir positif (growth mindset) cenderung berusaha mengembangkan dirinya, memperbaiki perilaku dan kebiasaannya, meningkatkan ketrampilan dan kecerdasannya, baik intelektual maupun non-intelektual—seperti spiritualitas, musikal, bahasa, ataupun gerak. Menurut Dweck, kita mampu mengubah mindset pada tahap kehidupan yang manapun, asalkan ada motivasi untuk berubah. Tidak ada kata terlambat untuk berubah menjadi lebih baik dalam banyak aspek kehidupan kita.

Demikian penting peran mindset, sehingga James Reed dan Paul G. Stoltz menggambarkan seperti ini dalam buku mereka, Put Your Mindset at Work: “Pola pikir itu bukan sekedar mengalahkan keahlian, tapi mengalahkan dengan kekuatan bak tanah longsor.” Maksud mereka, mindset jauh lebih penting dan mendasar dibanding keahlian—begitu mindset berubah, banyak hal akan berubah.

Seseorang yang berpikir bahwa hanya dengan menguasai kompetensi baru ia akan tetap mampu berkompetisi di lapangan kerja, maka ia pun akan termotivasi untuk memelajari kompetensi baru. Mindset yang positif akan mendorongnya untuk mengatasi rintangan bagi dirinya dalam berkompetisi. Ia akan memandang selalu belajar merupakan cara agar mampu beradaptasi terus terhadap perubahan lingkungan.

Jadi, seperti kata para ahli, menata cara berpikir dan memandang persoalan merupakan bekal yang sangat baik untuk langkah selanjutnya. (Sumber gambar ilustrasi: edsurge.com) 

Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler