x

Iklan

Mahendra Ibn Muhammad Adam

Sejarah mengadili hukum dan ekonomi, sebab sejarah adalah takdir, di satu sisi. *blog: https://mahendros.wordpress.com/ *Twitter: @mahenunja - FB: Mahendra Ibn Muhammad Adam
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Pak Cah: Nikmatilah Dinamika Kehidupan Berumah Tangga Anda!

Kehidupan berumah tangga itu sangatlah dinamis. Bahkan pada bagian tertentu seakan kita melewti Rolles Coaster yang menegangkan. Ada yang menaik, menurun,

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Bulan Oktober yang lalu (2017), kami mengundang Pak Cahyadi Takariawan (Pak Cah) Konselor Keluarga sekaligus pendiri Jogja Family Centre ke Grup On-line. Kami mengikuti materi kajian yang disampaikan Pak Cahyadi ini dengan penuh perhatian. Berikut kami ringkaskan apa yang beliau sampaikan tentang “Menikmati Dinamika Kehidupan Berumah Tangga”.

 

Kehidupan berumah tangga itu sangatlah dinamis. Bahkan pada bagian tertentu seakan kita melewti Rolles Coaster yang menegangkan. Ada yang menaik, menurun, menikung. Terasa di beberapa bagian itu mengerikan. Tapi kehidupan berumah tangga itu memang harus dijalani sabagai pilihan sadar orang beriman.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kehidupan berumah tangga ada titik kerawanan/kerentanan. Ada banyak faktor yang membuat kerentanan hidup berumah tangga. Pertama adanya krisis perkembangan individu, faktor ekonomi, adanya gangguan pihak ketiga, adanya tahap kehidupan berumah tangga dan munculnya kehambaran hubungan.

 

(1) Krisis perkembangan

Suami dan istri keduanya hidup tumbuh berkembang. Manusia itu melewati beberapa fase kehidupan di mana setiap perubahan fase itu berpeluang krisis. Anak ke remaja ada krisisnya. Krisis berikutnya pada umur 40 tahun, memunculkan sebuah evaluasi dan pertanyaan-pertanyaan besar pada diri setiap orang pada umur itu, apakah mereka telah mencapai kemapanan. Jika tidak disandarkan pada nilai-nilai kebenaran akan menjerumuskan pada kemaksiatan. Ketika seseorang telah mencapai usia yang lebih tua lagi dari 40 tahun, akan ada krisis berikutnya. Ketika anak sudah menikah membentuk keluarga dan meninggalkan mereka dan kini tinggal berdua lagi. Begitujuga, pasangan yang ditinggalkan akan mengalami krisis ketika pasangan meninggal.

(2) Faktor ekonomi

Kementerian agama mencatat bahwa faktor ekonomi banyak menimbulkan problem hidup berumah tangga sampai level perceraian. Ketika ekonomi belum mencukupi dalam masa yang panjang akan memunculkan kerentanan. Tapi faktor ekonomi bisa muncul dalam bentuk yang sebaliknya, ketika ekonomi seseorang lebih baik dari orang rata-rata, kekayaannya malah membuatnya tidak bijak, yang menggunakan sesuatu kepada hal yang negatif seperti mencari kesenanganan di luar yang tidak halal seperti perselingkuhan dan yang lainnya. Suami dan istri harus berupaya mencukupi keluarga mereka.

 

(3) Gangguan pihak ketiga

 

Dalam hidup berumah tangga bisa saja ada pihak yang ketiga yang mengganggu kehidupan berumah tangga. Baik sebagai pria maupun wanita yang masuk dan menimbulkan percekcokan di rumah tangga sampai level perceraian. Bisa juga, pihak ketiga dipicu dari keluarga besar, problem interaksi dengan keluarga besar, mertua misalnya. Tentu harus diwaspadai oleh suami-istri. Harus dihadapi secara bijak.

(4) Tahap kehidupan berumah tangga

Tahap dissappoinment adalah gamabran di mana suami istri saling merasa kecewa dan tidak nyaman, mulai konflik yang menegangkan dan merasa sulit menyelesaikan konflik ini. Ini bisa dipelajari dan disikapi dengan bijak. Sehingga sejak awal bisa menyikapinya dengan tidak berlama –lama pada tahapan ini. Jika tidak disadari maka bisa menimbulkan kerentanan.

(5) Kehambaran Hubungan

Hambarnya hubungan dapat terjadi karena tertelan kesibukan sehari-hari. Suami sibuk, istri sibuk, sibuk bisnis, sibuk pekerjaannya. Suami-istri tertelan dengan kesibukan dan tidak bisa menyeimbangkan kehidupan organisasi dan karir dengan kehidupan berkeluarga sehingga jarang bertemu. Jarang bertemu menyebabkan mereka jarang komunikasi. Jarang komunikasi menyebabkan mereka terputus dalam interasi kesehariannya. Keteputusan itu dalam waktu yang lama akan menimbulkan kehambaran hubungan di antara mereka. Itu akan menimbulkan suasana kerentanan yang besar. Ikatan emosional yang menjadi lemah, membahayakan kehidupan pernikahan mereka.

Kerentanan itu lazim ditemukan

Faktor yang menyebabkan kerentanan ini siapapun bisa menjumpainya. Orang biasa, orang religius mengalami krisis perkembangan, penyikapannyalah yang berbeda beda. Faktor ekonomi juga demikian, kekayaan itu bisa dialami siapapun, begitu juga kemiskinan. Tidak ada rumus, orang shalih pasti kaya, orang tidak shalih pasti tidak kaya. Yang membedakannya adalah sikapnya, jika ia kaya dan sholih ia akan mensikapinya hartanya dengan amal sholih, jika dia dalam kemiskinan ia memahaminya sebagai ujian dan mensikapinya dengan positif. Gangguan pihak ketiga juga bisa dialami siapapun. Makanya dengan mengetahui tentang peluang gangguan itu maka suami-istri harus mengeratkan hubungan di antara mereka agar bisa menghadapinya bersama-sama. Semua orang mengalami tahap-tahap kehidupan berumahtangga. Jika tahu tahapan ini maka akan semakin pandai dalam menyiikapinya. Orang sibuk dalam bisnis, sibuk hobi, sibuk organisasi, sibuk pekerjaan, sibuk berjuang menjemput rizki, ada juga yang sibuk berdakwah, semua kesibukan itu bisa membuat hubungan antara suami dan istri kurang interaksi dan kurang komunikasi dan menjadi keterputusan. Dampaknya, suasana emosionalnya menjadi kering dan menjadi hambar kehidupan berumah tangga mereka. Tidak lagi nyaman, tidak ada lagi ikatan yang kuat, maka akan memacu kerentanann yang lebih banyak.

Dengan mengetahui kelima faktor ini maka kita bisa menyiapkan diri dalam menghadapinya.jika suana perniakhan indah, nyaman ini dalah bagian yang ita sjyukuri kita fase mulai merasakan sulit, mendaki, tegang seperti di rolles coaster, bahkan sampai puncak ketegangannya maka kita semestinya semaki kuta hubungan antara suami istri sehingga tidak terceriberai sehngg bisa disikapi dengan baik, bijak , dewasa, matnag. Mereka selamat mengahdapi segala macam dinamika kehidupan berumah tangga.

Bagaimana langkah kita untuk menghadapi suasana roller coaster sedang mencapai puncak-puncak ketegangann dalam kehidupan berumah tangga. Bagaimana kita tidak tercerai beraikan? Ada lima tips dalam menghadapi kehidupan berumah tangga.

(1) Hendaknya suami istri menguatkankehidupan spiritual (ruhaniah) mereka. Sebagai manusia beriman kita semua mempunyai tuntutan untuk beribadah kepada Allah WT, kita meyakini ibadah ini satu bagian dari misi besar dalam kehidupan berumah tangga. Menikah adalah bagian ketaaaan kita kepada Allah SWt. Menikah bukanlah soal orang itu ingin atau tidak ingin tapi ia adalah orang yang sedang menaati Allah, beridabah kepada Allah SWT. Kalau sipiritualnya lemah, malas melakukan kegiatan-kegiatan ibadah,malas mendekati Allah. Maka di situ tidak ada pondasi yang membuat mereka menjadi kuat dalam menghadapi ganggguan daam kehidupan berumah tangga. Banyak survei yang menunjukkan bahwa orang religius yang dekat pada Allah SWT itu akan lebih memiliki daya tahan ketika menghadapi situasi situasi sulit termasuk dalam kehidupan berumah tangga. Orang-orang yang memiliki penghayatan yang bagus dalam kehidupan beragama, maka mereka juga akan memiliki sebuah kondisi kehidupan yang kokoh yang tahan terhadap berbagai macam situasi sulit. Mereka memiliki resiliensi (daya lenting ) yang bagus sehingga mereka bisa pulih ke situasi semula. Kalau orang tidak memiliki resiliensi ketika menghadapi masa sulit, ia sulit ke bentuk semula. Apakah daya yang menyebabkan orang yang memiliki resilienasi yang tinggi? Orang itu memiliki kedekatan kepada Allah SWt dengan ibadahnya. Oleh karena itu suami istri tidak boleh membiarkan keluarga jauh dari Allah SWT, tidak boleh jauh dari nilai-nilai spiritualitas. Tidak ada kebahagiaan jika tidak ada kedekatan kepada Allah. Tidak ada kebahagiaan dalam kemaksiatan kepada Allah. Orang yang bermaksiat tidak bahagia hakiki, itu hanya kesenangan sesaat. Kalau memiliki cukup dana bisa melaksankan ibadah umroh bersama keluarga sekaligus bernilai rekreasi dan mengokohkan emosional keluarga. Bisa juga dengan melakukan sholat berjamaah ke Masjid, do’a, zikir bersama, kajian bersama atau tilawah bersama adalahcara untuk dekat kepada Allah SWT.

(2) Menguatkan hubungan suami-istri. Sekutu yang paling kuat adalah suami-istri. Tidak ada yang lebih kuat dari kebersamaan suami dan istri. Ketika mereka secara fisik harus berpisah karena kerja atau kuliah dalam jarak yang jauh dan waktu yang cukup panjang. Mereka harus menguatkan kebersamaan dengan terus-menerus menjalin komunikasi seperti chating telpon dan sama-sama mendoakan (spiritual). Jka tidak jauh dan tidak lama tapi hidup bersama dalam rumah maka juga harus menguatkan kebersamaan antara suami dan istri itu. Ada suami-istri saling cuek, padahal hidup dalam satu rumah. Agar nikmat dalam dinamika roller coaster ini justru seharusnya berpegangan yang semakin kuat. Misalnya ada isu dari teman kerja, bahwa ada tuduhan istri memiliki hubungan khsus dengan pria lain, atau ada tuduhan suami memiliki hubungan khusus dengan wanita lain. Justru seharusnya mereka menguatkan kebersamaan. Kebersamaan agar bisa asyik betah berlama-lama dengan pasangan, asyik bercanda, asyik berdiskusi, bisa asyik merancang kegiatan-kegiatan. Orang yang tidak memiliki kebersamaan bisa tidak betah dalan obrolan mereka, tidak betah dalam diskusi mereka. Banyak kejadian, bisa betah chating satu jam, tapi ngobrol dengan pasangan tidak bisa betah walaupun 5 menit. Smartphone tidak perlu ada kerahasiaan di antara suami istri, tidak perlu saling curiga. Semestinya saling memberi akses kepada smartphone masing-masing. Tidak ada sentuhan-sentuhan fisik juga menandakan kebersamaan suami istri itu lemah. Kedekatan dan kebersamaan harus dijaga. Jika tidak nyaman maka langsung disampaikan ke pasangan bukan dipendam, langsung sampaikan untuk dicarikan solusinya.

(3) Suami istri adalah istilah teknis, mereka telah resmi melakukan hal yang halal interaksi suami istri. Tapi pada dasarnya mereka harus bisa menjadi sabahat satu sama lainnya, paling akrab, kuat dan paling setia di antara persahabatan lainnya. Sahabat itu apa? Sahabat adalah sesesorang yang kita rela untuk menceritakan masalah dan aib kita, sahabat adalah yang kita rela berlama-lama dengannya, sabahat adalah yang selalu ada ketika kita membutuhkan. Suam istri harus akrab dalam suka dan duka. Persabatan yang abadi, yang dibawa hingga kehidupan setelah di dunia. Sahabat itu biasa ngobrol, saling curhat, betah untuk menemani dalam semua kondisi. Tidak seperti seorang suami yang setia hanya ketika bahagia, tidak seperti istri yang setia hanya ketika bahagia.

(4) Memiliki pintu darurat keluarga. Jika kita mengenali faktor yang menimbulkan kerentanan dalam kehidupan berumah tangga. Maka kita bisa bersikap bijak saat di titik mana kita sedang berada. Apa itu pintu darutat keluarga? Jika kita berada di Pesawat, ada pintu darurat. Mengapa ada pintu darurat, bukankah sudah ada pintu utama untuk masuk keluar penumpang? Pintu darurat ini digunakan pada situasi darurat. Tidak cukup dengan pintu utama jika menghadapi situasi sulit. Banyak orang mengetahui ada situasi darurat dalam kehidupan berumah tangga. Situasi roller coaster yang sangat menegangkan. Pintu darutat itu berupa duduk bersama dalam stuasi tenang, dan komunikasi yang lancar untuk berdiskusi. Lakukan kesepakatan tentang apa yang harus dilakukan. Ini akan menyelamatkan kita ketika situasi gawat. Jika tidak tahu pintu darurat maka bisa jadi istri ambil jalan sendiri, suami ambil jalan sendiri sehingga mempertajam konflik.

(5) Menghadapi masalah secara dewasa. Jangan berikir pragmatis dan praktis! Lalu berpikir “Sudah! Kita akhiri rumah tangga ini!” Karena tidak bahagia. Jika begitu, itu namanya tidak dewasa. Perceraiaan memang halal tapi ia hal yang tercela dan sesuatu yang seharusnya ditutup serapat-rapatnya. Ia hanya pintu kecil ketika jalan keluar lainnya tidak bisa digunakan. Tidak perlu cengeng dan tidak perlu cepat curhat ke orang lain, apalagi curhat ke medsos yang malah menjauhkan hubungan suami istri.

 

Bahwa hidup berumah tangga itu tidak selalu datar, kita akan bertemu dinamika, seperti di titik puncak tegang roller coaster. Kita mesti mendekati Allah, menguatkan kebersamaan, menjadi sabahat setia bagi pasangan, memiliki pintu darurat keluarga, berkomitmen menyelesaikan masalah secara dewasa bukan mencari jalan sendiri-sendiri. Tidak terlalu perlu khawatir! Kita bisa menikmati roller coaster kehidupan pernikahan, jika kita telah paham faktor-faktor yang menyebabkan kerentanan dalam kehidupan berumah tangga.

Ikuti tulisan menarik Mahendra Ibn Muhammad Adam lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu