Pada suatu masa, ada seekor munyuk (monyet) perempuan dari golongan munyuk Rhesus.
Rhesus ini jenis munyuk yang aslinya dari Tiongkok Selatan.
Dilihat dari gesturnya, ia tak nampak seperti munyuk kebanyakan
Ia mirip munyuk yang ditarik oleh sang tuan dalam topeng munyuk
Didandani oleh sang tuan dengan baju yang berwarna "ngejreng",
Biar kelihatan anggun, sang munyuk disuruh pakai kerudung.
Untuk meyakinkan golongan munyuk lainnya
Si Munyuk wanita ini menulis tentang dirinya sendiri dengan tagline
"Saya munyuk ayu, pintar dan berbudi mulia"
Para munyuk dari golongannya, membacanya dengan bangga
Tapi, bagi para munyuk yang diluar golongannya, hanya mesem mesem
"Ayunya memang ayu", kata Bekantan, munyuk yang hidungnya panjang asli Kalimantan.
"Bhuiiiihhhh ayu?", kata si Tarsius munyuk asli Sulawesi sambil seolah membuag ludah
"Lihat saja matanya, ditutupi dengan kaca yang besar", Imbuh Si Tarsius sinis.
"Oy iya ya, lebih ayu kamu dong Tarsius, matamu asli bak memakai kacamata", kata Bekantan.
Sedang asyiknya ngobrol antara Tarsius dan Bekantan, tiba tiba datang menghampiri munyuk dari jenis Beruk yang berbadan gempal dan Lutung yang badannya hitam. Kedua munyuk inipun pernah membaca taglinenya munyuk Rhesus.
"Katanya ia pinter, ya", si Beruk bertanya sambil melirik ke Tarsius, Bekantan dan Lutung.
"Ha ha ha ha, dia itu bukan pinter, tapi kuminter", kata Lutung.
"Ohhh, begitu ya", sahut Tarsius si munyuk yang matanya mirip kacamata.
Si Beruk yang terkenal suka menggoda semua jenis munyuk, masih tetap penasaran dengan si Rhesus yang mengaku berbudi mulia.
"Lantas apakah betul si Rhesus ini berbudi mulia?", tanya Beruk penasaran.
"Ruk!, saya ini dicap oleh teman teman munyuk sebagai munyuk yang suka Jahat, tapi saya tak pernah memfitnah, tak pernah menjelek jelekkan para munyuk!", tiba tiba Lutung menjawab dengan nada yang tinggi, Si Beruk kaget.
"Sudahlah ngga usah membahas si Rhesus", kata Bekantan.
"Ngga, biar si Beruk tahu bagaimana si Rhesus ini sebenarnya", sambung Lutung.
"Lha emang sebenarnya gimana?", Tarsius ikut nimbrung.
"Begini ya para sahabat dan semua jenis munyuk",
"Si Rhesus itu sebetulnya bukan berbudi mulia, tapi justru tak punya budi pekerti", Lutung memberi penjelasan.
"Kok kamu bicara seperti itu tung..", kata Beruk.
"Ya coba saja pikir, Si Rhesus ini biasa mencaci kita, semua munyuk, bahkan ucapannyapun selalu bernada fitnah", Lutung meyakinkan teman temannya.
"Iya apalagi kalau sudah tidak senang dengan salah satu munyuk, atau tidak sealur pikirannya, maka caciannya sudah diluar batas, apakah yang seperti ini disebut pinter dan berbudi mulia", Bekantan meyela perkataan Lutung.
"Lha kok kamu tahu tan", giliran Tarsius yang menyela.
"Sebetulnya saya pernah sakit hati, saya pernah dicaci maki, dikatakan munyuk jelek, tidak pantas jadi munyuk karena hidung saya panjang", kata Bekantan kesal.
"Emang gara gara apa kamu dicaci seperti itu".
"Ya ngga tahu, tapi mungkin gara gara jagonya kalah dalam pemilihan penguasa Ibukota hutan belantara beberapa waktu lalu", ucap Bekantan yang memang tak ikut memilih jagonya Rhesus.
"Nah, sekarang kalian sudah tahu bahwa Si Rhesus itu sebetulnya adalah tukang fitnah yang belum bisa muv on, jadi EGP saja lah", kata Lutung seraya mengajak para sohibnya mencari pisang di kebun milik bos Topeng Munyuk.
–– ADVERTISEMENT ––
Ikuti tulisan menarik Kang Nasir Rosyid lainnya di sini.