x

Ibadah Natal di Mingora, Distrik Swat, provinsi Khyber-Pakhtunkhwa, Pakistan, 25 Desember 2016.

Iklan

Pakde Djoko

Seni Budaya, ruang baca, Essay, buku
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Pesan Damai Natal untuk Ustadz Felix dan Abdul Somad

Mungkin sekarang sedang mandi uang, karena kotbah-kotbah anda yang berani menguliti keyakinan umat lain.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Kalian datang bagai angin, datang dengan meniup kencang  ajaran-ajaran yang sangat disukai kalangan ibu-ibu, kaum muda dan orang yang senang dengan  ajaran yang mempertontonkan nyali  berdebat, dan meyakinkan penonton dan  bahwa kalianlah ustadz paling fenomenal yang mampu menggerakkan rasa  heroisme sekaligus berani menantang  umat lain untuk berdebat masalah agama. Mungkin banyak orang  mengira  anda cerdas dan patut diandalkan karena penguasaan materi, pengetahuan, sejarah dan kerasnya sikap untuk menumbuhkan pikiran kritis bagi keyakinan umat agama lain. Meskipun yang nyinyir sangat banyak tapi ternyata pengikut kalian banyak sekali. Bisa jadi andalah ustadz milenia yang mampu memanfaatkan teknologi untuk mendongkrak ketenaran.

Mungkin sekarang sedang mandi uang, karena kotbah-kotbah anda yang berani  menguliti keyakinan umat lain. Anda piawai dalam memainkan isu, serta seperti cerdas dalam membahas ilmu-ilmu perbandingan agama.  Bahkan dalam forum ILC anda dipuji seperti seorang pahlawan baru yang tengah menang dalam perdebatan dengan penulis yang lebih piawai memainkan kata-kata lewat tulisan daripada berkata-kata dalam perdebatan langsung dan ustadz lain yang beda aliran.  Di media sosialpun pengikut anda tampak sangat berbangga dengan kemampuan orasi dan memilih joke-joke serta diksi yang membangkitkan  keyakinan bahwa anda dan agama andalah pilihan Allah, sementara tanpa sadar bahwa kuping/atau telinga pendengaran era digital tidak terbatas. Gelegar semangat anda untuk menebarkan rasa bangga dan pengukuhan sebagai  umat terpilih membuat kalian begitu semangat untuk mengacak-acak emosi agama lainnya. Sadarkah bahwa tujuan  agama sesungguhnya itu untuk mewartakan kedamaian dan mengajak umat saling jabat tangan dalam keberagaman.

Wali Songo terutama  Sunan Kalijaga mengajarkan dan menyebarkan agama dengan proses pendekatan budaya, dengan bahasa sejuk dan mendekati penduduk lewat seni budaya setempat. Penulis bukan ahli agama dan jangan ajak untuk berdebat masalah agama dan akidahnya. Hanya dalam proses kehidupan selalu ada tahap-tahap permenungan, tahap-tahap kontemplasi yang  salah satunya mengamini ajaran yang lebih galak menguliti diri sendiri daripada mencampuri urusan rumah tangga lainnya.  Para Pedanda, Biksu, Pastur , Pendeta yang tinggi ilmunya akan selalu kritis terhadap agamanya sendiri. Mereka akan beranjak untuk meneliti diri sendiri,  memberi pencerahan lewat kitab suci masing-masing, introspeksi dan malah mengagumi  agama lainnya  dalam hal ritual, tata cara dan ajaran-ajaran damai yang bisa dilihat dari contoh-contoh relasi damai dan kampanye positif untuk saling berangkulan tanpa mengganggu keimanan masing-masing.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Penulis yakin jika anda mewartakan kasih ke jamaah anda dan mengajak jamaah anda untuk saling hormat-menghormati, keyakinan agama lain tidak ada penolakan jika anda berkunjung ke daerah  seperti Bali misalnya. Bali adalah daerah khusus dengan mayoritas penduduknya Hindu. Jika anda berkunjung ke sana dan ingin bertemu dengan jamaah anda  dengan tangan terbuka penduduk  Bali akan menerima sepenuh hati, apalagi jika anda membawa pesan damai dan menunjukkan  bahwa sebagai ustadz anda adalah corong damai dalam bingkai kesatuan dan persatuan berdasarkan falsafah negara yaitu Pancasila.  Tapi jangan lukai mereka dengan pesan –pesan radikal karena mereka pernah trauma dengan perbuatan dari Amrozi dan teman-temannya yang meneror dengan bom. Trauma itu susah dilupakan, maka jika anda menantang  penduduk yang selalu terbuka menerima tamu dengan berbagai etnik, suku bangsa  anda akan hanya akan mebangkitkan memori traumatis penduduk yang sudah  damai itu.

Semakin tinggi ilmu tentu akan semakin merunduk dan semakin sejuk pula  nilai-nilai ajaran yang anda sebarkan ke jamaah anda. Emha Ainun Nadjib, Gus Mus, selalu menekankan bahwa ajaran mereka akan selalu bersinergi dengan budaya setempat karena memang sesungguhnya  Indonesia itu bukan Arab. Ajaran boleh  ditelaah dengan sudut pandang  ilmiah dan logis, tapi local wisdom atau kearifan lokal tetaplah menjadi unsur utama setiap ajaran agama. Di mana bumi dipijak disitu langit  dijunjung.

Penulis meyakini bahwa setiap agama selalu  akan nomor satu dalam filosofi rahmattan lil alamin (membawa kesejahteraan dan rahmat bagi semua). Setiap agama bagaimanapun cermin ajaran Tuhan yang selalu mengajarkan cinta kasih antar sesama. Setiap agama selalu ada nabi-nabi yang menginspirasi dan dijadikan panutan dalam menjalankan ibadah dan ritual doa.

Pastur dalam setiap kothbah , selalu mengritisi kebiasaan umat sendiri, kekurangan-kekurangan diri sendiri dan menekankan sikap toleransi dan menghormati agama lain. Jika ada agama yang selalu campur tangan dalam urusan apapun nantinya juga lama-lama akan ditinggalkan apalagi jika agama telah main mata dengan ambisi kekuasaan, trik politik tentu akan semakin ruwet kehidupan masyarakat.

Penulis yakin anda adalah ustadz fenomenal, kecerdasan anda tidak diragukan lagi, penulis sendiri masih teramat bodoh untuk menjangkau pikiran anda yang visioner. Mungkin anda seperti halnya lukisan van Gogh. Terlalu maju untuk sebuah  negara yang sedang  berkembang yang belum sampai pikirannya untuk melihat masa depan, sedangkan anda berdua seperti sudah tahu bahwa anda adalah pengkotbah pilihan yang dipilih untuk mengobarkan semangat jihat dan menebarkan  ajaran Khilafah yang visioner menurut anda.

Mungkin ini sebentuk ketakutan dari penulis dan mungkin banyak masyarakat yang menginginkan hidup damai seperti kerinduan penulis dahulu saat bisa berdoa bareng umat Muslim melafalkan  ayat- ayat suci yang merdu didengar sedangkan umat lain berdoa dalam tata cara masing-masing. Setelah berdoa  bersama- sama menikmati kebersamaan tanpa sekat dan kecurigaan akibat ajaran-ajaran “panas” dari pemimpin rohaninya.

Ini mungkin sebentuk permenungan akhir tahun, tahun depan adalah tahun politik. Juga pesan Natal untuk umat Kristiani. Natal adalah kelahiran kembali, maknanya adalah pembaharuan, introspeksi dan koreksi diri. Jika tahun ini banyak kesalahan dan sering menebarkan ujaran kebencian tanpa sadar. Marilah moment Natal digunakan untuk  kembali  putih, kembali suci seperti bayi. Selanjutnya dalam tahap-tahap kehidupan yang utama  membangun karakter, membangun visi damai, sehingga Indonesia dengan Falsafah Pancasila menjadi negara yang disegani di seantero bumi karena teladan persatuan dan kesatuannya. Tidak perlu mencontoh negara-negara yang terlalu disetir agama tetapi malah hancur lebur persatuan dan kesatuannya karena perang faksi dan aliran-aliran yang ada di dalamnya. Salam damai. Damai di bumi damai di hati.

Ikuti tulisan menarik Pakde Djoko lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler