x

Iklan

Handoko Widagdo

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Tetangga Sorga

Cara mudah untuk mencapai sorga tanpa harus membeci mereka yang tidak sealiran dengan kita.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Judul: Tetangga Surga

Penulis: Resmiyati

Tahun Terbit: 2017

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Penerbit: Maqzha Pustaka

Tebal: x + 163

ISBN: 978-602-6669-13-1

 

Buku “Tetangga Sorga” ini hadir di saaat agama-agama menampilkan wajah sangar. Sorga ditampilkan sebagai sesuatu yang harus dicapai melalui sebuah upaya penuh intimidasi. Dikau tak akan sampai sorga kalau tidak begini, tidak begitu. Bahkan tidak akan sampai sorga kalau tidak membenci ini dan membenci itu. Kita tidak sampai ke sorga jika kita tidak menolak sesama kita yang tidak identik dengan ajaran kita. Bahkan kita harus melaknat mereka yang tidak sama supaya kita sampai sorga.

Mengapa untuk mencapai sorga harus melalui cara-cara yang ribet dan rigit serta penuh kekerasan? Apakah memang Tuhan begitu kejam sehingga mengatur hidup kita langkah-demi-langkah, jengkal-demi-jengkal. Dan…kalau tidak sesuai dengan apa yang tertulis dalam kitab suci secara apa adanya, berarti kita tidak layak masuk sorga? Bahkan untuk mengucap syukur dan bertemu dengan-Nya harus mengikuti sebuah aturan yang baku dan tak bisa dilanggar sedikitpun. Benarkah demikian?

Ataukah kita harus beragama dengan mengetahui benar-benar ajaran-ajaran yang telah tertulis dan dikumpulkan dalam sebuah kitab yang dianggap suci? Bisakah orang-orang biasa yang tidak paham tentang aturan-aturan dan larangan-larangan yang tertulis bisa mencapai sorga? Apakah dengan demikian hanya mereka yang ahli kitab saja yang diijinkan oleh Tuhan masuk ke sorga-Nya?

Resmiyati mengungkapkan berbagai pengalaman manusia-manusia biasa yang sampai ke sorga dengan cara-cara yang sederhana. Pengalaman-pengalaman tersebut begitu natural dan manusiawi, tanpa harus dibumbui ketakutan akan hukuman. Sebuah pemaknaan tentang sorga dari orang-orang biasa. Mereka yang mencapai sorga dengan iman tentang Tuhan yang baik dan murah hati.

Sorga bagi Resmiyati adalah bagaikan seorang nenek penjual pisang yang mendapat angsaran qodaran dari pembeli yang membayar lebih (hal. 7). Juga untuk Mak-e yang akhirnya bisa berkorban supaya anaknya yang meninggal bisa menaiki kambing yang dikorbankannya saat di Padang Maksar (hal. 9).

Sorga adalah saat kita bisa memaknai sesuatu yang baik dan indah, meski itu berasal dari mereka-mereka yang tidak seagama dengan kita. Ketika saat puasa hati tergetar akan lagu “Andaikata kulakukan yang luhur mulia. Tapi tanpa kasih cinta, hampa tak berguna…” Atau berharap bahwa ada sorga yang bertetangga. Sorga orang Katholik dan sorga orang Islam yang saat di dunia saling jatuh cinta (hal. 32).

Sorga adalah seorang yang menjaga dan berdoa supaya Romo yang dicintainya tidak membalas cintanya. Karena dengan demikian ia akan mengotori pengabdian sang Romo (hal. 38).

Di bagian lain buku ini Resmiyati membahas persoalan-persoalan murid-muridnya. (Resmiyati adalah guru SMA). Ia menggunakan kedekatannya kepada anak didiknya untuk menunjukkan sorga. Ia mengajak siswanya menuju sorga, bukan dengan mengajak muridnya untuk pindah agama mengikuti agama yang dianutnya. Sorga adalah kisah tentang seorang siswi SMA yang senggugukan menelepon ibunya setelah menyadari betapa cinta ibu kepadanya dibahas di dalam kelas.

Sorga yang ditampilkan oleh Resmiyati adalah sorga milik orang-orang biasa. Orang-orang yang masih memiliki cinta. Sorga dari orang-orang yang merindukan Allahnya tanpa terhalangi oleh jerat dogma dan ajaran-ajaran. Sorga dari umat manusia yang memandang Allah yang penuh kasih. Sorga yang sudah bisa dinikmati melalui laku sehari-hari. Sorga yang bisa dijangkau tanpa perlu melakukan konflik dengan sesama.

Resmiyati adalah sosok baru yang mengusung tema sorga dan keberagamaan yang berakar pada budaya dalam karya berbahasa Indonesia. Sebelumnya kita mengenal Danarto yang menyatakan bahwa semua orang memiliki agamanya sendiri. Juga kita mengenal Muhammad Sobary dengan “Kang Sejo Mengenal Tuhan.” Jadi bersama Resmiyati mari kita ke sorga bersama, tanpa perlu membeci sesama. Tanpa perlu menyalahkan liyan.

Ikuti tulisan menarik Handoko Widagdo lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler