x

Iklan

cheta nilawaty

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

'Marlina Si Pembunuh' Menurut Penonton Tunanetra

Bagi penonton Tunanetra, letak keindahan film Marlina adalah narasi yang tajam, jelas dan tidak bertele-tele

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Suara leher tertebas golok langsung menyentil syaraf emosi saya saat menonton film Marlina Si Pembunuh Dalam Empat Babak. Sensasi geram, dendam, kesal dan terpojok seperti lepas ketika Marlina menebaskan golok ke leher Marcus, pemerkosanya. Sebagai penonton Tunanetra, tentu saya tidak dapat merasakan kengerian tindakan Marlina. Tapi suara tebasan golok dendamnya, sudah dapat mewakili deskripsi visual tindakan Marlina.

Betapa satirnya Mowly Surya menggambarkan perampokan di rumah Marlina. Tujuh lelaki datang ke rumah janda itu seperti ingin bersilahturahmi. Mereka mencuri ternak, dan kehormatan Marlina, sambil minta dibuatkan makanan. Lelaki di film itu digambarkan sebagai mahluk yang hanya terbuat dari ego tanpa otak. Kata kata di dalam bahasa daerah yang menggambarkan korban perkosaan menikmati prosesperkosaannya , berhasil menyentil pusat syaraf emosi penonton buta seperti saya ini.

Marlina, bagi saya sangat kuat pada narasi ceritanya. Terlepas dari sinematografi yang kata orang orang dan pembisik saya sangatindah, saya lebih jatuh cinta pada ide cerita dan penulisan naskahnya. Begitu kuat sisi feminis dan heroiknya perempuan menyelesaikan peliknya masalah yang menimpa mereka.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Marlina, menunjukkan kesadaran atas hukum seorang perempuan, tidak menjamin penyelesaian masalah yang menimpa mereka. Setiap penonton perempuan, pasti setuju, sering menemukan fenomena yang sama dengan beberapa scene di dalam film. Perempuan yang diperkosa, perempuan hamil yang mengalami kekerasan dalam rumah tangga, hingga krisis kepercayaan dari suaminya (tapi dinikahi dan dihamili), atau fitnah yang mmenghakimi hingga status janda yang bergitu rendah di kasta patriarki.

Meski salah satu kritikus film mengistilahkan, bumbu satay western begitu kuat di beberapa scene,tetap ada kelezatan timur di beberapa adegannya. Saya yakin,beberapa dialog naifsesama perempuan bukan sekedar flakes di tengah sajian utama. Dialog naif sesama perempuan dalam suasana mencekam, merupakan salah satu kelezatan narasi yang mengesankan ketimuran Marlina. Saya yakin, penonton perempuan yang menyimak dialog Novi dengan Mama, ketika di dalam bis membuat tertawa atau minimal tersenyum.

Bayangkan, dalam bis dimana ada penumpang membawa golok dan potongan kepala, dua perempuan sempat sempatnya bergosip tentang seksualitas. Mulai dari ritual berhubungan saat hamil, hingga perilaku hormonal perempuan hamil digambarkan sangat tajam. Bukan di Marlina saja tentunya, fenomena bergosip tentang seks dapat dijumpai, fenomena ini sering saya temui di angkutan umum sederhana di daerah suburban sekitaran Jakarta. Dialog-dialog itulah yang justru membuat film ini begitu nyata, mengimbangi gambaran ekstrem sosok Marlina.

Plotting yang teratur dan memiliki keterkaitan antar satu adegan ke adegan lainnya, sangat membantu pemahaman  penonton Tunanetra seperti saya. Penonton yang tidak memiliki deskripsi visual biasanya akan kesulitan memahami film yang  banyak menggunakan bahasa daerah. Sebab, kami tidak dapat membaca subtitle yang ditampilkan di layar. Namun, plot Marlina, dapat menghindarkan saya dari gagal paham.

Satu-satunya adegan agak janggal – harusnya saya tidak boleh komentari, adalah saat potongan kepala mendapatkan kotak penyimpanan. Padahal, kalau pembisik saya tidak menggambarkan keberadaan kotak itu, khayalan visual saya tentu lebih liar lagi. Saya membayangkan, Marsha Timothy dengan killernya menggotong kepala itu tanpa tertutup apapun sambil menebar kengerian. Tapi itulah kehebatan sutradara, kotak bisa muncul dimana saja dan kapan saja.

Ikuti tulisan menarik cheta nilawaty lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler