x

Iklan

The Professor

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Kesaksian tentang Bantaeng & Prestasi Nurdin Abdullah (I)

Keberhasilan Profesor Nurdin Abdullah bukan sebuah isapan jempol. Pengakuan yang datang dari berbagai latar belakang orang meneguhkan fakta tersebut.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Keberhasilan Profesor Nurdin Abdullah bukan sebuah isapan jempol. Pengakuan yang datang dari berbagai latar belakang orang meneguhkan fakta tersebut. Sebuah tulisan Rahmatya Nuhung di Jurnal Batiknews, Vol. Juli – Agustus 2011 Edisi 68 hal. 6 (Pembangunan Daerah Bantaeng: Butta Toa yang Makin Maju) adalah sebuah narasi kesaksian tentang pengalamannya atas Bantaeng dan perkenalan pribadinya dengan sang profesor.

Rahmatya Nuhung sendiri adalah seorang Instruktur Kewirausahaan dan Bahasa Inggris pada Lembaga Pelatihan dan Kursus Sentra Pendidikan Bisnis Makassar. Secara pribadi, dia memiliki ketertarikan dengan Bantaeng. Dalam perjalanannya ke Bantaeng dia mengungkapkan: “saya pribadi menyimpan banyak kesan mendalam dari perjalanan saya seminggu di sana”.

Tetapi dia mengakui bahwa yang membuatnya berkesan kegiatannya sendiri sebagai instruktur. Adalah Bantaeng yang ia rasakan mengalami banyak perubahan ketimbang tahun-tahun sebelumnya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

I

Dalam tulisannya, yang menggugah dari Bantaeng adalah perubahan. Dia mengenal Bantaeng adalah daerah kecil yang tertinggal. Dia mengenal Nurdin Abdullah sekali waktu saat dia bersama para trainer lainnya berkesempatan berjumpa dengan profesor. Saat itu, seperti diceritakannya, belum lama menjadi Bupati. Tapi beberapa program kerja yang dipaparkannya sang profesor – yang waktu itu masih berupa rencana tapi elegan – membuatnya terkesan. “Dan itu terekam jelas dalam benak saya tentang program-program kerja yang dipaparkannya”, tulisnya.

Sang profesor memang sosok yang terbuka dengan siapa pun. Dia membuka diri dan juga membuka rumahnya kepada semua orang untuk silaturrahmi. Warganya tidak sungkan datang dan membicarakan curahan apapun yang mereka rasakan terutama menyangkut kepentingan bersama. Maka tak jarang, rumah sang profesor rame dengan orang-orang. “Saat itu bukan hanya kami yang mendapat kesempatan bertemu beliau, tetapi sebelum kami ada beberapa tamu dari beberapa perwakilan yang juga mendapat kesempatan yang sama. Dan setelah kami pun masih ada yang antri untuk bertamu”, tulisnya.

Sebuah kesan yang diperolehnya: profesor adalah seorang yang mau melayani, sedia berbagi, dan terutama selalu sedia bersabar dan tersenyum dalam bertukar pikiran dengan setiap orang. Dia bersedia bertukar pikiran tanpa memandang adanya hirarki sosial atau kelas-kelas sosial yang saling memisahkan. Dia adalah pemimpin yang mencairkan kekakuan-kekauan itu.

II

Tetapi bukan sekedar kesan-kesan perjumpaan itu yang membuatnya kagum dengan keterbukaan dan kesediaannya bertukar pikiran. Lebih dari itu, Rahmatya Nuhung juga menyaksikan sendiri perubahan-perubahan dari Bantaeng. “Dua tahun yang lalu, belum nampak perubahan yang berarti karena semuanya masih dalam bentuk rencana kerja. Penampilan kota pun belum mengalami perubahan apa-apa. Semuanya masih biasa saja. Wajar, karena usia kepemimpinan Bupati yang baru masih seumur jagung”, tulisnya mengenang hari-hari sebelum Bantaeng disulap indah oleh profesor.

Tetapi dalam pengalaman-pengalaman setelahnya – kunjungan-kunjungan berikutnya – dia segera tahu ada banyak yang berubah, yang menurutnya berubah secara drastis, dan yang membuatnya kaget. Dia menyaksikan Bantaeng bukan sebagai kota yang dia kenal dulu. Kini ia sebagai kota yang bersih. “Keadaan kota yang semakin bersih dan selalu diupayakan untuk tetap dalam keadaan bersih membuat mata nyaman untuk memandang ke setiap sudut kota”.

Selain kebersihan dan keindahan kota, pembangunan adalah potret lain yang disaksikannya. Misalnya, dia menyaksikan pembangunan jalan terusan sepanjang pantai yang memudahkan bagi penduduk mencapai pelabuhan. Juga pabrik mulai berdiri. Bantaeng – dan segala kemajuan yang disaksikannya – adalah bukti komitmen sang pemimpin. Menurutnya, sebuah kemajuan bisa dicapai oleh pemimpin manapun dengan syarat sang pemimpin memiliki komitmen politik untuk memajukan, komitmen politik untuk berpihak dan melayani rakyat. Dalam kesaksiannya, Nurdin Abdullah adalah pemimpin yang mampu membuktikan komitmennya dan menepati janji-janji politiknya.

Kini Rahmatya Nuhung menyaksikan wujud nyata dari program-program yang dijanjikan sang profesor. Bantaeng tak lagi seperti dulu. Kemajuan-kemajuan telah mengubahnya.

III

Poin lain dari kesaksiannya adalah kesadaran masyarakat. Dia melihat perubahan yang terjadi di Bantaeng tidak hanya terjadi melalui model top-down melainkan juga bottom-up. Seperti ditulisnya: “Perubahan yang tampak pada Kabupaten Bantaeng tidak akan pernah terjadi jika warganya tidak turut andil. Buktinya, tidak hanya di jalan besar dalam kota yang terlihat bersih dan tertata indah, namun ketika saya melewati lorong-lorong kecil pun, pemandangan yang sama dapat saya saksikan di setiap rumah penduduk”.

Kesadaran masyarakat ini menunjukkan bahwa ada sinergitas antara pemerintah dan rakyat, antara yang memimpin dan yang dipimpin. Wujud nyata kesadaran masyarakat ini tentu saja menguntungkan bagi pemimpin. Dia mendapatkan dukungan dan partisipasi dari rakyat. Dan bagi pemimpin, hal ini merupakan sebuah kebahagiaan dan memacu semangat untuk semakin peduli pada pembangunan daerahnya. Dan sejatinya, perubahan dan kemajuan yang dicapai oleh pemerintah haruslah didukung dan selaras dengan kemauan rakyatnya. Keterjalinan ini menunjukkan keharmonisan antara rakyat dan pemerintah.

Fakta keharmonisan ini – kesadaran masyarakat yang mendukung dan sejalan dengan program pemerintah – bukan suatu hal yang mudah. Apabila melihat Bantaeng, daerah yang semula tertinggal, tentu saja memiliki kebiasaan-kebiasaan yang maju dan mencintai kebersihan kota atau lorong-lorong kecil di tempatnya adalah perubahan yang mengagumkan. Tetapi fakta ini tak dapat dibantah. Rahmatya menyaksikannya sendiri. Dan terhadap apa yang dia saksikan dengan kekaguman dan (semula) ketidakpercayaan, dia menulis: “Tapi paling tidak hal di atas memberi gambaran bahwa kepatuhan warga untuk mengikuti anjuran pemerintahnya adalah hal yang membutuhkan proses dan kerja keras. Dibutuhkan karakter pemimpin yang tegas namun berwibawa untuk bisa membuka ruang komunikasi dengan warganya”.

Nurdin Abdullah, yang dikenalnya, adalah pemimpin yang tegas, berwibawa dan bersedia membuka ruang komunikasi. Itulah yang mampu membuka kesadaran masyarakat untuk selaras dengan kepemimpinannya. Cara dia membuka diri dan berkomunikasi adalah satu hal yang penting dalam kepemimpinannya. Kemampuan tersebut adalah faktor penting yang perlu terus dipertahankan dalam merangkul rakyatnya.

Fakta keberhasilan Nurdin Abdullah merangkul rakyat sehingga mereka berkenan berpartisipasi bagi kebaikan daerahnya mengisyaratkan hal penting: bahwa rakyat sebenarnya bisa diajak bekerjasama. Mereka memiliki kesetiaan untuk saling bahu-membahu dengan pemerintah dalam pembangunan. Tapi dengan satu syarat: sang pemimpin harus menunjukkan keteladanan melalui bukti nyata. Sang pemimpin membuka ruang dialog sehingga rakyat merasa dihargai keberadaannya, merasa didengar keluhan dan selanjutnya terjalin hubungan yang baik.

Fakta kepemimpinan Nurdin Abdullah menunjukkan bahwa dalam seluruh keberhasilan pembangunan di Bantaeng dimungkinkan melalui model kepemimpinannya yang menempatkan rakyat sebagai subjek/pelaku perubahan bagi daerahnya bukan semata-mata sebagai objek belaka. Mereka didengar keluhan dan masukannya. Sedangkan Nurdin Abdullah menyadari filosofi ‘dua telinga dan satu mulut’. Artinya dia harus lebih banyak mendengar dari sekedar berbicara. Dengan mendengar, dia menjadi tau apa yang mereka butuhkan dalam perubahan dan kebaikan Bantaeng ini.

Bagi Rahmatya, Nurdin Abdullah adalah pemimpin: “...yang mampu menjadi tuntunan (yang mampu menuntun dengan bijak), bukan menjadi tontonan (sekedar ingin menunjukkan kekuasaannya) di hadapan rakyatnya. Pemimpin yang mampu menciptakan kedekatan dan membangun hubungan emosional, sehingga setiap perkataannya akan selalu didengar dan diikuti oleh rakyatnya.

Ikuti tulisan menarik The Professor lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler