x

Akselerasi Startup Binaan Telkom ke Silicon Valley

Iklan

dian basuki

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Ekosistem Membaik, Start-up Pun Melaju

Meningkatnya investasi di digital startup menandakan ekosistem cenderung kian berkembang.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

 

Diperkirakan, ekonomi berbasis digital di Indonesia akan semakin moncer pada tahun 2018. Majalah Tempo baru-baru ini menyingkapkan bahwa ranah yang bergerak paling depan adalah Fintech (teknologi finansial), e-Travel, dan e-Commerce. Dua pemain e-Commerce, Tokopedia dan Bukalapak, sudah kebanjiran modal. Di ranah e-Travel ada Traveloka. Go-Jek, dengan suntikan modal terbesar, boleh dibilang memimpin pasar dalam kelompoknya dalam menarik investor.

Dalam acara diskusi Digital Economic Briefing Tempo Media Group, 16 November 2017, CEO Bukalapak Achmad Zaky mengatakan bahwa Bukalapak sudah memiliki valuasi lebih dari US$ 1 miliar atau sekitar Rp 13,5 triliun. Artinya, Bukalapak sudah masuk ke dalam kategori start-up unicorn di negeri ini bersama Go-Jek, Tokopedia, dan Traveloka.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Valuasi yang begitu tinggi jelas menggiurkan banyak anak muda yang berminat untuk menjadi digital entrepreneur. Kisah sukses anak-anak muda ini (hingga tahap ini) menjadi inspirasi bagi yang lain dan mendorong lahirnya banyak sekali startup baru. Berbagai kompetisi yang digelar, seperti program Indigo Felllowship Telkom yang sudah berjalan sejak 2009, maupun aksi-aksi seperti Gerakan Nasional 1000 Startup Digital, sangat berperan dalam menggelorakan ekosistem digital yang sedang tumbuh ini.

Beragam ide segar muncul melalui stimulasi kompetisi. Sebutlah misalnya Kandang.in. Melalui platform investasi syariah, kandang.in mengajak siapapun untuk berinvestasi di sektor peternakan, membina dan melatih para peternak, dan menyalurkan investasi bagi peternak—untuk membeli benih, pakan, mengurus kandang, dan memelihara hewan ternak.

Sebenarnya, investasi perorangan sudah lazim dipraktekkan. Caranya, investor menitipkan uang kepada peternak untuk dibelikan bibit, pakan, dan biaya pemeliharaan. Bila hewan ternak sudah besar dan bahkan beranak-pinak, hasil penjualan ternak dibagi menurut perjanjian. Kandang.in memperbesar skala ini dan menyediakan platform berbasis teknologi digital sehingga mampu mempertemukan banyak investor dan peternak dalam jangkauan yang luas.

Tak kalah menarik, masuknya kapital asing ke dalam perusahaan rintisan ini menunjukkan bahwa ekosistem bisnis digital di negeri ini dianggap punya prospek yang bertambah baik. Investor akan enggan menggelontorkan uangnya bila tidak melihat ada sinyal prospek yang cerah di masa depan, meskipun jangkauan pandangan mata kita ke depan sesungguhnya serba terbatas. Mereka menggelontorkan kapital karena berharap nilai kapital akan meningkat berlipat ganda di masa depan.

Mereka jelas mengambil risiko, sebab siapapun tidak pernah tahu apa yang akan benar-benar terjadi nanti walaupun saat ini sudah membuat proyeksi seakurat mungkin. Apa yang kita bayangkan startup akan untung di masa depan, belum tentu itu terjadi, sebagaimana belum tentu startup yang sekarang merugi akan terus merugi. Valuasi, betapapun, lebih menggambarkan prospek dan tidak mencerminkan profit dan kesehatan cash flow. Investor memburu startup yang menunjukkan kecenderungan terus tumbuh dan mendorong pertumbuhannya demi meraih profit di masa depan.

Perkembangan ekosistem bisnis digital beberapa tahun terakhir ini niscaya membuat siapapun boleh berharap bahwa teknologi digital dapat menjadi tumpuan pertumbuhan ekonomi kita di masa mendatang. Banyak sektor kegiatan ekonomi bisnis yang dapat difasilitasi oleh teknologi yang mendekatkan produsen, penjual, pemasok, market place, maupun konsumen. Kemajuan perkembagan ekosistem ini mesti ditopang oleh regulasi yang membuat para pemainnya nyaman dan bukan malah mengekang. Bila eksosistem digital berkembang semakin sehat, startup akan tumbuh semakin besar. **

Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu