x

Iklan

Kang Nasir Rosyid

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Apa Benar Reuni 212 Pesertanya Dibayar?

Diskursus Reuni 212.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Suatu hari, orang yang namanya Ronie Syakir, memposting sebuat tautan tulisan di Kompasiana melalui akun fb yang ia miliki. Tulisan di Kompasiana itu milik Dani Wijaya dengan judul " Ada Gelontoran Dana 4 M, Reuni 212 Sah Sebagai Agenda Politik".

Postingan Ronie Syakir itu didahului dengan kata kata yang menurut orang banyak terkatagori "Nyinyir" dengan kalimat "4 M dibagi 100 ribu berarti cuma 40 ribu. Kira2 begitu itungannya orang awam".

Sedangkan isi tulisan dari Dani Wijaya-pun dianggap tak kalah nyinyir melihat kegiatan Reuni 212. Dani menyoroti soal adanya pasokan dana sebanyak 4 Milyar. Dani mencoba mengkaitkan persoalan banyaknya rombongan yang datang ke Jakarta dan memerlukan biaya yang tidak sedikit seperti dari Solo sebanyak 50 bus, untuk menyewa bus saja pasti membutuhkan dana yang besar.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Ini bagian kecil tulisan Dani Wijaya saya  kutip secara lengkap; "

Sebagai orang awam pun pasti akan paham bahwa tak mungkin ada mobilisasi massa dalam jumlah besar seperti itu tanpa ada gelontoran dana yang besar juga. Apalagi aksi tersebut diikuti oleh masyarakat dari berbagai daerah.

Misalnya, Dari Solo, Jawa Tengah, sebanyak 2.500 warga berangkat ke Jakarta. Itu menggunakan 50 bus. Untuk penyewaan bus saja pasti membutuhkan dana yang lumayan besar, belum untuk kebutuhan lainnya".

Cuitan Roni Syakir dan Dani Wijaya baik konten Judul maupun isi tulisannya, mencoba menggiring opini seolah olah peserta yang datang ke reuni 212 menggunakan dana yang  berasal dari gelontoran  4 M diatas. Rony Syakir mencoba mengkalkulasi dana 4 Milyar kalau dibagi 100 ribu orang, maka satu orang hanya kebagian 40 ribu.

Ini logika apa yang dipakai Roni Syakir, mana ada orang jauh jauh datang, nginap dijalan, butuh makan butuh minum hanya mengejar uang 40 ribu, lagi pula ngga mungkin juga lapangan Monas ditambah Jalan Medan Merdeka, ditambah Masjid Istiqlal yang penuh sesak dengan jama'ah yang hadir, hanya memuat 100 ribu orang. Bisa jadi yang datang itu jutaan orang. Jikapun kemudian yang hadir hanya 1 juta orang, maka dana 4 M itu dibagai 1 jt orang, apalagi jika sampai 5 juta orang,  berapa jatah untuk 1 orangnya Roni Syakier, masuk akal ngga?.

Seperti halnya Roni Syakir, Dani Wijaya-pun  menganggap bahwa orang yang datang itu di bayar dengan adanya gelontoran dana 4 Milyar  dan Reuni itu sah sebagai agenda politik.

Soal pandangan bahwa peserta yang datang itu dibayar, barangkali karena yang dipakai Dani adalah kacamata kebencian dan yang ada diotaknya hanya berpikir soal uang dan uang sehingga dianggapnya segala sesuatu di dunia ini harus pake uang, karena mungkin tertutup awan kelabu, Dani Wijaya tidak melihat dari kacamata keimanan.

Jika Dani Wijaya memakai kacamata keimanan, maka Dani Wijaya akan bisa melihat bahwa didalam keimanan ada dorongan yang luar biasa untuk menegakkan uhuwah sehingga orang berbondong bondong datang hanya dibekali oleh keihlasan, bisa jadi sebagian orang yang datang itu membawa uang sendiri, membawa bekal sendiri dan kemudian berbagi diantara peserta yang datang, sebuah ikatan jalinan persaudaraan (muslim) yang luar biasa.

Soal pandangan Dani Wijaya bahwa itu kegiatan politik, bagi saya sah sah saja karena yang dipakai Dani Wijaya adalah kacamata politik yang tentu saja apa yang dikatakan Dani Wijaya juga sebetulnya punya latar belakang politik.

Makanya postingan tautan Dani Wijaya oleh Ronie Syakir, segera saja mendapat tanggapan dari mereka mereka yang menjadi peserta reuni maupun warga net lainnya melalui komentar komentar di Facebook.

Ibrohim Aswadi misalnya, tokoh muda Cilegon yang sepulang dari Aksi 212 tahunlalu membuat 212 mart, membantah soal bayaran dari gelontoran dana itu, ia menjawab bahwa keberangkatan ke Jakarta atas biaya sendiri.

SS, Ibrohim Aswadi. dok Pribadi.
 

Demikian halnya  Meami Adriana, ibu inipun menampik mendapat pasokan dana, ini komentarnya.

SS, dok.Pribadi.
 

Nah kalau sudah demikian adanya, apa masalah yang sebenarnya?, menurut mang Jemidin masalahnya hanya sederhana, hanya karena ada penyakit di dalam hati.

Ikuti tulisan menarik Kang Nasir Rosyid lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler