x

Iklan

Adjat R. Sudradjat

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Akhirnya, Anies Pun Menjilat Ludahnya Sendiri

Janji tidak akan melakukan penggusuran tempat hunian warga, akhirnya tak ditepatinya pula ketika banjir melanda Jakarta.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Belakangan ini cuaca tak lagi bersahabat memang. Musim hujan hampir merata terjadi di seluruh bumi Nusantara. Tak terkecuali juga di wilayah DKI Jakarta. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) pun selain memprediksi cuaca yang akan terjadi, juga meminta warga agar setiap saat mewaspadai terjadinya banjir yang memang sudah tak asing lagi bagi sebagian besar penghuni provinsi yang saat ini dipimpin oleh Gubernur Anies Baswedan.

Konon memang masalah banjir di kota megapolitan yang menjadi etalase Indonesia ini, bukanlah sesuatu yang baru lagi. Sejak jaman kolonial Belanda tempo doeloe, banjir kiriman dari wilayah Bogor, yang menjadi hulu dari sungai Ciliwung, yang mengalir dan membelah kota Batavia, sudah menjadi problema yang merepotkan seluruh penghuninya.

Terlebih lagi sejak Indonesia merdeka, dan Batavia pun berubah nama menjadi Jakarta. Selain  karena dijadikan sebagai pusat pemerintahan, dan  menjadi Ibu Kota yang memiliki otonomi pemerintahan sendiri di bawah pimpinan seorang Gubernur, maka Jakarta dengan cepatnya berubah menjadi kota besar yang bak ikan dikerubungi lalat di pasar tradisional saja laiknya. Dari berbagai pelosok wilayah di Indonesia berdatangan orang yang ingin mengadu peruntungan. Terlebih lagi semenjak era Orde Baru hingga sekarang ini pembangunan di segala bidang seakan difokuskan di Jakarta, maka kota yang didirikan oleh Fatahilah itupun seperti sebuah bus yang kelebihan penumpang. Hampir setiap jengkal tanah penuh sesak oleh manusia, baik sebagai penduduk ber-KTP DKI Jakarta maupun hanya sebagai pendatang.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kepadatan penduduk yang tidak seimbang dengan lahan, ditambah lagi dengan alasan karena tak memiliki kemampuan finansial untuk bertempat tinggal di lahan yang layak dan telah disediakan, konsekuensinya adalah mendirikan tempat tinggal dengan tanpa memperhatikan lagi empunya siapa lahan tersebut, dan laik tidaknya lahan itu dijadikan sebagai tempat hunian pun menjadi sesuatu yang tak aneh lagi. Maka bantaran sungai, kolong jembatan, bahkan badan sungai sekalipun menjadi pilihan yang tak dapat dihindarkan lagi.

Sehingga dampak dari kondisi dan situasi seperti itu, Jakarta pun menjadi sebuah kota besar dengan setumpuk problema. Terlebih lagi bila musim hujan telah tiba seperti sekarang ini. Masalah banjir menjadi pekerjaan rutin bagi setiap Gubernur yang entah sampai kapan bisa diatasinya.

Tak terkecuali Anies Baswedan pun yang baru beberapa bulan menjadi Gubernur DKI Jakarta, sudah merasakan bagaimana sulitnya mengatasi banjir yang melanda wilayahnya.

(Baca juga: Tanggul Jebol, Anies: Tidak Ada Pilihan, Harus Ada Pelebaran)

Sebagaimana yang diutarakan Anies seusai meninjau tanggul jebol di Jatipadang, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, hanya satu pilihan yang mesti dilakukan untuk mengatasinya. Anies Baswedan memastikan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta akan melakukan pelebaran Kali Pulo yang melintas di wilayah Jakarta selatan itu. Pelebaran sungai adalah satu-satunya cara untuk mengentaskan banjir dan tanggul jebol di sana.

Anies menyampaikan, lebar sungai saat ini hanya sekitar 2 meter. Kondisi kali terus menyempit karena banyak warga mendirikan bangunan di sana.

Maka suka atau tidak, artinya Anies Baswedan harus melakukan penggusuran. Padahal saat kampanye untuk memperoleh dukungan suara ketika bertarung dalam Pilkada DKI Jakarta, pasangan Anies-Sandi, selalu diberitakan oleh media, pihaknya apabila terpilih sebagai Gubernur dan wakil Gubernur DKI Jakarta, berjanji tidak akan pernah melakukan penggusuran tempat hunian warga.

Sehingga secara etika, Anies pun dianggap telah mengingkari janjinya. Ibarat kata, telah menjilat ludahnya sendiri. Apa pun alasannya, menurut agama yang dianutnya perbuatan seperti itu sudah termasuk dosa besar juga.

Hanya saja bukan sesuatu yang aneh lagi hal seperti itu terjadi dalam praktik politik kekinian di negeri ini. Memutar balik fakta, mendustai konstituen, adalah sesuatu yang wajar adanya.

Sekedar untuk menghibur diri, tak ada salahnya warga Jakarta yang mungkin saat ini sedang merasa kecewa, untuk  ramai-ramai mendendangkan lagu yang dipopulerkan  Raja Dangdut Rhoma Irama: Kau yang berjanji... Kau yang mengingkari...***

Ikuti tulisan menarik Adjat R. Sudradjat lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu