x

Iklan

Pakde Djoko

Seni Budaya, ruang baca, Essay, buku
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Membaca senyuman Anies Baswedan

Ya sudahlah Gubernur sudah terpilih kata pendukung Anies move on saja, sambut gubernurmu yang baru

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Di mata pemuja Anies Baswedan senyuman gubernur Jakarta itu tentu elok rupawan dan memikat, senyuman seorang mantan rektor dengan keahlian di bidang politik yang tentu mampu mengaduk-aduk emosi massa. Ia datang ke Jakarta untuk tersenyum kepada warga 58 % yang memilihnya. Jauh sebelumnya senyuman Anies juga memukau para relawan dan simpatisan Jokowi karena Anies tercatat sebagai tim Sukses Jokowi  - Jusuf Kalla. Sebetulnya apa sih pentingnya mengulas senyuman Anies Baswedan, toh bagaimanapun ia sudah terpilih sebagai gubernur dan bagi orang yang tidak suka padanya menyebutnya Gabener.  Sang Gubernur telah melenggang bersama wakil gubernur Sandiaga Uno menjadi pasangan duet yang menggantikan Ahok atau Basuki Tjahaya Purnama yang hanya mendapat suara 42 %. Ahok kini ada dipenjara karena kasus “penistaan agama”yang dituduhkan kepadanya.

Senyuman Anies membawa berkah bagi pendukungnya yang menginginkan gubernur yang amanah, gubernur yang selalu tersenyum, tidak marah-marah dan yang penting seiman. Entah masalah akhirnya tidak mendapat daging KJP, dan akhirnya penggusuran tidak dielakkan dengan disenyumi hati luluh dan yakin dengan gubernur yang amanah ganteng semua masalah pasti selesai.

Begitulah keyakinan sebagian besar penduduk Jakarta, yang tidak suka dengan pemimpin kasar dan sering menyinggung perasaan. Padahal mungkin yang kasar itu sebetulnya tidak sepenuhnya salah dan sudah minta maaf berkali-kali, tapi apalah maaf jika titik singgung sebagian masyarakatnya amat sensitif bila menyangkut SARA,agama dan keyakinan. Wong tidak ngomong agama saja dalam komentar selalu diseret kembali ke situ lagi-situ lagi(maksudnya agama).Okelah semoga gubernur mampu melewati ujian -  ujian sulit ketika menjadi pemimpin Jakarta. Bagaimanapun jika ada netizen yang sinis dengan gubernur sebelumnya tetaplah obyektif menilai kemajuan penting yang sudah diletakkan  meskipun tertutup oleh coreng masalah hukum yang membelitnya. Paling tidak dia tidak bersandiwara atau membuat drama agar ia bisa berkelit dari jeratan hukum dan tidak lari bersembunyi lari dari kenyataan dan berjanji pulang jika pemerintah tidak memperkarakan kasusnya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Senyuman Anies terasa  sinis dan seperti melihat sosok antagonis bagi Ahoker yang merasa kecewa  terhadap kecurangan- kecurangan yang terjadi selama pemilihan gubernur  dan wakil gubernur. Apalagi hampir dalam setiap pidatonya Anies selalu menyindir segala kebijakan gubernur sebelumnya. Entah dengan menyindir masalah perilakunya, masalah kebijakan publik terutama masalah parkir dan yang terakhir terkait tim gubernur yang kata Anies dibiayai oleh swasta. Anies ingin memaksimalkan pegawai negeri dan staffnya dan menaikkan anggaran Tim Gubernur yang  tadinya hanya sekitar 2 Milyar menjadi 28 Milyar. Bahasa  Anies memang halus tapi bagi Ahoker selalu ada selipan kata-kata sindiran.

Ya sudahlah Gubernur sudah terpilih kata pendukung Anies move on saja, sambut gubernurmu yang baru. Silahkan yang  tidak memilih diam saja tidak usah nyinyir dan hadapi kenyataan bahwa  Jakarta memang harus dipimpin oleh yang manis-manis, entah manis di bibir entah  hanya janji-janji manis. Jika Jakarta ingin maju ya bekerja saja yang serius, kerja yang betul dan ciptakan kreatifitas, toh sengotot apapun membela pemimpinnya tidak akan berefek pada kehidupan pemilihnya. Setelah terpilih pemimpin daerah mesti harus bekerja mengembalikan modal, mengembalikan kepercayaan dan memenuhi janji-janji yang tentu akan ditagih rakyatnya. 

Kalau seseorang begitu memuja pemimpinnya membabi buta apakah akan mendapat piala atas kesetiannya menulis beratus-ratus artikel pembelaan, apakah  akan dibayar atas jerih payahnya menjadi relawan yang rela menulis manis-manis tapi sebenarnya  tidak mendapatkan apa-apa selain semakin renggangnya hubungan antar manusia sebangsa dan senegara. Dunia akan tepuk tangan atas perseteruan, perseteruan yang terjadi di dunia maya. Saling serang, saling mengejek, saling sindir untuk sebuah harapan yang tidak pasti.

Biarlah gubernur bekerja dan lihat hasilnya nanti. Kritik jika hal itu untuk kebaikan, lihat saja apakah setiap kebijakannya pro rakyat atau hanya janji-janji palsu ketika kampanye. Tapi yang jelas jika berpijak pada pengalaman, jangan  terlalu berharap lebih, nanti malah bisa gila. Slow saja! Jika anda Ahoker malas lihat senyuman Anies yang terkesan sinis, ganti chanel dan putar informasi lain dan anda yang merasa Anieser, jangan keji-keji  ikut menyindir Ahoker barangkali setiap manusia ada salahnya, tapi bisa juga pembelaan itu benar. Jangan karena emosi maka apa-apa yang dikatakan oleh  Ahoker itu salah. Sebaliknya pada pembela Anieser  slow saja. Sukseskan pekerjaan  gubernur dengan menjadi pekerja yang jujur, beriman namun tidak perlu menyerang keyakinan lain yang berbeda. Bukankah setiap manusia diciptakan berbeda.  Buktikan bahwa  pilihan 58 % rakyat Jakarta benar, sebab jika pilihan anda meleset siap-siaplah  menerima konsekwensinya. Jakarta semrawut, Jakarta yang rawan premanisme dan Jakarta yang penuh kemunafikan. Hati hati dengan yang manis ya sebab jika terlalu banyak manisnya nanti  malah terkena diabetes. Salam damai.

Ikuti tulisan menarik Pakde Djoko lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler