Perhelatan pemilihan presiden sejatinya masih menyisakan waktu lebih dari satu tahun lagi. Masih lamanya waktu penyelenggaraan pilpres tak serta merta menyiutkan semangat beberapa partai politik untuk mengatur langkah. Beberapa partai politik telah bermanuver untuk menyongsong tahun politik tersebut. Sebut saja partai Gerindra, partai bergambar burung Garuda ini secara eksplisit akan mendukung Prabowo Subianto sebagai calon presiden di tahun 2019. Bagi partai besutan Prabowo Subianto ini, tak ada kader potensial dan mumpuni saat ini selain figur sang ketua Dewan Pembina Partai. Manuver politik yang lain adalah langkah yang diayunkan oleh partai pendukung pemerintah saat ini Golkar dan Nasdem. Bahkan kedua partai ini telah memulai langkah lebih awal, kedua partai yang sejatinya memiliki hubungan darah daging ini secara terang-terangan akan tetap mendukung dan mengusung Jokowi sebagai Capres di perhelatan Pilpres. Munculnya nama Prabowo Subianto dan Jokowi dalam kontes 5 tahunan tersebut bukan tanpa alasan. Beberapa pengamat politik menilai bahwa, Pilpres 2019 sejatinya hanya akan menampilkan dua sosok yaitu sang petahana, Jokowi dan sang penantang, Prabowo Subianto. Alasan tersebut mafhum untuk dimengerti, pasalnya tidak ada nama-nama tokoh lain yang mampu menyalip elekbilitas dan kapabilitas kedua pasang nama tersebut. Jokowi sang petahana mampu mempertahankan posisi sebagai figure yang kuat untuk mengulang kesuksesan kedua kalinya. Lonjakan tingkat kepuasan public atas kinerjanya sebagai presiden adalah indicator bahwa rakyat masih menginginkan sosoknya sebagai Presiden RI. Jika Jokowi dicalonkan sebagai capres, lantas siapa nama yang pantas dan pas untuk mendampinginya? Secara mengejutkan, salah satu lembaga survey merilis daftar nama pendamping Jokowi di 2019 menempatkan AHY sebagai calon favorite bersaing dengan nama Gatot Nurmantyo. Munculnya nama putra sulung SBY dalam bursa Cawapres Jokowi memiliki pertimbangan tersendiri, tentu masyarakat memiliki beberapa sudut pandang penilaian terhadap AHY. Berikut kelebihan AHY dibanding calon nama Cawapres lain :
1. MUDA DAN BERSIH DARI KORUPSI
SAATNYA YANG MUDA YANG BERBICARA
Agus Harimurti Yudhoyono adalah putra sulung dari mantan presiden SBY dengan Kristiani Herawati yang dilahirkan di Bandung pada 10 Agustus 1978. Jika berpatokan dari tanggal kelahiran AHY berarti umur mantan prajurut TNI saat ini adalah 39 tahun lebih 3 bulan. Sosok AHY patut untuk dijadikan panutan bagi muda-mudi bangsa Indonesia. Sudah seharusnya muda mudi bangsa Indonesia menjadi agen perubahan bangsa. Sosok yang menjadi pioneer dalam kontribusinya membangun bangsa. Dan kini saatnya, yang muda yang berbicara!
2. BERPRESTASI
SAATNYA YANG MUDA YANG BERPRESTASI
Ia memulai karir sebagai prajurit TNI hingga mengundurkan diri dengan pangkat terakhir Mayor saat mengikuti Pilkada DKI Jakarta. Dalam masa tugasnya sebagai prajurit, beliau termasuk sosok prajurit yang berprestasi, ia pernah bertugas sebagai pasukan penjaga perdamaian PBB untuk tugas operasi di Afghanistan. Selain itu, AHY pernah memperoleh beberapa penghargaan dalam masa tugasnya yaitu Satya Lencana Kesetiaan 8 tahun, Satya Lencana Dharma Nusa, Satya Lencana Santi Dharma,Medali PBB, Medali Penghargaan dari pemerintah dan Angkatan Bersenjata Lebanon Medali Kepeloporan di TNI yaitu Distinguish International Honour Graduated, Medali The Order of Saint Maurice , dan The Commandants List dari sekolah militer Angkatan Darat di Fort Benning, Georgia, Amerika Serikat (AS). Itulah beberapa penghargaan yang AHY dapat, kecemerlangannya dalam bidang militer tentu tidak akan didapat tanpa perjuangan, tekad dan potensi intelek yang ia miliki.
3. MEMILIKI BASIS SUARA YANG KUAT
Embel-embel nama Yudhoyono di belakang namanya menegaskan bahwa ia adalah bagian dari keluarga besar Susilo Bambang Yudhoyono. Nama yang disebut terakhir adalah mantan Presiden RI dua periode. SBY adalah pendiri sekaligus ketua umum Partai Demokrat, AHY disebut-sebut oleh beberapa pembesar Demokrat sebagai calon penerus SBY. Kader-kader Demokrat juga telah menerima kehadiran AHY, walaupun AHY tidak masuk dalam struktur kepartaian. Basis masa Partai Demokrat juga jangan dianggap remeh, Partai ini menjadi kunci suara dalam dua poros yang terbentuk paska pilpres 2014.
Dalam beberapa bulan terakhir, sang putra mahkota Demokrat bergerilya menjalin komunikasi dengan beberapa tokoh politik republik ini. Nama-nama besar dalam panggung perpolitikan nasional tak tanggung-tanggung ia datangi, tak terkecuali Presiden Joko Widodo. Tak pelak, manuver politik yang dilakukan AHY sejatinya adalah sebuah jurus jitu untuk menyongsong Pilpres 2019. Nah, akankah Jokowi melihat gebrakan politik AHY dan menggandengnya menuju pentas 5 tahunan? Kita tunggu saja.
Yanu Burhanudin
Salah satu Mahasiswa Semester Akhir
Perguruan Tinggi Swasta
Di Tangerang Selatan
Ikuti tulisan menarik Yanu Burhanudin lainnya di sini.