x

Iklan

Jawara Ara

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Orang yang Memberi akan Lebih Bahagia dari Orang yang Diberi

Orang mengalami sukacita yang luar biasa dalam memberi kepada orang lain. Kemurahan hati kecil memicu perubahan otak yang akan membuat orang lebih bahagia.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Kemurahan hati kecil memicu perubahan otak yang akan membuat orang lebih bahagia.

Kemurahan hati sungguh merupakan berkat tersendiri, dengan otak yang juga tampaknya dikelilingi kebahagiaan sebagai respons ketika memberi, temuan ini dilansir dari sebuah penelitian terbaru.

Ilmuwan di Swiss menggunakan pemindaian otak untuk melacak aktivitas di daerah otak yang terkait dengan sosialisasi, pengambilan keputusan dan kebahagiaan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Mereka menemukan, bahkan tindakan dengan kemurahan hati yang kecil atau hanya dengan beramal, dapat memicu perubahan otak yang membuat orang lebih bahagia.

Lebih lanjut "Temuan ini bermaksud, dengan membelanjakan uang untuk orang lain dan bukan hanya untuk diri sendiri bisa menjadi jalan alternatif menuju kebahagiaan," kata penulis studi Philippe Tobler. Dia seorang ekonom neuro di laboratorium Universitas Zurich untuk penelitian sistem sosial dan saraf.

Seperti, mungkin, Tobler menunjuk pada konsep kuno: Apa yang terjadi di sekitar kita, datang dari sekitar kita. Sebagai contoh teman saya seorang guru SMP, memberikan bimbingan belajar gratis untuk anak didiknya yang belum menguasai materi di sekolah seperti pengertian fisika secara umum atau materi lainnya. Mungkin hal ini melelahkan tapi teman saya bilang saat tahu nilai anaknya bagus dan berprestasi hal ini membuatnya bahagia & kebahagiaan yang tak ada bandingnya.

"Membantu orang lain dapat meningkatkan kohesi kelompok, dan yang lainnya dapat membantu yang menolong mereka sebagai imbalan," katanya. Karena itu, "membantu orang lain dan menjadi dermawan bisa bermanfaat juga bagi si pemberi," tambahnya.

Kit Yarrow adalah seorang profesor emeritus psikologi konsumen di Golden Gate University di San Francisco. Mengomentari studi tersebut, dia mengatakan bahwa keseluruhan temuan "tidak mengejutkan sama sekali.”

“Kita, sebagai manusia, akan ‘berfungsi’ sangat baik saat kita saling terhubung," jelas Yarrow. "Kita dirancang untuk merespons secara empatik satu sama lain dan untuk kepentingan pribadi kita dengan diimbangi perlindungan kebaikan yang lebih besar. Dengan kata lain, kita dipra-kabel untuk menerima kesenangan dari membantu orang lain, yang mencakup kemurahan hati."

Pengujian pada 2 Kelompok yang Memberi & Tidak Memberi

Untuk mengeksplorasi masalah ini, tim studi mendaftarkan 50 warga Swiss. Para periset mengatakan kepada mereka bahwa mereka masing-masing akan menerima 25 franc Swiss (sedikit lebih dari $ 26 A.S.) setiap minggu bulan depan, selama sebulan penuh.

Setengah dari kelompok tersebut berjanji untuk membelanjakan uangnya untuk orang lain, dalam pengertian usaha untuk memberi misalnya dengan membeli hadiah atau makan malam. Kelompok kedua berkomitmen untuk membelanjakan uang untuk dirinya sendiri.

Untuk menguji dampak berbagai tingkat kemurahan hati, kelompok pemberi diberi tahu untuk menerima atau menolak beberapa pilihan, beberapa melibatkan uang pribadi yang lebih besar. Dalam beberapa kasus, pemberian 10 franc membebani pemberi 3 franc; Dalam kasus lain, pemberian 20 franc hanya akan memakan biaya 1 franc.

Peserta di kedua kelompok melaporkan betapa mereka merasa bahagia pada berbagai tahap eksperimen.

Mereka juga menjalani pemindaian otak fungsional MRI (fMRI) yang berfokus pada aktivitas di tiga wilayah: persimpangan temporoparietal (bertanggung jawab untuk bersosialisasi dan kemurahan hati); Striatum ventral (daerah kebahagiaan); dan korteks orbitofrontal (terkait dengan pengambilan keputusan), kata penulis penelitian tersebut.

Para peneliti menemukan bahwa aktivitas otak yang terkait dengan kebahagiaan, bersama dengan kebahagiaan yang dilaporkan individu, meningkat setelah membuat komitmen untuk bermurah hati terhadap orang lain.

‘Kegiatan’ otak yang bahagia dan gembira juga meningkat ketika kita benar-benar memberi, tim peneliti menemukan, dan memberi akan membuat orang lebih bahagia daripada orang-orang yang bersikap egois.

 

Menariknya, tindakan berbagi yang relatif kecil menimbulkan kebahagiaan yang besar, kata para peneliti.

"Memberi selama liburan adalah contoh utama "orang mengalami sukacita yang luar biasa dalam memberi kepada orang lain," kata Yarrow. "Antisipasi efek kemurahan hati mereka pada orang lain adalah bagian dari sensasi."

Terlebih lagi, kata Yarrow, "kemurahan hati membuat kita melihat diri kita secara berbeda. Kita melihat diri kita sebagai orang yang lebih baik dan mendapatkan dorongan harga diri saat kita murah hati."

Temuan ini dipublikasikan baru-baru ini di jurnal Nature Communications.

Ikuti tulisan menarik Jawara Ara lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler