x

Iklan

Mohamad Cholid

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

#SeninCoaching: Bagaimana Unggul dalam Turbulent Times

Anda yakin dapat memiliki tiket pergi - pulang dalam kehidupan ini, sehingga menyia-nyiakan waktu untuk hal-hal yang merugikan ?

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Leadership Growth: To Drive Your Strategic Initiative Prevail

 

 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Mohamad Cholid

Practicing Certified Business and Executive Coach

 

Setiap orang menerjemahkan waktu dengan caranya masing-masing. Para leaders dan pribadi-pribadi yang selalu berupaya efektif akan memperlakukan waktu sebagai asset utama. Bagi orang yang lalai, hanyut dalam kesibukan tanpa arah, cenderung menganggap waktu sebagai liability.

Dua kepastian yang dapat kita pahami bersama. Pertama, semua orang mendapatkan jatah setara dari Sang Pencipta Waktu, yaitu 24 jam per hari. Kedua, semua orang hanya memiliki one way ticket menuju stasiun akhir, sebelum perjalanan menuju Wilayah Tanpa Waktu  -- suku bangsa Indian menyebutnya Padang Perburuan Abadi.

Bagaimana menurut Anda, apakah sampai hari ini masih merasa atau berharap bisa dapat return ticket, “karcis pulang pergi dunia – alam barzah – akhirat – kembali dunia”, ibarat tiket Jakarta – Hong Kong – New York –  Jakarta, sehingga terus nyaman dalam ayunan badai kesibukan yang tak berujung? Apa prioritas Anda sesungguhnya? Kemana tujuan hidup Anda sebenarnya?

Pertanyaan-pertanyaan kemana tujuan hidup dan apa yang kita prioritaskan cenderung membuat tidak nyaman. Tapi Anda mau eksis, kan? Indikator utama paling gamblang siapa Anda dan apa yang Anda anggap penting dalam kehidupan ini, ditentukan bagaimana Anda menggunakan waktu. 

Ada baiknya mengingat kalimat lugas dari Stephen Covey, “The key is not to prioritize what’s on your schedule, but to schedule your priorities.

Ini adalah tentang bagaimana kita mengendalikan diri dalam mengendarai waktu, utamanya bagi para eksekutif atau leaders dalam memimpin organisasi untuk meraih sukses. Barangkali Steve Jobs, co-founder – Chairman – CEO Apple Inc., dapat dijadikan salah satu rujukan apa pentingnya menentukan prioritas dan fokus untuk meraih keberhasilan.

Setelah kembali memimpin Apple 1997, dalam dua tahun Steve Jobs memangkas 350 proyek menjadi hanya 10, sehingga langkah-langkah srategisnya menjadi lebih fokus. Steve Jobs tercatat telah membangkitkan Apple dari ancaman kebangkrutan.

Di mana pun, bagi siapa pun, waktu adanya 24 jam dalam sehari. Pemahaman tentang mengoptimalkan waktu pada galibnya adalah upaya-upaya mengoptimalkan kapasitas dan kompetensi diri agar berhasil menjadi lebih baik dan lebih efektif. Menjadi para eksekutif dan leaders yang dapat memberikan manfaat lebih signifikan bagi diri sendiri, tim, dan organisasi – serta masyarakat luas juga, tentunya.

Pada 20 tahun terakhir, perkembangan ilmu pengetahuan dan IT telah menyebabkan perubahan pola pikir, cara kerja, dan interaksi antar manusia dan antar organisasi. Waktu 24 jam/hari telah diterjemahkan dengan sangat berbeda, menyebabkan produktivitas meningkat secara eksponensial. Waktu 24 jam/hari saat ini ditengarai memberi peluang perubahan yang mungkin hanya bisa terjadi dalam waktu beberapa tahun di abad lalu.

Setiap pribadi dan organisasi dalam menjalani Abad 21 menghadapi tantangan eksistensial yang jauh lebih mendebarkan – memacu kita membangun peluang di tengah kompleksitas dan gelombang pertumbuhan. Diperlukan kemampuan-kemampuan baru, juga tingkat kewaspadaan diri terus-menerus, seperti ketrampilan para peselancar yang mampu meliuk-liuk di punggung gelombang lautan.

Peter F. Drucker tahun 1980 menulis tentang Managing in Turbulent Times, ini ibarat wanti-wanti bagi para pengelola organisasi untuk tetap thriving dalam kondisi apa pun. Belakangan ini turbulent times sudah menjadi kenyataan sehari-hari. Kalau menggunakan salah satu buzzword 2017, situasi yang kita hadapi bersama sekarang adalah VUCA, akronim dari dunia militer, sinkatan volatility, uncertainty, complexity, and ambiguity.

Bagi organisasi-organisasi yang sudah menetapkan untuk terus berkembang, salah satu best practices yang dikerjakan adalah menentukan strategic initiative – bagian dari upaya transformasi organisasi dan mengarahkan visi menuju hasil. Dalam kenyataannya, banyak organisasi tidak berhasil dengan baik dalam penyelenggaraan strategic initiative.

Apa yang selayaknya dilakukan agar strategic initiative, yang biasanya diarahkan juga untuk membangun pasar baru, peningkatan produktivitas, dan peluang revenue stream baru, dapat membuahkan hasil?

Ada dua langkah penting yang mesti ditempuh, sebagaimana saran para praktisi, leaders, dan management guru yang sudah proven mendampingi organisasi-organisasi meraih hasil lebih baik.

Pertama, setelah menyusun strategic initiatives, organisasi sebaiknya menetapkan goal dan merancang pencapaiannya. Mereka membuat operating goals, menetapkan langkah-langkah spesifik yang membantu perusahaan mentuntaskan strategic initiative. Diperlukan operating clarity, kejelasan prioritas, dan jadual (time line) yang dijaga dengan disiplin.

Kedua, organisasi perlu digerakkan berdasarkan dual operating system, berdasarkan hirarki (manajeman) dan kekuatan jaringan (hubungan non-hirarkis yang efektif).

Kalau menurut John P. Kotter, untuk sukses menghadapi tantangan Abad 21 diperlukan manajemen yang handal dan leadership yang efektif

Manajemen adalah mengenai bagaimana menghasilkan produk, menyediakan jasa, dengan kualitas terbaik secara konsisten, sampai di tangan pelanggan minimal seperti yang dijanjikan, serta dilaksanakan sesuai budget, dan seterusnya. Bagaimana meningkatkan competitive advantage juga penting.

 “Leadership is entirely different. It is associated with taking an organization into the future, finding opportunities that are coming at it faster and faster and successfully exploiting those opportunities. Leadership is about vision, about people buying in, about empowerment and, most of all, about producing useful change,” kata John Kotter.

Tantangan para pengendali organisasi sekarang adalah bagaimana membangun leadership yang lebih efektif di tengah badai distraksi –  iming-iming peluang bisnis yang menggiurkan, virtual reality in business and personal pursuits, engagement level tim yang perlu ditingkatkan, etc.

Dalam tradisi Marshall Goldsmith Stakeholder Centered Coaching, ada empat langkah pilihan agar kita tetap mampu menjaga keseimbangan menghadapi turbulent times. “Ingat, “ kata Marshall Goldsmith, “Your goal is to remain steady, to maintain your equilibrium through it all and allow your character and your presence to be paramount.”

Empat hal yang dapat Anda kerjakan untuk meneruskan perjalanan (karir, usaha, pengembangan organisasi) dalam turbulent times, meliputi:

  1. Create a support system. Anda memerlukan masukan tulus dari orang-orang sekitar Anda. Mereka adalah para mitra tukar pikiran, tentu didukung oleh kejujuran Anda pada diri sendiri. Mereka akan membantu menjaga kewaspadaan di tengah badai.   
  2. Understand that behavior is more important than victories. Jika Anda dapat menjaga perilaku yang benar, sukses akan diraih. Menang atau kalah dengan cara terhormat lebih terpuji dibanding merasa menang terus dengan cara menipu atau manipulasi. Kemenangan tidak dapat direkatkan dalam operating system, tapi perilaku bisa. Ini menjadi bagian dari unconscious competency, menjaga Anda tetap tegak dalam kondisi apa pun.
  3. Seek excellence, not perfection. Mengejar kesempurnaan dengan membabi-buta, tanpa arah, membunuh keberhasilan. Di dunia ini tidak akan ada yang sempurna, apakah menyangkut relationship yang Anda kembangkan, sampai soal makan malam yang tersedia. Banyak di antara kita yang menunda bertindak positif karena menunggu saat yang ideal, yang kita tahu tidak akan pernah ada. Jika sekali saja kita bahagia dengan menjadi excellent, setiap hari tentu akan dengan senang hati dan sungguh-sungguh memperbaiki diri. “Your journey will speed up because you’ve accepted and embarked upon a good route, and have not waited for the (illusory) perfect route,” kata Marshall Goldsmith.
  4. Learn when to fold and when to hold. Belajar mengendalikan diri. Para penjudi yang buruk cenderung terus melempar uangnya, berharap dapat mengubah keberuntungan sampai tidak tahu lagi kapan harus berhenti. Banyak kalangan eksekutif mengalami depresi menghadapi bos yang tidak baik, kewajiban-kewajiban yang membebani, dan melakukan hal-hal kategori “necessary evils”. Ada kalanya Anda tidak dapat mengubah keadaan, yang Anda biarkan pun akan terus begitu, maka perlu segera putar haluan meninggalkan penderitaan Anda.

Anda memiliki jatah waktu sama dengan Steve Jobs atau Bill Gates atau Richard Branson, yaitu 24 jam/hari. Anda juga diberi Tuhan keleluasaan untuk memilih, mau berupaya mengendalikan diri mengendarai waktu dan menjadi lebih efektif, atau ikut hanyut disapu gelombang perubahan.

Sistem dan metodologi Marshall Goldsmith Stakeholder Centered Coaching (MGSCC), yang sudah proven membantu ratusan ribu eksekutif di puluhan ribu organisasi di enam benua, dapat diandalkan untuk mengembangkan kepemimpinan Anda menjadi eksekutif yang lebih efektif, didukung para stakeholders (supporting system Anda), dan mendampingi Anda mencapai to be at your imperfect best no matter what!  

 

Mohamad Cholid  adalah Head Coach di Next Stage Consulting

n  Certified Executive Coach at Marshall Goldsmith Stakeholder Centered Coaching

n  Certified Marshall Goldsmith Global Leader of the Future Assessment

Alumnus The International Academy for Leadership, Jerman

(http://id.linkedin.com/in/mohamad-cholid-694b1528)

(www.nextstageconsulting.co.id)  

Ikuti tulisan menarik Mohamad Cholid lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler